Quantcast
Channel: kaoskakibau.com - by ron
Viewing all 341 articles
Browse latest View live

First Impression: BoA 'Who Are You'&'Kiss My Lips'

$
0
0
*
Setelah sekian lama BoA nggak muncul di blog ini, akhirnya sekarang melata lagi. Hehehe. Walaupun beberapa kali BoA ngerilis lagu Jepang sepanjang 2014 sampai awal 2015 kemaren, tapi gue seperti nggak tertarik untuk ngebahas lagu Jepangnya.

Nggak tahu juga sih. Mungkin memang gue lebih nyaman menulis esuatu yang sudah sedih gue dengar. Dalam hal ini Bahasa Korea. Dan ditambah juga gue nggak terlalu ngikutin lagu-lagu Jepang artis SM sih.

Gue pribadi merasa agak kesulitan dan makan waktu untuk menyesuaikan pendengaran gue dengan lirik berbahasa Jepang. Apalagi kalau sebelumnya lagu itu sudah dirilis dalam bahasa Korea. Pasti jadi aneh aja dikuping. Satu-satunya lagu Jepang artis SM yang sudah dirilis dalam bahasa Korea yang gue suka mungkin cuma 'Bonamana'. Sementara yang lain, hmmmm, kemaren nggak sengaja denger (yang bener-bener denger) 'Divine'-nya SNSD. Ternyata bagus juga.

‘Time Machine’ juga bagus.

‘All My Love Is For You’ juga bagus.

Lah oke gue ternyata denger banyak lagu Jepang-nya SM. HAHAHAHAHAHA.

Padahal secara teknis(?), pencipta lagunya tuh sama aja. Itu lagi itu lagi. Tapi karena bahasanya nggak terlalu familiar di kuping, makanya nggak terlalu mendengarkan lagu-lagu berbahasa Jepang. Lagian, di kuping gue, kalo udah Jepang, rasanya pengen yang....

“PON PON WAY WAY WAY PON PON PON WAY WAY PON PON”

Ini semua salah Afif. Dia karoke nyanyi lagu itu terus sampai benyek.

Sebelumnya gue pernah ngebahas beberapa MV-nya BoA di blog ini. Kalau nggak salah inget, itu pas 'Only One', 'The Shadow' sama 'Disturbance'. Nah, melanjutkan riwayat penulisan BoA di kaoskakibau, gue pun akhirnya tergelitik untuk kembali membahas dua video klip terbaru BoA yang dirilis kemaren-kemaren ini.

Jadi buat album ke-8 ini, BoA milih untuk ngambil jalur yang beda dengan apa yang pernah dia lakukan sebelumnya. Di album ke-7 kemaren masih ada lagu-lagu yang diciptakan sama komposer luar negeri. Nah kali ini—walaupun tetep ada sih sebenarnya—BoA lebih banyak turun tangan.

Hasilnya, konsep dan feel dari album ini jadi ngikutin kemauan dia. Ngikutin idealisme-nya dia. Yang berujung pada kebingungan di kepala gue ketika pertama kali dengern satu album 'KISS MY LIPS'. "Masa sih ini beneran BoA?"

Pertama kali nge-loop album ini, gue kayak yang nggak nemuin hook gitu di lagu-lagunya. KEMANA LAGU-LAGU BOA YANG SEBELUMNYA SELALU NYANTOL DI KUPING SEGERA SETELAH MENDENGARKANNYA PERTAMA KALI KAYAK 'HURRICANE VENUS'?!?!?!?!?!

Memang sih, dalam satu album biasanya nggak semua lagu yang nempel dengan hook-nya di kuping. Tapi paling enggak ada lah dua atau tiga yang bikin keracunan saat mendengarkannya. Kayak di album 'Only One' misalnya, gue suka banget sama 'Only One', 'The Shadow' sama 'The Top'.

Kalau dipikir-pikir kan memang hampir semua lagu-lagu SM kayak gitu. Di satu album kadang ada yang enak ada yang nggak enak (TAPI LAGU-LAGU DI ALBUM 'LUCIFER' ENAK SEMUA BENERAN DEH TOLONG AKUI SAJA GENGS). Mungkin kenapa BoA sekarang kedengeran berbeda karena efek di 2015 ini, kita sudah disodorkan lagu-lagu kayak:

1. Shake That Brass

2. Ice Cream Cake

3. Call Me Baby

Mungkin? Soalnya semua lagunya dibuat sama komposer luar. Semua lagu itu tuh (baca dengan nada) comes so natural and it just comes automatic (hentikan nadanya) ke kepala gitu ketika sudah keputer secara random di mini market misalnya.

Dengan perumpamaan yang sama, kalau misalnya title track di album BoA kali ini 'Kiss My Lips' diputer di mini market, mungkin mikir dulu sejenak sebelum berteriak, "OH INI BOA!"

Begitu....

Gue kehilangan ‘Electronic Manic Supersonic Bionic Energy’ pas ‘Hurricane Venus’ jaman dulu. Sedih aja...
*

*
Oke. Sebut saja gue kayak fans EXO kebanyakan. Yang menunggu MV ini dirilis hanya karena ada Sehun-nya. Tentu saja. Siapa peduli sama BoA sunbaenim kalo hoobae-nya lebih bening kan. Wakakakakaka Tapi niatan itu berujung pada gue akhirnya malah suka sama lagu ini.

Bahkan gue lebih suka sama lagu 'Who Are You' daripada 'Kiss My Lips'. Kenapa? Karena video musiknya bagus.

Kayaknya emang deh, efek kalo dengerin lagu sambil nonton MV dan MV-nya menarik perhatian, secara nggak sadar lo akan suka sama lagunya. Kayak misalnya nih, kemaren gue nonton 'Loser'-nya Bigbang. Gue nggak pernah suka sama lagu-lagunya Bigbang karena bukan genre musik favorit gue. Tapi karena videonya bagus, kok gue juga jadi demen.

Perkara MV lagu 'Who Are You' ini lebih bagus dari 'Kiss My Lips', gue pun jadi lebih suka lagunya. Padahal kan sebenarnya lagu ini tuh kayak 'Disturbance' banget. Versi lebih cepet sedikit temponya. Versi lebih ceria. Versi ada Gaeko-nya aja.

Kayak kalo lo nyanyiin 'Disturbance' pake musik 'Who Are You' tuh masih bisa gitu. Ya nggak heran sih kenapa mirip. Soalnya BoA bilang dia nyiptain lagu 'Who Are You' ini sekitar dua atau tiga tahun yang lalu gitu. Yang artinya di masa-masa yang sama ketika dia juga nulis 'Disturbance'.

Kesamaan yang nggak diniatin.

Terlepas dari kesamaan itu, MV-nya menurut gue sangat menarik. Dan yang lebih penting lagi adalah MV-nya menyenangkan.

Oke gue akui gue memang lemah sama MV yang ada drama-dramanya kayak gini. Hampir semua Mv yang pake konsep drama selalu gue berikan pujian. Kenapa ya? Hmmm... Mungkin karena memang dari segi produksinya lebih ribet daripada MV yang sekedar melata-melata di depan tembok doang.

MV yang konsep drama lebih patut dihargai aja gitu menurut gue.

Kim Hyeon Ji—nama cewek yang jadi pemeran utama di MV ini—entah kenapa sangat mirip BoA dari beberapa angle. Beberapa kali gue berantem sama diri gue sendiri soal identitas si cewek.

"INI TUH BOA!"

"NGGAK RON INI BUKAN BOA!"

"KALO BUKAN BOA TERUS SIAPA?!"

"YA MODEL CEWEK LAH SIAPA GITU,"

"TAPI KOK MIRIP SIH?!"

"YA MENURUT LO BOA NGGAK MIRIP SAMA LEE YEON HEE, JESSICA, GO ARA, TAEYEON, TIFFANY, IRENE, SEULGI?! SEMUA ARTIS SM KAN MIRIP SEMUA. SATU CETAKAN."

"OH IYA YA. PANTESAN KYUNGSOO MIRIP MORGAN,"

Gue puas sih Hyeon Ji jadi modelnya karena emang mirip banget BoA. Dan karena BoA bukan pemeran utama di MV in jadi casting-nya dipake yang mirip sama dia. Tapi Hyeon Ji ini bukan artis SM sih. Manajemennya kayak baru gitu. Manajemen kecil kayaknya. (sok)

Plot cerita di video ini sih blind date. Dan tetu saja, kali ini kita disponsori oleh LINE! Hahaha nggak heran sama sekali kenapa videonya jadi lebih niat dari video-video yang dibuat SM Entertainment sebelumnya. Feel-nya malah kayak video remake 'EXO 90:2014' gitu. Oh iya tentu saja lagi selain LINE kita punya Samsung sebagai sponsor lain. Buat hape sama buat headphone mahal itu.
*
*
Dari awal gue sudah menemukan banyak hal yang menyenangkan dari video ini. Lupakan iklan Samsung yang labil yang kadang disensor tapi seringan enggak itu. Tapi fokus aja ke efek-efek berlebihan yang menyenangkan yang ada.

Ada kesan fresh gitu pas nonton video ini. Gue bilang begini bukan karena efek bunga-bunga yang muncul dari baju Hyeon Ji pas dia lagi muter-muter di depan kaca yang mengingatkan gue pada iklan pewangi pakaian.

Sama sekali bukan.

Tapi ada sesuatu deh gitu yang bikin fresh(TABOK GUE PLEASE). Mungkin karena video ini dirilis setelah kita semua (GUE AJA) tertekan oleh teaser-teaser 'EXODUS' yang keren parah, tapi nggak ada maknanya itu. Jadi ini semacem angin segar. Semacam perasaan bahagia ketika lo melihat orang lain bahagia.

Ya semacem itu.

*
*
Gue juga suka bagaimana sutradara MV ini menggambarkan kebahagiaan si cewek ketika dia mendapatkan orang yang mau kencan buta sama dia. Terlepas dari dia nggak tahu bagaimana wajah orang itu sebenarnya.

Adegan pas Hyeon Ji pake headphone--terlepas dari ini product placement-nya Samsung--kemudian nyanyi-nyanyi sendiri lalu joget-joget sendiri di tengah jalan ini juga jadi favorit gue. Karena gue kadang juga melakukannyahHEHEEHEHEHEHEHEHEHEHh.

Nggak ada hal sederhana yang lebih bahagia dari dengerin lagu sambil jalan kaki dan kemudian kalo lagu yang lo suka keputer secara random, terus lo gerak-gerak sendiri tanpa sadar. HAPPINESS! WKWKWKKW

Adegan awan yang kemudian berubah jadi es krim, lalu adegan ketika gedung-gedung yang ada di sekeliling si cewek jadi ikutan berdebar seperti hatinya itu juga asyik banget. Lalu muncul pelangi yang menggambarkan warna-warni di hatinya yang mau kencan sama orang yang dia nggak kenal sama sekali.

Lucu aja adegan kayak gini bisa ada di MV-nya SM sekarang-sekarang.

Keseruan di MV ini masih berlanjut ketika si cowok, pasangan kencan butanya itu, ternyata nggak sesuai sama harapan.

Tapi di sini sih gue agak-agak yang "WHAAAAAAAT???? WHYYYYYY????" gitu sama orang Korea ini. Karena mereka selalu membuat standar kegantengan buat cowok-cowok pribumi mereka. Kayak nggak realistis gitu. Nggak semua orang di dunia ini kan mukanya kayak Oh Sehun.
*
*
Kadang-kadang kan lo bakalan nemu orang yang pake kacamata, suka nyengir aneh, rambutnya kadang klimis kadang berantakan, giginya besar-besar dan nggak rata, banyak omong, kalo di Twitter suka asyik sendiri, terus suka di-bash.... Ya gitu deh pokoknya.

Hyeon Ji juga terlihat terlalu memandang rendah ke cowok jelek ini sih. Jadi semakin memunculkan kesan bahwa "Oh... cewek Korea yang ngerasa cantik kayak gini tuh nggak suka sama cowok yang jelek kayak gitu."

Tapi di tengah-tengah stereotip menyebalkan itu, waktu adegan si cowok mendekat ke meja dan Hyeon Ji pake sabuk pengaman terus muncul roller coaster itu juga brilian sih. Persis perasaan deg-degan yang naik turun nggak jelas ketika gue nunggu orang yang—gue suka—selama ini cuma lo kontak lewat Twitter aja, kemudian ketemu secara langsung di sebuah Mall.

I can relate to this scene. VERY MUCH.
*
*
Tapi cewek ini tetep jahat. Bukan berarti lo bisa ninggalin cowok jelek begitu saja dong! DIA JUGA PUNYA HATI! LO JUGA KAN MANUSIA YANG PUNYA HATI, BUKAN KUDA MELATA!

Setereotip cewek cuma suka sama cowok ganteng tuh berasa banget sih di video ini. Koreans.... why....

Buktinya, waktu dia dapet LINE dari Sehun, dia sampe bisa terbang. WAKAKAKAKAKAKKA TAPI GUE SUKA JUGA SIH ADEGAN INI. HAHAHAHAHAHA DUH GIMANA YA INI TUH MV PALING BAGUS SM SEPANJANG TAHUN!! MAKASIH LINE!

Lupain dulu deh dia kasar sama cowok yang mukanya jelek menurut standar dia itu, tapi adegan dia terbang tinggi loncat sampai hampir nabrak (gak nabrak juga sih) pesawat ini bener-bener menunjukkan bahwa lo akan melakukan apapun buat ketemu sama orang yang lo suka.

Bahkan terbang sekalipun.

Kalo lo bisa.

Kemudian melintasi rintangan demi rintangan.

Adegannya dibuat komikal dan dapet banget lucunya. Walaupun ekspresi Hyeon Ji kurang lebay sih sebenarnya. Nah di balik adegan komikal itu, setiap adegan di MV ini sebenarnya punya makna. Salah satunya ya itu tadi yang loncat tinggi.

Kayak yang lo mau ketemuan sama orang di Blok M dan lo tinggal di Warung Buncit dan yang akan lo alami ketika lo janjian jam 7 malam tapi berangkat jam 5 sore adalah macet kayak sampah di Tendean dan lo baru sampe sana setengah 8.
*
*
Kemudian ketika bertemu Sehun dia kembali berbunga-bunga. Kembali lagi menunjukkan bahwa si cewek memang punya standar yang tinggi buat hidupnya. Khas drama-drama Korea sih sebenarnya ya gak bisa disalahin juga. Mungkin sudah mendarah daging.

Walaupun pada akhirnya dunia ini hanya untuk cowok-cowok ganteng dan cewek-cewek cantik, yah, tapi kalo nggak bisa jadi cowok ganteng, at least masih bisa jadi cowok yang taat beragama.

#EA

Lalu bagaimana dengan ‘Kiss My Lips’?
*
*
Oke, yang ini sebenarnya another그냥 뭐 MV dari SM Entertainment. Gue pun agak kecewa kenapa BoA nggak kerja sama lagi sama Metaoloz dalam pembuatan videonya kali ini. Soalnya kan sebelum-sebelumnya mereka kerja sama terus. (FYI, Metaoloz ini rumah produksi yang suka bikin MV dan bos-nya adalah kakak cowoknya BoA).

Ketika gue bilang another그냥 뭐 MV dari SM Entertainment, itu berarti pola isi dalam videonya adalah dance-solo shot-dance-solo shot-dan seterusnya sampai kiamat. WHICH IS BORING. Heran aja sama SM. Kenapa untuk ukuran artis yang sudah 15 tahun berkarier di manajemen ini, SM enggak mau berkorban untuk bikin sesuatu yang lebih istimewa? Mana lagi katanya 'KISS MY LIPS' ini album buat perayaan ulang tahun debut BoA yang ke-15. LAH KECEWA!

Tapi kalo dilihat dari sudut pandang bahwa BoA adalah solois yang selalu nempel sama dance performance-nya, video klip ini jadi termaafkan. Ya.... soalnya gimana sih... huhuhu sebelumnya SM juga bikin video 'Valenti', 'Girl's On Top', 'My Name' juga kayak gitu. BoA cuma dapet yang begitu.

Karena poin dari penampilannya di MV adalah koreografi.

Dan bener sih, koreografi dari lagu ‘Kiss My Lips’ ini memang terbilang nggak biasa.

Memang, nggak ada Eunhyuk, nggak ada Yunho, nggak ada Sehun atau *uhuk* Luhan *uhuk* yang nemenin dia nge-dance kayak di 'Only One'. Tapi teteh-teteh yang bawa kipas bulu-bulu di MV ini faktor yang sangat luar biasa sekali. Perannya penting untuk membuat penampilan BoA di MV ini makin sempurna.

Sebelum-sebelumnya memang BoA sudah akrab sama penari-penari latar di video klipnya sih. Tapi kali ini lebih cetar (astaga akhirnya gue pake juga kata itu) aja. Teteh-teteh berbulu ini nggak bisa lo liat setiap hari di MV SM Entertainment. Gue jadi bertanya-tanya, apakah mereka dancer yang sama dengan mbak-mbak kepala buah-buahan di performance 'Moonlight' di TLP?

Eh itu buah apa karangan bunga kematian deh. Lupa.

Yang lainnya nggak ada yang istimewa selain efek lampu-lampu laser sepanjang video. ‘Red Light’ pernah melakukannya, ‘Crazy (Guilty Pleasure)’ juga pernah melakukannya. Oh ada deng, itu apa air mancur yang kemudian membentuk muka BoA lagi nyanyi. Lumayan itu belom pernah dilakukan di video-video Korea SM selama tiga tahun terakhir.

Ya mungkin di video selanjutnya akan diulang kalo udah mentok ide.
*
*
Dan untuk albumnya sendiri, mungkin lagu-lagu di ‘KISS MY LIPS’ ini sangat personal buat BoA. Saking personal-nya, gue yang biasa menikmati lagu-lagu racun dari SM jadi kurang mengerti dan kurang dapet feel-nya. Gue yang biasanya suka lagu-lagu kayak ‘Dangerous’ atau ‘Copy and Paste’ jadi ngerasa kehilangan.

Jelas sih, di album ini BoA ingin menunjukkan bahwa dia sudah lebih dewasa dalam bermusik. Makanya jadi lebih idealis dan “Ya, gue mau yang begini, soalnya kalo yang kayak dulu-dulu udah nggak cocok,” yang akhirnya membuatnya berubah total.

Bisa kita liat juga sih penampilannya di MV ‘Kiss My Lips’ juga nggak kayak di ‘Hurricane Venus’. Nggak ada make up yang terlalu berat dan malah sekarang pake rok. Iya dia sendiri ngaku bahwa ini pertama kalinya dia pake rok (dan high heels). Menunjukkan sebuah perubahan yang memang sudah seharusnya sih dilakukan.

Tapi yang kayak gini-gini, perubahan-perubahan yang kayak gini-gini, bikin kita yang sudah biasa dengan BoA, jadi merasa aneh. Sama aja kayak misalnya dulu EXO 12 sekarang sisa 9.

Eh 10.

Buat yang belom terbiasa pasti merasa berbeda. Tapi buat yang biasa aja yaudah. Dinikmati.

Idealisme BoA di album ini gue rasa sama kayak pas Jonghyun solo di ‘BASE’ kemaren. Mungkin orang-orang yang nggak terbiasa dengan lagu ciptaan Jonghyun bakalan naikin sebelah alis setinggi monas kali. Tapi kalo pernah denger satu atau dua, baru yang, “Oh, iyaaaa iyaaaa ini sih emang Jonghyun...”

Waktu dulu gue dengerin lagu ‘Gloomy Clock’ yang dia ciptain (dan nyanyiin) sama IU, gue juga mikir ini sebenarnya lagu apa kok aneh? Tapi pas dengerin satu album ‘BASE’ itu gue baru ngerti. Ternyata emang musiknya Jonghyun itu rada-rada mabok. Kayak ‘Playboy’-nya EXO itu deh misalnya. Udah paling mabok. Dan lebih mabok lagi karena EXO yang nyanyiin. Nggak terlalu pas.

Lagu ‘Playboy’ itu seharusnya memang cuma boleh dinyanyiin sama Jonghyun.

Butuh berkali-kali dengerin album ‘KISS MY LIPS’ sebelum akhirnya menemukan lagu mana yang enak dan lebih enak dari title track-nya. Karena to be very honest gue gak suka ‘Kiss My Lips’. Gue lebih suka ‘Who Are You’ sebenarnya. Tapi gue butuh lagu lain yang sama bagusnya dengan lagu-lagu lama BoA yang hits sampai sekarang.

Lagu ‘Clockwork’ di album ini gue bilang pantes buat jadi title track. Lagunya nggak seelektronik lagu-lagu lama BoA yang gue sebutkan di atas, tapi lagu ini enak. Banyak suara instrumennya. Rame. Feelnya juga beda sama lagu-lagu lain yang ada di album ini. Yang paling penting sih, hanya dengan mendengarkannya saja gue bisa membayangkan kalau BoA perform lagu ini pasti bagus.

Liriknya juga sih baper. He. He.

But yeah, the more you listen to it, the more you love it. Sekarang mungkin enggak suka, tapi suatu saat nanti, diniatin atau nggak, pasti ada momennya buat suka.

SHINee 'View' Music Video &'ODD' Album Review

$
0
0
*
Dulu, dulu sekali, jauh sebelum gue tahu Korean Pop dan tenggelam dalam kenistaan dunia fanboy Kpop ini, gue ngefans banget sama Mandarin Pop. Ada dua grup yang selalu gue ikutin dan bisa dibilang gue ngefans ala-ala lah sama mereka sejak 2006 sampai 2009: S.H.E dan Fahrenheit.

Ngomong-ngomong soal Mando-pop sih sebenernya udah jadi genre musik yang gue suka sejak lama. Bahkan sejak SD gue udah dengerin lagu-lagu 5566. Gue inget banget, dulu gue beli kaset tape mereka dengan harga Rp 17.500 dan dapet poster gede banget terus gue tempel di kamar. Tapi kemudian poster itu dicopot paksa sama nyokap dan sobek. Terus gue ngambek sebulan.

Selain 5566, gue juga dengerin beberapa lagu F4. Ada satu temen SD gue yang suka banget sama Jerry Yan karena ‘Meteor Garden’. Kita pun berantem seperti halnya fans-fans zaman sekarang ngerebutin Baekhyun. Dulu kita berantem mana yang lebih keren, F4 atau 5566.

Saking sukanya sama S.H.E dan Fahrenheit pas SMA, hampir semua drama Taiwan yang ada personel mereka gue tonton. ‘Hana Kimi’ adalah yang jadi favorit gue. SELAMANYA, MAKASIH. MAKASIH JUGA KOREA SUDAH GAGAL BIKIN VERSI KOREANYA MAKASIH BANYAK LOH.

Persislah kayak apa yang terjadi ketika gue suka Kpop sekarang ini. Bedanya, dulu pas zaman-zaman suka Mando-pop, temen buat spazzing nggak terlalu banyak. Bahkan bisa dibilang hampir 0. Dan for the sake of tidak menjadi alien di pergaulan, gue pun meracuni beberapa temen deket gue buat suka juga sama Mando-pop dan drama Taiwan.

Dua orang jatuh ke perangkap. Satu lainnya nggak mempan dan masih lebih milih ngefans Paris Hilton dan Beyonce, sementara satu lagi lebih memilih untuk jadi fangirl Shah Rukh Khan dan Kajol.

Well, at least gue ada temen lah buat bahas gini-ginian di sekolah.

Hape Nokia 5200 gue dulu penuh dengan lagu-lagu Mandarin. Bahkan setiap hari gue ngomong sok-sok bahasa Mandarin. Niru-niru yang ada di drama. Pokoknya sesuka itu deh sama drama Taiwan dan Mando-pop. Sampai di tahun 2008 temen gue yang tadi gue racuni mulai kenal Kpop.

Source: Fanpop
Gue sendiri sebenernya nggak pernah yang berusaha untuk cari tahu lebih banyak soal Kpop waktu itu. Tapi yang namanya virus yah. Dia akan menjangkiti kita di saat kita lemah, lengah dan tanpa arah.

Gue berani sumpah, dua temen gue ini nggak segiat itu meracuni gue sama Kpop. Tidak segiat gue ketika meracuni mereka dengan lagu-lagu Fahrenheit. Tapi toh gue jatuh juga ke perangkap dunia kelam menyenangkan ini. Dan yang pertama kali bikin gue jatuh cinta sama lagu Korea adalah ketika gue mendengarkan ‘Love Like Oxygen’-nya SHINee.

“Ini loh Ron, liat deh, artis Korea lucu banget! Namanya Taemin, umurnya baru 15 tahun dan dia lead dancer di grup ini. Nama grupnya SHINee,” kata temen gue, namanya April.

Dia sekarang udah nikah dan sedang menyambut kelahiran anak pertamanya. Berita baiknya adalah: dia udah nggak lagi suka Kpop dan sama sekali nggak akan ngerti apa kabar Taemin sekarang. Inilah bagian yang paling menyebalkan dan selalu terjadi: orang yang meracuni elo soal Kpop bahkan sudah taubat duluan.

“Yang mana sih Taemin? Ini mukanya sama semua,” klasik. Komentar pertama orang awam ketika dihadapkan dengan sebuah grup Kpop baik cewek ataupun cowok. Semua muka dianggap sama aja.
“Yang ini loh yang rambutnya kayak jamur,” dia nunjuk Taemin di MV ‘Noona You’re So Pretty’.
“Lah kok cantik? Mana kurus banget gitu? Cowok kan?” kata gue.
“Iya cowok. Emang cantik sih tapi dia lucu gitu manis. Eh ganteng deh saya suka,” lanjut April.

Dan beberapa hari setelah obrolan kita itu, dia langsung potong rambut jadi potongan jamur kayak rambut Taemin di ‘Noona You’re So Pretty’.

Gue mencoba untuk mengikuti saran April dan dengerin lagu-lagu SHINee. Sampai ketika gue denger ‘Love Like Oxygen’, gue menemukan titik itu. Titik di mana gue suka banget sama lagu Korea. Titik yang nggak gue sadari akan membawa gue ke berbagai macam masalah dan berkah di masa depan.

2008 itu adalah pertama kalinya gue dengerin Kpop lagi sejak 2002. Ketika itu gue suka banget lagunya BoA yang ‘No. 1’ karena drama Taiwan ‘MVP Lover’. Tapi gue sama sekali nggak tahu kalau BoA itu artis Korea. Gue pikir dulu dia artis Jepang. Beberapa tahun setelah itu gue baru sadar bahwa sejak SD memang gue sudah ada di dunia kelam ini hahahahahaha

2008 itu juga momen di mana gue punya koneksi internet di rumah. Dulu rumah pake Speedy sebelum akhirnya dicopot karena biaya membengkak LOL. Tapi itu sebelum dicabut bener-bener dimaksimalkan banget buat belajar.

Belajar Kpop.

Untuk pertama kalinya gue download MV Korea ya itu... ‘Love Like Oxygen’.

Satu kali denger...  Dua kali denger....  Tiga kali....

OH MACAN TUTUL KORENG!

Gue akhirnya browsing lirik lagunya dan nyanyiin lagu itu hampir setiap hari sejak saat itu. Kemudian berujung ke download semua lagu-lagu yang ada di album ‘The SHINee World’. Sekaligus jadi peresmian ada folder bernama ‘KPOP’ di folder ‘LAGU LAGU ENAK’ gue. Dan saat itulah gue jatuh cinta pada SHINee dan musiknya.

Tanpa pernah tahu bahwa saat itu adalah momen paling penting di mana akhirnya gue dijebloskan ke dunia fana yang akhirnya malah menghidupi gue sampai saat ini.

Makasih banyak loh, Choi Minho.

*uhuk* *bias pertama* *saking gak tahu apa-apanya* *visual bekerja dengan baik* *padahal dulu ngerap doang gak nyanyi* *tapi yaudah*



Gue mulai spazzing SHINee di kelas. April mulai ngasih tahu dan kenalin sama member-membernya. Juga ngasih tahu kalau ada beberapa orang lagi di sekolah yang suka Kpop. Kitapun jadi ngebahas itu setiap kali ada kesempatan. Setiap kali ada waktu juga berusaha ngeracunin orang-orang yang ada di sekitar kita.

Sejak saat itu juga bisa dibilang gue selalu mengikuti perkembangan SHINee. Memang, gue jarang sih spazzing soal mereka. Di tahun 2008 itu gue juga akhirnya kenal Super Junior dan drama di kalangan ELF yang tiada hari tanpa di-bash cuma karena ngeship Siwon-Yoona. Gue memang lebih banyak spazzing SJ daripada SHINee. Tapi itu nggak bisa ngubah fakta bahwa SHINee adalah boygroup pertama yang bikin gue suka Kpop.

Baru setelah itu kenalan sama SNSD dan semua grup yang namanya pernah gue tweet sejak 2009.

Hal terbaik dari menyukai SHINee adalah mereka nggak pernah PHP di setiap perilisan. Setiap album pasti sangat menyenangkan untuk di dengarkan. Ditambah lagi mereka punya konsep dan genre musik sendiri yang gue sebut sebagai : MUSIKNYA SHINee.

Jadi di dunia ini ada genre musik Pop, Rock, Jazz, Ballad, dan SHINee.

Mereka mencoba banyak genre, mencomot dari sana dari sini tapi ketika dibawakan oleh SHINee, lagu itu jadi MUSIKNYA SHINee dan genre mereka sendiri. Genre SHINee.
*
*
Mungkin karena gue sendiri sudah punya mindset kalau “SHINee akan selalu bagus” kali ya, makanya pada akhirnya gue menyambut ‘ODD’ dengan sangat positif dan bahagia. Enggak ada perasaan yang seperti biasa muncul, kayak semacem, “Bakalan bagus gak ya?” atau “Takut biasa-biasa aja soalnya udah lama nggak comeback nih.” Atau malah “Ih jelek banget gak ya kira-kira?”

Kalau gue pikir, semua fans artis SM kayaknya sudah semacem enggak pernah berharap dan berpikir serius lagi sih soal bagaimana nanti hasil akhir MV-nya. Mungkin ini memang efek dari kita yang selalu dikasih ‘tembok’ sama SM dan akhirnya males buat ngarep, apalagi ngarep dapet lebih.

Gue pun demikian. Enggak peduli sama hasil akhir video musiknya. Tapi ya balik lagi karena bias juga, jadinya ya mau gak mau ditelen aja.

Tapi yang jelas, ketika teaser video 'ODD' pertama dirilis, ekspektasi gue sudah sangat tinggi sekali. SHINee sepertinya bakalan balik dengan sesuatu yang selama beberapa tahun terakhir nggak pernah keliatan gitu. Penasaran? JELAS! Ada video cewek bule joget-joget mabok di kamar kosan murahan dengan dinding penuh poster SHINee ini tentu bikin penasaran. *
*

*
“Wah konsepnya sasaeng. Wah kece nih,” pikir gue waktu itu. Pas adegan terakhir ada cowok yang masuk kamar beuh makin membahana imajinasinya.

“WAH KONSEP SHINee SASAENG BINAL. WAH FREAK!” kan memang selama ini SHINee gak pernah yang binal-binal banget konsepnya. Seru juga kalo konsep comeback mereka mucikari gitu kan lumayan biar bisa pake hashtag #kekinian.

Ekspektasi gue semakin menjadi-jadi ketika teaser video kedua dirilis. Kayak yang “YA ALLAH, AKHIRNYA SHINee DIBIKININ MV KOREA YANG ADA DRAMA-DRAMA LAGI!!!”

Gue se-happy itu sampai-sampai terpekik tertahan di kantor dan langsung diliatin banyak orang. Emang deh Kpop itu tuh NSFW banget. Selamanya. Apapun bentuknya.

Yang bikin Alhamdulillah lagi sebenarnya karena teaser pertama, kedua dan ketiga yang dirilis SM kali ini enggak PHP. Kan kita sama-sama tahu yah, teaser biasanya jauh lebih wow daripada MV-nya. Apalagi SM. Selalu deh kayak gitu. Tapi ketika ‘View’ dirilis, gue cuma bisa bilang: GUE PUAS! INI DI LUAR DUGAAN BANGET!
*

*
Okelah ini memang bukan MV versi drama yang sering kita lihat di MV lagu-lagu ballad gitu. Sekali lagi kan emang SHINee ini jarang banget bikin MV drama buat lagu-lagu Korea mereka. Konsepnya nggak pernah nge-mix gitu sama drama-drama. SHINee dikenal karena dance mereka yang WAH banget kan. Ya gimana sih, kalo misalnya ngebayangin 'Lucifer' dibikin versi drama.

Mungkin.... puter otak juga kali ya sutradaranya... bagaimana menggambarkan seorang cewek sebagai sosok dajjal. Kan PR juga. Udah PR, enggak boleh tayang pula di KBS karena nantinya diklaim sebagai 'video yang berpotensi menggiring remaja untuk melakukan pemujaan setan'.

SHINee sendiri memang lebih kuat di performance, makanya enggak terlalu heran kalau misalnya sebagian besar MV mereka lebih berat ke dance. Walaupun ya, asyik juga ngeliat mereka akting ala-ala kayak di ‘Sherlock’. Mungkin karena konsep ‘Sherlock’ memang seru kalau dibuat drama. Sesuai judulnya juga kan misterius detektif gitu.

Kenapa kemudian ‘View’ ini jadi sangat menyenangkan?

ALASAN PERTAMA gue adalah karena MV ini semacem obat kangen sama MV-MV lamanya SHINee. Semacam bernostalgia ke era ‘Juliette’ ketika SHINee pake konsep pesta topeng di MV-nya (yang kemudian muncul berita kalo ternyata topeng yang mereka pake plagiat. Lah heboh banget jaman dulu).

Ada feel yang ngajak balik ke masa-masa ‘A.Mi.Go’ ketika Minho lari-larian di Seoul buat ngejer trainee cewek yang batal debut itu (yang katanya mantan pacarnya Chanyeol apa siapa sih, gatau deh, taunya cuma Baekhyun sama Taeyeon #34). Parahnya sih, ‘View’ ini mengajak gue kembali ke era ‘Noona You’re So Pretty’.

ALASAN KEDUA, karena lirik lagu, koreografi dan cerita di MV-nya dicampur dalam baskom dan menjadi satu dengan pas. Ada aura seneng-seneng yang beneran ngena dan mengajak penonton yang gampang baper kayak gue ikutan sumringah ketika nonton videonya, hanya karena mereka juga terlihat bersenang-senang di dalam video itu.

Kita dibikin seneng bukan cuma karena karena menikmati performance dance mereka yang bagus banget, tapi karena SHINee juga happy happy di video ini. Jadi seneng yang diberikan SHINee ketika kita nonton ‘View’ ini semacem mutual gitu. Bak cinta yang terbalas. Bak gayung bersambut. (halah). Mereka bersenang-senang di MV, kita juga seneng nontonnya. Beda kayak video dance kan, kita seneng, mereka capek.

Well, yes, seluruh makna dari mengidolakan KPop idol emang gitu sih. Mereka capek di panggung, kita seneng.

ALASAN KETIGA, yang jelas karena MV ini fresh: di luar ruangan, pemandangan, mabuk-mabukan, pesta, cewek cantik, bra, kolam renang, Thailand. Apalagi yang kurang fresh dari itu? Sesuatu yang nggak bisa kita lihat dan nikmati di setiap comeback artis SM.Dan meskipun beberapa di antara para member punya badan yang masuk kategori bagus, tapi mereka nggak berusaha untuk mengekspos itu secara berlebihan. Tbh, boyband yang jual badan itu so 2009 and late.

(I'm so sorry, HISTORY, but you've worked hard tho hahahaha)

Sekali lagi, buat fans SM yang selalu dihadapkan dengan tembok studio, MV-MV kayak gini sangat dirindukan. Sebuah comeback yang panteslah untuk ukuran grup yang udah setahun lebih enggak rilis album. Dan jadi suguhan yang ceria juga pada akhirnya karena solo-solo yang sebelumnya ditampilkan member SHINee selalu menonjolkan sisi dark dan misterius.
*
**
Waktu teaser video kedua dirilis, gue nyangkanya MV ini akan jadi seserius itu karena video pendek itu ngasih kesan kayak SHINee diculik cewek-cewek bule. Tapi ternyata simpel banget: SHINee memerankan diri mereka sendiri (sebagai SHINee--ya iyalah kalo sebagai Cherrybelle kurang kali ya membernya) kemudian mereka diberikan kesempatan untuk sehari aja kabur dari rutinitas mereka sebagai artis.

MV ini kayak video lain dari SM yang terinspirasi dari fanfiction kayaknya ya. Dan ya, cerita di MV ini adalah mimp dari semua fans yang ada di dunia ini gue rasa. Kabur sama idola mereka, mabok-mabokan, masuk kamar mandi, pamer beha, pegangan tangan. Lengkap sudah imajinasinya. Lengkap!
*
*

Tersebutlah SHINee mendarat di Thailand dan datang ke sebuah event. Wartawan dan kamera semua ada di sana. Termasuk tentunya fans yang udah nungguin. SHINee berdandan seperti mau tampil ke acara resmi gitu. Yah, geunyang another skejul-lah, seperti itu.

Di saat yang sama, komplotan cewek-cewek bermuka horor sekaligus sangek, rata-rata punya rambut panjang, yang ternyata juga adalah fans SHINee sudah menyiapkan sebuah rencana besar. Rencana untuk menculik sang superstar.

Secara random, cewek ini bawa topeng ala ala perampok (atau teroris? Pembajak pesawat?), mendekati van SHINee. Nggak cuma mendekati saja, sebenarnya, tetapi juga masuk ke dalam van itu. MASUK KE DALAM VAN ITU.

MASUK KE DALAM VAN.

MASUK KE------------B&!##! #$#%@*#*^ @#@&*#@#@*&# @&*#@TCH

WHERE THE HELL ARE THEIR MANAGER?!?!


Untuk ukuran artis sebesar SHINee, mana mungkinlah nggak dikawal. Anjir. Red Velvet aja yang masih nugu dan diikuti enam sampe tujuh fans, manajer masih yang sekasar dan sejahat itu. Lah ini SHINee, dideketin cewek, I mean SEDEKET ITU, di depan van, bahkan masuk ke van, ngebekep Taemin, SEGAMPANG ITU.

GAMPANGAN BANGET SHINee.

Kecuali cewek-cewek di MV ini memang punya kemampuan mistis, ahli hipnotis, atau semacemnya.
*

Masuk ke van pake topeng perampok yang se-obvious itu, siang bolong, keroyokan, ngajak SHINee ke hutan. Oke sih, ceritanya terdengar masuk akal sih “Ingin mengajak SHINee keluar dari rutinitas keartisan mereka dan kabur,” Tapi prosesnya itu sih agak tidak realistis.

Abis ini pasti manajernya dipecat. Bagaimana bisa lo nggak tahu ada penyusup masuk ke dalam mobil sementara itu siang bolong. Tolonglah....
*
*
Oke sebutlah mereka berhasil membawa SHINee kabur ke pinggir hutan. Dengan van sebesar itu dan kejadian yang tiba-tiba, sekali lagi di siang bolong, masa iya nggak heboh sih. Ketika artis manapun dateng dari luar negeri at least ada dua atau tiga mobil polisi lah yang mengekor di belakang mereka. Terus pas SHINee ilang, ya masa enggak dikejer polisi sih. Like semudah itu loh nyulik cowok-cowok ini.

GAMPANGAN BANGET SHINee.

Kalo memang konsepnya ‘diculik’, SHINee-nya pun enggak terlihat seperti orang yang diculik. Turun dari van, cewek-cewek ini malah jalan di depan dan SHINee dibiarkan ‘bebas’ di belakang mereka. Kalau memang motifnya diculik (dan biasanya mana ada orang yang mau diculik), ya kabur bisa kali nyet, lo kan cowok-cowok berotot.

Entah kenapa gue mikir mereka dihipnotis.

Ternyata yang nyulik mereka Uya Kuya pake topeng.
*
*
Adegan-adegan pertama di MV ini mengesankan mereka diculik lalu bingung. Tapi di saat yang sama sebenarnya mereka memang mau kabur dan penculikan ini sudah terencana (ya udah disiapin baju ganti juga gitu sama si cewek-cewek. Mereka tahu banget ukuran SHINee yah semacem udah hapal. Oiya mereka kan sasaeng...... binal).
*
Oke, skip ajalah soal cerita. Kita berpindah ke sesuatu yang real terjadi aja ya. Kayak misalnya:
*
Atau juga:
*

Ketika mereka sudah ganti baju dan mulai jadi pelarian, kita sudah tidak lagi dibuat berpikir bagaimana bisa ini semua terjadi. Tapi yasudah, silakan bersenang-senang. Begitu.

Mulai dari Hitchhiking dan numpang mobil pick up, masuk mini market buat beli bir sebagai bekal mabuk-mabukan dilakukan mereka. Ya... Ambil aja bir-nya yang banyak karena artis pasti uangnya nggak akan ada habisnya. Tinggal gesek doang. Terus abis itu, kabur bawa troli belanjaan. Nggak tahu udah bayar atau belom. Seenaknya bawa troli belanjaan ke tempat jauh dan nggak dikejer petugas.

Enak banget hidup. Kamu sebenarnya SHINee atau anak Barrack Obama.
*

Dari situ kita di ajak ke sebuah adegan yang superawkward yang dipersembahkan oleh Lee Jinki. Secara random juga dia diajak ke kos-kosan si sasaeng binal ini. WAH WAH WAH. Onew nampaknya shock melihat wajahnya sendiri tertempel di dinding saudara-saudara. Tetapi lebih shock lagi ketika di cewek tiba-tiba buka baju di depannya.

Dan dia melengos.

DUDE! COME ON! NEO UDAH DI GIVE CHANCE SAMA YEOJA ITU LUMAYAN EKSOTIS DIAJAK OPEN YEORO BAJU MALAH SIRHEO OTOKEYO AIGOO.

Ya kenapa sih. Kalo bra udah di depan mata, mumpung belom bulan puasa, enggak ada salahnya menikmati ciptaan Tuhan. AH. PAdahal gue sudah berharap beneran akan ada adegan yang cukup intim karena kan udah capek-capek kabur dari manajer. Nikmatilah sampai ke puncak-puncak tertinggi.

Kenapa sih Onew... kamu kalo disuruh pilih ayam atau dada cewek kayaknya bakalan milih ayam ya.
*
*
Ternyata acara kabur-kabur anak-anak ini terbagi dalam dua tim yang berbeda. Ada yang kabur ke tempat dugem, ada juga yang main-main ke rumah susun. Mungkin berniat mencari jodoh. Tiba-tiba saja yang sedang kabur ke rumah susun menemukan motor yang diparkir di pinggir jalan.

BYUN SALABYUN!

Secara ajaib mereka bisa bawa kabur motor itu padahal, kalau dilihat dari adegannya, kayaknya, mereka randomly nemu motor dan kemudian dipakai seperti milik sendiri. Terlebih cewek yang dibonceng Onew kayaknya takut banget bakalan ketahuan karena dia ngeliat ke belakang terus.

Sigh. Udah nyulik superstar, ternyata komplotan sasaeng ini juga salah satu komplotan curanmor. Hebatnya lagi didudukin motornya langsung nyala. Wah mereka memang penyihir sepertinya. Wah udah sasaeng, penculik, curanmor, penyihir pula. Bentar lagi mereka akan menguasai dunia.
*
*
Di tempat yang berbeda, Minho yang mencoba melindungi sasaeng-nya (oke ini terdengar sama sekali tidak masuk akal. Sama sekali.) dipukul pake botol minuman sampai botol minumannya pecah. Awalnya Minho bertahan, kuat sekali kepalanya itu, seperti batu saja. Tidak terlihat tanda-tanda dia akan tumbang dan semacamnya.

Tapi sedetik kemudian, dia sudah ada di dalam kamar mandi.

KAMAR MANDI.

KAMAR MANDI WANITA.

Ini cewek-cewek sasaeng padahal dari awal kesannya udah pinter gitu bisa ngajak SHINee kabur tanpa ketahuan manajer, bisa masuk ke van tanpa ketahuan, bisa naik motor orang dan ngidupin tanpa kunci, tapi kenapa ketika ada orang yang kepalanya dipukul pake botol minuman sampe botolnya pecah malah di ajak ke kamar mandi.

Tolong kasih tahu dia kalo ada tempat bernama klinik atau ruang P3K atau UKS mungkin supaya itu diobati dulu bukan malah dipipisin di toilet.

Eh. Di tempat dugem ada klinik gak sih? HAHAHAHAHAAHAHAHAHAHAHHAHAHA (nyebutnya aja Dugem ya padahal itu siang bolong harusnya jadi Duges. #lupakan #seriusdeh)

Yang bikin ngakak lagi sih pas adegan si cewek buka baju dan trying to get intimate with Minho. Duh... Minho aja baru abis dipukul pake botol. Enggak diajak ke UKS atau ruang P3K dulu. Apa itu Minho enggak puyeng abis dipukul langsung dikasih tetek. Apa enggak berdarah kepalanya?

Etapi ya... mungkin kata ceweknya, "Mumpung lagi puyeng abis dipukul, mari saya grepe-grepe kamu oppa,"

Bener jugak. Sasaeng emang juara dah.
*

Ada lagi yang kabur masuk ke pekarangan rumah orang, berenang di kolam renang orang. Pas baru dateng, mereka buka baju terus bajunya di lempar dan mereka nyebur. Tapi pas abis itu, bajunya tiba-tiba udah ada di jemuran.

Hebat sekali memang sasaeng penyihir.
*

MV diakhiri dengan adegan mereka masuk ke sebuah bar yang sudah tutup (dan Taemin muncul lagi dengan baju yang berbeda. Begitu juga dengan Onew. Dan... semuanya) dan berpesta di sana sampai akhirnya terdengar suara sirine mobil polisi (OH AYOLAH KOK YA BARU DATENG YA INI UDAH BERAPA HARI ITU MEREKA UDAH BERAPA KALI GANTI BAJU YA HUH BETE).


Di antara beberapa hal yang terkesan membingungkan di atas, ada kok adegan-adegan yang diselipkan yang membuat kabur-kaburannya SHINee ini jadi terasa real.

Yang pertama adegan di supermarket, ketika Jonghyun ngeliat diri mereka di TV, yang kedua ketika mereka makan mie ayam dan dipotret sama orang lewat terus Jonghyun marah, dan ketiga ketika Taemin kabur pas bertatapan mata sama seorang pengendara mobil, dan adegan sebelum Minho dipukul botol karena dia nggak suka ada orang yang motret mereka.


Yah, at least, itu menutupi keanehan-keanehan yang terjadi di sepanjang video.

*tarik nafas dulu*

*kemudian hembuskan*

Ada banyak perubahan dari album terakhir yang dirilis SHINee, ‘Everybody’ ke ‘View’ dan yang paling nampak sih sebenarnya dari segi style dan kostum. Konsep summer dan boy next door kayak gini nggak pernah jelek di SHINee. Justru kalo gue bilang, mereka terlihat lebih nyaman dengan pakaian yang simpel dan dandanan yang nggak terlalu menang di eyeliner.

And now we’re gonna talk about the album which is AWESOME!

Setiap lagu di album ini punya sesuatu yang bikin lo nggak bakalan berenti mendengarkannya hanya dalam satu loop doang. Lo akan denger lagi dan lagi dari awal sampai akhir. Gue suka banget tracklist ‘LUCIFER’ tapi kalo ada album SHINee yang paling ngena di hati menurut gue adalah ‘THE SHINee WORLD’.

Dan kabar bahagianya adalah bahwa ‘ODD’ ini simply reminds me of that first SHINee's album.

Enggak berhenti sampai di situ, gue juga mengibaratkan ‘ODD’ ini kayak album kompilasi dari lagu-lagu terbaik SHINee di album-album terdahulu. SM nyomot satu per satu lagu-lagu bagus dari album-album sebelumnya dan dimasukin ke sini.

Lagu-lagu pop menyenangkan kayak ‘Love’s Way’ dan ‘One For Me’ dari ‘THE SHINee WORLD’, terus ‘Hit Me Baby’ dari ‘ROMEO’, yang emosional kayak ‘Obsession’ dari ‘LUCIFER’ juga ada di sini. Bahkan mungkin beberapa lagu juga punya nuansa happy yang sama kayak ‘Hello’.

Sederhana tapi menyenangkan.
*

*
Di situlah gue sangat menyukai ‘View’. Sekali lagi SHINee berusaha tampil membawakan lagu dengan refrain yang nggak menye-menye. Lirik refrain ‘View’ persis seperti ‘Everybody’ (walaupun ini lagu SHINee yang ada di urutan terbawah dari daftar lagu favorit gue). Yang ya, cuma begitu aja udah, enggak macem-macem.

Tipikal SM sih memang, selalu berusaha menampilkan lagu yang refrain-nya berulang-ulang dan racun pada akhirnya. Dan lagu-lagu semacam ini selalu bekerja dengan sangat baik ketika SHINee yang membawakannya.

Walaupun ‘An Ode To You’ nggak segalau ‘Selene 6.23’ dan walaupun sampai saat ini SHINee belum lagi tampil dengan lagu yang bikin perasan berkecamuk kayak ‘Jo Jo’ (nggak ngerti, di antara semua lagu SHINee, ini lagu yang paling beda, paling memorable, gabungan perasaan ketika mendengarkan Europe-pop sama Latin-pop. KLIMAKS DEH POKOKNYA HAHAHAHA), tapi ‘ODD’ adalah paket lengkap yang ada di dalam satu album.

Kayak semacem lo nggak butuh tiga album ‘MISCONCEPTIONS’ untuk menunjukkan ke dunia MUSIKNYA SHINee tuh kayak gimana, tapi ‘ODD’ ini sudah merangkum semua feel, genre, style, dan musik dari ‘THE SHINee WORLD’ sampai ‘EVERYBODY’.

Yang mana track favorit kalian?

Kalo gue suka ‘Woof Woof’. Absolutely my style! Confusing beat, (imagining) cabaret style of performances with huge number of dancers in the back, props-rich, colorful costumes, WHOOOOAAAAAA this song will be a very great and worth waiting performance on concert.
*
*
SHINee adalah grup yang bisa dibilang paling memberikan kepastian di SM Entertainment. Kenapa gue bilang begitu? Karena setiap comeback, semua lagunya pasti enak. Cuma ada satu grup di SM Entertainment yang kalo rilis album, satu album itu pasti enak: SHINee.

Sampai sekarang gue suka bingung ngejawab pertanyaan “Lagu SHINee mana yang paling lo suka?” Pertanyaan ini kan meminta kita untuk memilih paling tidak satu, atau dua, begitu. Tapi untuk yang satu ini, gue akan menjawab dengan “Enggak ada yang gue enggak suka.”

Dalam kasus (KASUS!) gue, milih lagu SHINee favorit itu sama kayak milih bias di grup ini sendiri. Okelah pertama mungkin Choi Minho kemudian Taemin dan pada akhirnya beralih ke Lee Jinki. Tapi ketika nonton ‘We Got Married Global Edition’, kok Key ini bikin ngakak sih? Kemudian ketika lihat Jonghyun ternyata deket sama IU—YA HAMBA BISA APA YA ALLAH.

Semuanya favorit sih! Kasarnya kalo lo beli album SHINee nih misalnya terus random dapet photocard siapapun mau Jinki, Kibum, Jonghyun, Minho atau Taemin, yaudah enggak apa-apa. Enggak ada penyesalan atau keinginan menggebu-gebu untuk dituker atau apa biar dapat bias.

Beda kalo EXO. Kalo beli album dapetnya PC Tao. Rasanya pengen opname aja sebulan di IGD. Apalagi kalo beli 12 album ‘Wolf’ terus 8 di antaranya adalah Tao. Kan kayak makan pare satu ton. Pait banget idup.
*
*
Tahu SHINee dan ngikutin mereka dari ‘Noona You're So Pretty’ ke ‘Juliette’ kemudian ‘Ring Ding Dong’ (ASTAGA TOLONG di album 'YEAR OF US' itu lagu ‘The Name I Loved’ adalah ballad paling gue suka KARENA ONEW) dan sampai sekarang sangatlah menyenangkan. Tapi sampai saat ini masih enggak berani nyebut diri Shawol. LOL

Semacem enggak pantes aja sih sebenarnya. HAHAHAHAHA

Menikmati musik SHINee dan mengikuti perkembangan dan perjalanan karier mereka sejak 2008 adalah sebuah hal yang secara tidak sengaja terjadi selama beberapa tahun terakhir ini. Suka mereka sejak 2008 tentu tidak serta-merta ngebikin gue berani nyebut diri sebagai Shawol.

Berat. Gue belom sampai di sana. Cuma sekedar spazzing tidak bisa membuat gue masuk fandom. Lah siapa elo? Sampai saat ini gue aja nggak punya sama sekali album SHINee yang gue beli dengan uang gue sendiri. Bagaimana mungkin nyebut diri sebagai Shawol? Kkkk~

Gue nggak punya kontribusi ke kehidupan mereka sebagai seorang idol. Gue bahkan tidak pernah memberi makan mereka dengan beli CD dan sebagainya. Hanya menikmati musik dari download gratis ya gak pantes nyebut diri jadi Shawol juga. WAKAKAKKAKA

But the point is, apakah gue Shawol atau bukan itu nggak bisa menghapus fakta bahwa gue suka SHINee. Shawol atau bukan, gue tetap mengidolakan grup ini. Gue rasa nggak akan ada yang bermasalah dengan hal itu. #uhuk


'Devil' Super Junior dan 10 Cerita yang Super Mubazir

$
0
0
*
Gue merasa Tuhan mendengarkan doa-doa gue dan membisiki SM Entertainment dengan kata-kata penuh cinta ketika Super Junior akhirnya comeback dengan ‘Devil’. Di saat yang sama gue juga lupa, kalau ternyata Tuhan sudah mendengarkan doa-doa gue dan membisiki SM Entertainment dengan kalimat-kalimat cinta ketika ‘Mamacita’ dirilis tahun lalu.

Hahahaha...

Kalau misalnya ‘Mamacita’ nggak punya konsep sketsa komedi yang lucu itu, mungkin gue akan menjatuhkan pilihan gue ke ‘Devil’ dan memberikan gelar sebagai MV Super Junior paling bagus selama 10 tahun terakhir. Tapi ternyata ‘Devil’ inipun belum bisa mengalahkan pesona ‘Mamacita’ buat gue pribadi.

Setidaknya di beberapa hal.

Oke, gue memang nggak bikin review soal ‘Mamacita’ karena sesuatu dan lain hal. Hahaha... entah apa yang terjadi tahun lalu gue juga nggak terlalu yakin apakah itu hal yang layak untuk dibahas atau tidak. Tapi membagi waktu untuk menulis buat pekerjaan kantor dan menulis untuk blog pribadi ternyata bukan perkara yang mudah. Dua tahun terakhir gue berusaha menyeimbangkan itu dan berhasil di satu poin, tapi kemudian gagal di poin yang lain.

Malah curhat.

Sebelum kita masuk ke ‘Devil’, gue mau sedikit membahas dulu soal ‘Mamacita’ supaya kita bisa merasakan perbedaan antara dua video musik dan dua album terakhir yang dirilis Super Junior dalam kurun waktu satu tahun ini.


Secara personal gue menyukai ‘Mamacita’ karena secara musik, konsepnya merupakan paduan unik dari musik pop latin dan diaransemen ke dalam rasa Korea. Gue adalah salah satu fans latin pop, bisa dibilang begitu. Gue suka banget dengerin lagu-lagunya Thalia dan beberapa grup latin kayak MDO gitu di beberapa lagu.

Dan ketika latin pop itu dipadukan dengan Kpop, jadinya bener-bener klop banget! Coba dengerin deh lagunya IU yang ‘Everyone Has Secret’, HISTORY yang ‘What Am I To You’ atau IU lagi yang ‘Obliviate’. Tiga lagu itu punya konsep latin pop dan jadinya dangdut. Karena dangdut jadi enak. #maaf #fansUutPermatasari #basisnyadangdut #KpophanyaPelarian

Super Junior berhasil mengembalikan bagaimana menyenangkannya mendengarkan lagu mereka lewat track ini. Kalau gue bukan pendengar Kpop, gue akan dengan mudah mengenali ‘Mamacita’ sebagai lagu Super Junior. Ada daya tarik sendiri yang membuatnya istimewa menurut gue. Satu kata untuk lagu ini: NENDANG! Terlebih bagian “Ayayaya” itu sih udah klimaks. Karena gue sedikit kecewa sama ‘Sexy, Free & Single’, ‘Mamacita’ menjadi penawar semua rasa kecewa itu.

Plus-nya lagi ada dua hal penting yang nggak akan lo lupakan dari perilisan ‘Mamacita’: Leeteuk dan Heechul comeback dari wajib militer dan Sungmin kehilangan keperjakaannya. Ini yang membuat perilisan ‘Mamacita’ jadi spesial dan tidak terlupakan.

Back to our main topic.

Perilisan ‘Devil’ bisa dibilang kejutan. Oh tentu saja, karena kan album ini adalah album spesial untuk perayaan ulang tahun debut Super Junior yang ke-10. ‘Kejutan yang istimewa’ itupun ditampilkan dalam bentuk teaser video yang menyenangkan dan di luar dugaan. Kembali lagi ke apa yang gue tulis di awal, ketika gue melihat teaser videonya gue merasa Tuhan benar-benar mendengarkan doa gue dan memberikan bisikan cinta ke SM Entertainment.

Gue sudah sangat puas dengan apa yang gue dapatkan di ‘Mamacita’, tapi kemudian ‘Devil’ berusaha untuk memberikan kepuasan lebih. Teaser yang ada ayam-ayamnya itu bener-bener bikin ngakak. Bener-bener nggak kebayang kalo misalnya mereka akan kepikiran buat bikin sesuatu yang lebih lucu dari sketsa lebay-nya ‘Mamacita’.
*

*
Di situ gue langsung mikir kalau memang cuma konsep seperti ini mungkin yang memang pas dan pantas untuk dibawakan Super Junior di usia mereka yang sudah tidak lagi remaja itu. Gue suka banget sama konsep video ‘It’s You’ yang one take dan versi drama (YAH KAN BAPER KIBUM KAN YAH YAH) tapi kalo dipikir-pikir, kalau konsep drama galau remaja seperti itu diulang lagi sekarang berasa nggak pas.

Nggak pas karena ada Heechul yang sudah merusak imajinasi drama galau di kepala gue dengan MV M&D yang ‘I Wish’, yang sama Yerin ‘G-Friend’.

Nggak pas karena ada Leeteuk yang sudah merusak imajinasi gue juga soal drama galau karena image dia yang selalu lucu dan lebih ke gag-artist daripada idola Kpop.

Yang jadi masalah kenapa Super Junior nggak bisa lagi menggunakan konsep galau, ya dua orang ini.

Image mereka sudah terlalu lawak untuk bermain drama serius. Setidaknya di kepala gue. Dan gue rasa SM Entertainment setuju dengan hal itu (KEPEDEAN!) karena buktinya ‘Growing Pain’ masih bisa tampil seserius (padahal EunHae juga punya image yang nggak kalah lawak. Bahkan beberapa tahun di awal gue kenal Super Junior, gue ngeliat Eunhyuk kayak salah satu pemain Extravaganza, kayak Tora Sudiro saking lucunya. Karena gue bias Donghae jadi gue nggak akan membandingkannya dengan siapapun kecuali ikan asin penuh air mata). Bukti lain bahwa member Super Junior selain Leeteuk dan Heechul bisa tampil galau adalah ‘At Gwanghwamun’-nya Kyuhyun. Untuk bagian ini gue nggak akan bahas lebih lanjut karena takut baper.

Tapi kejutannya ternyata nggak cuma sampai di video teaser yang ada ayamnya. Nggak cuma sampe di video yang ada adegan celana melorotnya. Ternyata masih ada kejutan yang lain: teaser video yang sebenarnya.
*

*
“ANJIR INI BENERAN SUPER JUNIOR? INI BENERAN SM ENTERTAINMENT? KOK MEREKA TIBA-TIBA PUNYA BANYAK UANG GINI BUAT BIKIN TEASER VIDEO BAGUS BUAT SUPER JUNIOR?”

Adegan kebut-kebutan Donghae di awal teaser itu langsung mengingatkan gue ke video promosi konser Bigbang untuk ‘MADE’ tahun ini. Walaupun ya lebih bagus Bigbang sih, tapi usaha SM Entertainment untuk menampilkan sesuatu yang terlihat seperti film layar lebar ini kan luar biasa banget! Perlu banget diacungin jempol. Teaser videonya pendek, tapi yang ditampilkan banyak banget.

“EH SERIUS LO? INI SERIUS BAKALAN JADI SEBANYAK INI?!”

Yah, mulailah gue berharap. Dan gue lupa kalau berharap kepada manusia, atau apapun, terlebih SM Entertainment, semuanya akan berakhir jadi debu padang pasir yang sirna tertiup kentut onta. Tingkat kekerenan teasernya kemudian berkurang beberapa poin setelah videonya keluar. Well yeah, seperti biasa, teaser selalu lebih bagus dari video aslinya.

Tapi kalau dibandingkan dengan tingkat troll yang dilakukan SM dengan teaser ‘EXODUS’-nya EXO, teaser ‘Devil’ ini masih mendingan. Kalo ‘EXODUS’ kan dari skor 10 untuk teaser langsung turun ke 0 untuk MV. Kalau ‘Devil’ ini masih dalam taraf yang wajar. Dari tingkat kekerenan 10 poin di teaser, ketika video klipnya dirilis berubah menjadi 5 saja.
*
*
Kekurangan pertama yang bikin gatel sebenarnya adalah bahwa MV ‘Devil’ ini terlalu niat untuk pamer, tetapi gagal. SM tuh seolah-olah mau balas dendam atas jeleknya video klip ‘Bonamana’, ‘Mr. Simple’ dan ‘Sexy, Free & Single’ dalam durasi 4 menit 30 detik. Hasilnya? Bisa ditebak lah. Apapun yang niatnya pamer dan sombong itu tidak akan berakhir bahagia (di beberapa poin).

MV ‘Devil’ terlalu banyak memuat cerita dalam durasi yang terlalu singkat. Pada akhirnya membuat gue nggak fokus sebenarnya ini intinya apa sih? Apakah Siwon, apakah Donghae, apakah Kyuhyun, atau apa? Sebenarnya bagus sih, keliatannya kayak ada banyak ragam dalam satu video gitu. Kesan kerennya juga dapet karena, “WIIIHH!!! Ada cowok kebut-kebutan naik motor, terus tiba-tiba berhenti, kibas poni, terus nabrakin motornya sama mobil terus meledak!”

Tapi ya itu tadi, ternyata adegan si cowok hanyalah salah satu dari banyak cerita yang ditampilkan sehingga membuat penonton (GUE AJA SIH SEBENERNYA) nggak fokus sama satu cerita aja. Padahal berharap ya udah sih, satu aja fokus, bagus, dan nggak bikin mendengus. Apa salahnya sih, SM?

Pas teasernya (bukan yang ayam-ayam) keluar, dalam bayangan gue, Super Junior tuh bakalan comeback ngerilis sepuluh video drama yang berbeda. Jadi kayak ada rangkaiannya gitu di comeback ‘Devil’ ini. Kan katanya ini album spesial. Jadi ekspektasi—ah kan muncul lagi kata biadab itu—gue berlebihan banget. “Kan perayaan anniversary yang ke-10! Spesial kan?!”

10 tahun juga bukan waktu yang singkat loh, buat karier sebuah boyband. Bahkan bisa dibilang ini pencapaian yang sangat tinggi. Ya lo bayangin aja, dari berbagai drama mulai dari Kibum yang gabut di Super Junior sejak dahulu kala, Hangeng keluar, Sungmin menikah... Super Junior masih bisa eksis sampai sekarang ini sebuah hal yang patut banget disyukuri. Bukankah ini momen yang tepat buat Super Junior untuk mempersembahkan sesuatu yang setidaknya spesial untuk diri mereka sendiri seperti sepuluh video klip yang berbeda misalnya?

Tapi sekali lagi, ekspektasi tinggalah ekspektasi. Sama kayak adegan pas si cewek ini udah deket banget sama Kyuhyun, ngarep kek kissing scene, lah malah cuma dipelototin sama mata merah doang.
*
*
Potongan cerita yang ada di teaser itu ternyata memang hanyalah bagian dari 4 menit dan 30 detik video klipnya. Terlalu maksa. Bagus memang. Pengambilan gambarnya udah keliatan kayak film layar lebar. Senjata-senjata yang dimunculkan memberikan kesan keren. Tapi terlalu maksain buat dipadetin ke dalam satu video aja. Ada cerita yang terbuang. Ini Super Junior, bukan Super Mubazir. Yang istimewa pun menjadi berkurang rasa manisnya.

Gue jadi inget salah satu rumor yang beredar sebelum album ini dirilis yang juga membuat semua rasa manis di dunia per-Kpop-an ini jadi pait, yang bikin gue ketawa kenceng-kenceng, tapi kemudian bikin gue berpikir juga. Postingannya berbunyi seperti ini (gue copas sesuai dengan spasi dan tanda baca dan ejaan yang digunakan orang yang nge-share):

(WAJIB BACA)BEBERAPA FAKTA KETIDAK ADILAN SM PADA SUPER JUNIOR! (Original post here)
1. Kata2 Donghae "Sebenarnya kami membuat album ini secara rahasia, karena tidak ada respon dari agensi saat kami meminta comeback, karena elf ingin melihat kami diatas panggung lagi, kami berusaha keras untuk mereka"
2. SM sama sekali tidak mempromosikan niat Comeback SJ, padahal mereka mempromosikan GG bahkan sampai keluar negeri.
3. Super Junior Comeback tanpa agensi.
4. SM yang membantah Comeback SJ.
5. Ketidak pastian Agensi soal SJ.
6. MV Super Junior tidak ditanggung SM. Menurut berita MV tersebut ditanggung Member SJ sendiri. Terutama Leeteuk.
7. Kepemimpinan CEO baru SM yang dianggap tidak baik.Terbukti, banyak anak asuhan SM yang memilih
hengkang dari SM.Ini menunjukkan kemungkinan CEO baru tersebut memang memiliki kinerja/tabiat kurang baik.
8. Uang hasil Comeback Super Junior"Mamacita" dipakai untuk Comeback BB lain asuhan mereka.
9. Super Junior bolak-balik promo Comeback album baru mereka sendiri "setiap konser", tanpa agensi
karena tidak ada respon dari agensi mereka.
10. SM yang memblock user superjuniorfans.
SAMA SEKALI TIDAK ADA MAKSUD UNTUK FANWARE

Kenapa gue bilang di paragraf sebelumnya “pada akhirnya gue berpikir juga” karena:

(A) kata-kata yang digunakan di postingan itu penuh dengan tuduhan yang sangat fatal buat banyak pihak: (1) SM, (2) EXO, (3) SNSD. Meanwhile, gue bisa bilang postingan ini hanyalah bentuk pendapat dari salah seorang netizen (yang gue curigai berasal dari Korea Selatan) yang kemudian di-translate dan (dengan perasaan yang sangat menyesal di dada gue) dipercaya dengan begitu cepat oleh netizen dari Indonesia (yang gue curigai baru kenal Super Junior setahun paling banter),

(B) setiap poinnya membuat gue berusaha untuk semaksimal mungkin menjelaskan ke diri gue sendiri, kenapa poin-poin yang ada di postingan itu salah.

Kata2 Donghae "Sebenarnya kami membuat album ini secara rahasia, karena tidak ada respon dari agensi saat kami meminta comeback, karena elf ingin melihat kami diatas panggung lagi, kami berusaha keras untuk mereka"

Gue menangkap adanya kesalahan terjemahan di sini. Enggak tahu kenapa tapi gue merasa memang di bagian ini ada kesalahan translasi. Kalau album ini dibuat secara rahasia, tentu saja gue setuju karena ini kan sejatinya adalah album kejutan. Kalau tidak ada respon dari agensi ketika “kami” meminta comeback, kenapa pada akhirnya album ini dirilis? Untuk kalimat terakhir, gue percaya. Ya itu kalimat standar yang selalu diucapkan hampir semua boyband/girlband.

SM sama sekali tidak mempromosikan niat Comeback SJ, padahal mereka mempromosikan GG bahkan sampai keluar negeri.

Yang menulis poin ini bener-bener menyimpulkan semuanya terlalu cepat. Urusan promosi comeback itu sebenarnya bukan urusan niat atau nggak niat. Tapi urusan padatnya jadwal lain yang ada di dalam Super Junior sendiri, yang pada akhirnya membuat promosinya terasa seperti nggak niat.

Disaat ‘Devil’ dirilis, Super Junior masih ada utang konser Super Show, masih ada plan konser Asia tur K.R.Y, masih ada konser EunHae, masih ada kesibukan lain di variety show yang juga adalah bagian dari kegiatan mereka. Gue sendiri heran kenapa ‘Devil’ ini promosinya melempem, tapi ketika melihat semua faktor itu, bukankah jadinya wajar?

Mereka kan bukan P-Man yang punya robot copy. Mereka juga harus membagi mana yang prioritas dan mana yang bukan. Dan fakta bahwa ‘Devil’ adalah album spesial, gue sangat memaklumi kenapa promosinya jadi melempem. Karena ‘Miracles In December’ juga album spesial, promosinya juga hanya sekenanya.

Untuk bagian yang SNSD, ini jelas hanyalah sebatas dendam kesumat yang sayangnya sudah mendarah daging di dalam fandom. Super Junior bahkan lebih dulu World Tour daripada SNSD. Bagian mananya sih yang harus membuat kalian iri? SNSD setahu gue belum pernah tur Amerika Selatan tapi Super Junior udah. Tidakkah itu cukup membuktikan bahwa sebenarnya manajemen ini lebih pro ke Super Junior ketimbang SNSD?

Super Junior Comeback tanpa agensi.

Em, hello, Kibum butuh 10 tahun buat menyelesaikan kontraknya dengan SM dalam damai. Hangeng butuh bertahun-tahun untuk bisa lepas dari masalah kontrak sebelum bisa bernafas lega. Apakah semudah itu Super Junior keluar dari SM dan comeback tanpa agensi?

At least mereka butuh waktu enam bulan sampai satu tahunlah. Kalau misalnya mereka mau keluar dan comeback tanpa agensi, harusnya mereka udah lakukan itu dari setahun yang lalu. Jadi pas ‘Devil’ dirilis udah karuan nggak ada urusan lagi sama SM. Kan gak mungkin sekarang keluar, besok rilis lagu. Emangnya Huang Zi--------ah. Beda kasus.

Dan anak-anak Super Junior keliatannya bukan orang yang mau cari masalah sama manajemen gak sih. Maksudnya Kibum aja yang sudah segabut itu masih cari aman banget keluarnya. Masa iya SJ mau cari masalah.

*tarik nafas* *hembuskan*

SM yang membantah Comeback SJ.

(Ketawa) Ya kan namanya juga proyek manajemen itu rahasia dan akan dibocorkan ketika waktunya. Tentu saja SM membantah perihal comeback SJ. *ahem* Tapi toh comeback kan?!

Ketidak pastian Agensi soal SJ.

Setiap gosip artis comeback kayaknya selalu ada deh pernyataan manajemen yang, “Kami tidak bisa memastikan kapan persisnya tapi sebelum akhir tahun ini.” Atau ada ketidakpastian lain yang mereka maksudkan di sini? Kayak, misalnya, ketidakpastian apakah Super Junior masih akan dibikinin album atau enggak, gitu?

Padahal ya, dari semua grup yang ada di SM, Super Junior ini yang konsepnya paling aman. Membernya banyak, sub-unitnya banyak, kalo satu grup besar gak bisa tampil, sub-unit bisa menyelamatkan mereka. Sementara grup sebelah yang punya dua sub-unit aja sekarang satu sub-unitnya tinggal sisa tiga member. Kan bangs*t.

Perlukah ini dimasukkan ke dalam poin-poin penuh dendam dengan judul “(WAJIB BACA)BEBERAPA FAKTA KETIDAK ADILAN SM PADA SUPER JUNIOR!” ?

MV Super Junior tidak ditanggung SM. Menurut berita MV tersebut ditanggung Member SJ sendiri. Terutama Leeteuk.

Kalau gue jadi Leeteuk, gue akan memilih untuk melakukan ini. Serius deh. Kalau gue bisa menggunakan uang gue, untuk membuat sesuatu yang lebih baik daripada uang yang dikasih perusahaan, ya mending pake duit sendiri.

For the sake of fans tentu saja. Kalau diliat dari pemasukkan pribadi masing-masing member, bukankah hasil MV yang akan diproduksi bisa lebih spektakuler karena uangnya lebih banyak? Dan perkara apakah MV itu ditanggung sama SM atau sama Super Junior seharusnya bukanlah bentuk ketidakadilan, tapi harusnya dilihat sebagai sebuah bentuk kemandirian. Iya gak sih?

Bukannya Super Junior mau comeback tanpa agensi?

Oh enggak ya. Yaudah.

Kepemimpinan CEO baru SM yang dianggap tidak baik.Terbukti, banyak anak asuhan SM yang memilih hengkang dari SM.Ini menunjukkan kemungkinan CEO baru tersebut memang memiliki kinerja/tabiat kurang baik.

HAHAHAHAHAHAHA Semua orang menganggap ketika Lee Soo Man turun dari kursi CEO, semua kejadian yang ada di manajemen ini adalah salah Kim Young Min. Padahal sebenarnya meskipun Lee Soo Man sudah nggak di bangku CEO, bukan berarti dia lepas tangan dari manajemennya.

CEO itu cuma label. Lee Soo Man itu founder SM. Nggak mungkin dia tutup mata sama apa yang terjadi dengan artis-artisnya. Apa yang dilakukan Kim Young Min tentu saja atas seizin Lee Soo Man dan rapat para pemegang saham.

Lah ini kenapa jadi kayak drama Korea. WAKAKAKAKAKKAA

Maksud gue, Lee Soo Man aja masih suka milih-milih mana yang akan debut mana yang nggak debut gitu. Masa iya urusan seserius artis dia lepas tangan.

Yang jelas, lo nggak bisa menyalahkan Kim Young Min atas kepemimpinannya yang bobrok. Lee Soo Man juga harusnya disalahkan. Tapi gue nulis begini bukan berarti gue nggak suka sama Lee Soo Man. Gue cuma kasian aja sama Kim Young Min yang selalu kena sasaran caci maki padahal otaknya tetep aja di Lee Soo Man. #EA #TEMENMAINGUNDU #PERHATIANBANGET

Tapi balik lagi bahwa tanpa Lee Soo Man, lo nggak akan bisa kenal Super Junior, jadi lo nggak bisa apa-apa. Lo cuma bisa manggut-manggut aja. Sampai Super Junior bener-bener comeback tanpa agensi.

Uang hasil Comeback Super Junior"Mamacita" dipakai untuk Comeback BB lain asuhan mereka.

Cuma bisa senyum :”) Yang lucu adalah, setelah bertahun-tahun ada di fandom ini, ternyata masih ada aja yang kayak gini loh HAHAHAHAHAHAHAHA

Super Junior bolak-balik promo Comeback album baru mereka sendiri "setiap konser", tanpa agensi karena tidak ada respon dari agensi mereka.

Gue jujur aja nggak bisa nangkep maksud dari kalimat ini. Tapi bukankah konser adalah tempat yang tepat untuk promosi comeback album baru mereka sendiri? Bukankah konser itu digelar karena mereka masih punya agensi? Gue gak paham mungkin tolong getok kepala gue coba GETOK PAKE PALU THOR.

SM yang memblock user superjuniorfans.

Itu apa? User apa? Siapa?

SAMA SEKALI TIDAK ADA MAKSUD UNTUK FANWARE

HAAHAHAHAHAHAHAHAHFANWAREHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAA

Dear SM, ELF tuh udah jago bikin fanfiction penuh drama dan tragedi dan konflik sendiri di dunia mereka. Kenapa Anda tidak mencoba untuk menggunakan saja 10 poin di atas sebagai konsep comeback di MV Super Junior ketimbang harus menyatukan sepuluh judul film yang berbeda yang pada akhirnya malah tidak ditampilkan secara maksimal?
*
*
Kalau aja SM make konsep fanfic ELF di atas sebagai comeback dan dikemas dalam sebuah drama pelik dan bagus, mungkin poin kekurangan ini akan berkurang juga hahahahaahha ELF JJANG! Kagum banget gitu kok bisa ada yang kepikiran bikin hoax tapi bagus dan drama banget kayak gini. Walaupun nggak masuk akal juga sih.

*tarik nafas*

Eh taunya semua yang ditulis di atas beneran. Uang Super Junior dipake buat EXO sama SHINee. Harusnya kan mereka bisa bikin sepuluh video yang berbeda buat comeback ‘Devil’ ini! DUH SM KAMU NGGAK ADIL! KAMU JAHAT! KAMU PILIH KASIH! KAMU ANAK TIRIKAN EXO! EH SALAH, SUPER JUNIOR!

HAHAHAHAHAHHA

Kekurangan kedua dari MV-nya mungkin lebih spesifik ke salah satu member yang baru keluar wajib militer: Yesung. Secara ini album pertama dia sehabis wamil, gue malah merasa kehadiran dia di ‘Devil’ ini kayak nggak keliatan dan nggak berasa.
*
*
Dia masih main vocal kan? Atau sudah pindah ke EunHae sekarang main vocal-nya? HAHAHAHA Soalnya selama beberapa tahun terakhir ini, Super Junior tuh terlalu mengedepankan EunHae banget. #Maaf #bukanOTP.

Donghae sendiri secara aneh mendapat porsi menyanyi yang lebih banyak dari biasanya. Entah sejak kapan. Mungkin sejak badan dan teteknya mulai membesar. Tapi sebenarnya part menyanyi di sebuah grup yang membernya banyak harusnya nggak perlu dipermasalahkan. Bukankah semakin sedikit part satu member berarti pembagiannya semakin adil? :p

Tapi poin gue di sini adalah penampilan Yesung di MV-nya nggak istimewa. Seolah nggak menunjukkan kalau ini loh, member Super Junior yang sudah lama menghilang dari formasi grup karena sibuk jualan kacamata wamil.

Coba bandingkan dengan momen comeback Leeteuk dan Heechul di ‘Mamacita’. Mereka bahkan mendapatkan porsi yang proporsional untuk MV itu. Leeteuk dan Heechul bahkan bisa dibilang jadi inti cerita di versi drama ‘Mamacita’. Iya kan? Mereka jadi penjahatnya. Di semua film aksi kan penjahat adalah inti cerita yang berusaha ditumpas si protagonis.

Kebanting aja gitu bagaimana kemasan Leeteuk dan Heechul di ‘Mamacita’ dengan kemasan Yesung di ‘Devil’. Padahal ‘Mamacita’ dirilis nggak pake embel-embel album spesial ulang tahun ke-10. Bahkan justru perilisan ‘Mamacita’ banyak yang ngekor: rencana pernikahan, rencana wamil. Tapi tetep aja lagunya bagus dan videonya fokus.

Dan kalau dipikir-pikir, perilisan ‘Mamacita’ jauh lebih terkesan spesial karena ada tiga MV yang dirilis dalam waktu berdekatan. HAHAHAHAHAHAHA DUHHHH PERKARA ALBUM SPECIAL 10TH ANNIVERSARY NIH EKSPEKTASINYA BERLEBIHAN!

Cuma itu sih dari sudut pandang MV. Dari lagu-lagu yang ada di albumnya mungkin porsi Yesung sama seperti biasanya. Seperti halnya seorang main vocal. Ya memang harusnya seperti itu sih.
*
*
Yang ketiga, gue nggak tahu apakah ini bisa dibilang kekurangan, tapi gue rasa memang timing perilisan album ini nggak pas. Gimana ya, kasarnya mending nggak usah bikin album 10th Anniversary deh daripada malah kesannya jadi kayak “nggak total”.

Sebenarnya ada banyak hal “positif” dari video musiknya aja. Saking banyaknya sampe mubazir. Tapi perkara timing yang nggak pas, jadi perilisan ‘Devil’ ini sayang banget jadi nggak nendang.

SIAL! INI PASTI KARENA UANG HASIL “MAMACITA” DIPAKE BOYBAND LAIN DI SM NIH!


(kemudian inget kalau Siwon sama Donghae mau wamil)

(oh... pantesan albumnya keburu-buru)

(le sigh)
*

*
Nah setelah beberapa negatif tadi, tentu kita akhirnya akan masuk ke bagian yang positif-positifnya dari ‘Devil’. ‘Devil’ bisa dibilang MV langka dari Super Junior. Karena setelah ‘Don’t Don’, kita nggak pernah lagi menemukan ledakan-ledakan di video klip mereka. Dan butuh waktu tujuh tahun buat Super Junior untuk mengembalikan ledakan itu.

Bedanya, kali ini penampilan mereka lebih kasual. Iya sih menyesuaikan sama umur. Gue suka MV ‘Don’t Don’, lebih spesifik gue suka sama rambutnya Sungmin di situ. ‘Devil’ ini bisalah disebut sebagai versi upgrade dari ‘Don’t Don’. Walaupun dari segi member sih downgrade karena banyak berkurang.

Feel-nya aja mungkin yang berbeda. ‘Don’t Don’ terasa lebih intens dengan lirik lagunya yang juga emosional banget remaja puber. Sementara ‘Devil’ lebih... gimana ya menjelaskannya... mature dan lebih kebapakan, begitu. Atau sederhananya versi dewasa dari remaja labil yang dekil-dekil di ‘Don’t Don’ itulah.

Mumpung lagi bahas soal dewasa, keliatan juga kedewasaan yang ditampilkan nggak cuma dari cerita aksinya. Tapi juga dari adegan tabrakan di awal video. For what reason you tabrakin motor you ke mobil gitu Lee Donghae. Ya motor lawan mobil masa sih motor bisa menang dan for what reason you sacrifice your life kan gak jelas.

Walaupun di adegan berikutnya dia masih hidup dengan baju dan motor yang sama yang masih utuh. HA.
*
*
Nuansa kedewasaan lainnya juga terlihat dari adegan ciuman Siwon di awal walaupun secara aneh harus disensor dan diakali oleh angle kamera. Sementara adegan tembak-tembakan dan penampakan pistolnya nggak disensor sama sekali. 15 kali adegan mengacungkan pistol loh. Nggak ngerti, apakah menurut orang Korea ciuman itu lebih bahaya daripada senjata berpeluru.

Mungkin bisa dibilang juga ini pertama kalinya ada beha-beha bergentayangan di video klipnya Super Junior? Iya nggak sih? Gue nggak inget sebelumnya ada cewek seksi di videonya Super Junior yang Korea? Apa gue yang sudah terlalu #terEXOnisasi sampai-sampai lupa ya atau gimana? Tapi seinget gue MV-MV SJ sebelumnya isinya cuma member sama tembok kosong. Lumayan lah di sini ada beha bergentayangan. Cuci mata dikit.

Visual dari videonya juga bagus dan nggak mengecewakan. Berasa kayak nonton film beneran. Tadi di awal juga sempat gue singgung sedikit-sedikit soal ini. Nah, kalau dibandingkan dengan ‘Mamacita’, gue melihat ‘Devil’ ada sedikit usaha lebih dari segi pengambilan gambar dan juga efek-efek yang ditampilkan. Walaupun memang komikal sih, tapi seneng aja gitu ngeliatnya.

Butuh usaha lebih juga untuk merangkum sepuluh cerita yang berbeda dalam sebuah video berdurasi 4 menit 30 detik ini. Walaupun tetep bete karena jadi nggak fokus. Padahal kan sebenarnya ceritanya tentang cewek yang ternyata anak Dajjal kan. Tapi malah membingungkan. Karena banyak cerita di dalamnya, jadi nggak ngerti apakah sebenarnya dari awal sampai akhir itu nyatu, atau berbeda-beda.
*
*
Gue seneng shot dance-nya nggak terlalu banyak ditampilkan di video dan dibuatkan performance video sendiri. Mungkin memang karena sudah terlalu padat cerita di videonya sendiri jadi adegan dance juga diselipkan seadanya. Karena kalau misalnya dominan dance, malah jadi biasa-biasa aja. Malah jadi another geunyang SM Entertainment MV yang cuma nari depan tembok.

Dan, kenapa pada akhirnya tidak banyak dance malah bagus, karena dance-nya ini kocak banget. Kayak anak ayam kena penyakit tetelo. Kalo digabungin sama adegan aksi tembak-tembakan kan nggak cocok ya. Jadi emang pas aja kalo dibuat terpisah gitu.

Gue baru tadi banget nonton performance version-nya ‘Devil’. Awalnya gue yang duduk biasa aja tapi di tengah-tengah menuju akhir kedistrek sama gerakan dance mereka yang kelewat kocak tapi ekspresi member yang flat aja kayak lapangan tenis. Belom lagi baju dada Siwon yang tiba-tiba berubah dari kering terus berkeringat basah terus kering lagi.

Dan videonya literally di depan tembok putih WAKWAKWAKWAKAWWWWWW

INI PASTI KARENA UANGNYA DIPAKE BUAT COMEBACK BOYBAND LAIN KAN!

Sekali lagi sayang banget ya, timing perilisannya nggak pas. Padahal dance-nya se-freak dan semenyenangkan itu loh. Sedih aja.
*

*
Kalo gue bilang, video ini agak lebih ada detail ketimbang video-video sebelumnya (tidak termasuk ‘Mamacita’). Misalnya salah satu contoh di adegan ‘Unintended Intruder’, kan diperkenalkan masing-masing member tuh. Di bawah masing-masing nama mereka diselipkan juga potongan Bahasa Inggris dari lirik lagu ‘Devil’. Gatau, kenapa gue juga memasukkan ini ke dalam kategori ‘detail’, karena mungkin tulisannya kecil dan hampir tidak terbaca kalau dilihat sekilas, tapi tetap dimasukkan supaya ada kesan seperti film beneran.
*
*
10 lagu di album ‘Devil’ ini juga beda banget sama lagu-lagu di album ‘Mamacita’. Super Junior lebih kalem di album ini. Kelewat kalem kayaknya sih. Hahahaha... Kalo dengerin album ‘Mr. Simple’ atau ‘Sexy, Free & Single’ tuh kayak yang berasa banget campur-campur semua genrenya. Dari lagu yang galau segalau-galaunya sampai yang ganggu seganggu-ganggunya ada.

Di ‘Devil’ juga begitu sih, campur-campur juga, tapi tingkat kekaleman dan “random”-nya masih bisa ditoleransi. Tapi di ‘Devil’, selain lagu andalannya, enggak ada lagu yang terlalu bersemangat yang selalu muncul sebagai alternatif untuk dijadikan title track misalnya. Kayak pas di ‘Mamacita’ misalnya, gue suka banget sama ‘Shirt’. Di ‘Devil’ ini kayaknya cuma ‘Devil’ yang menonjol.

(Sebenarnya ‘Rock’ n Shine’ berpotensi sih, tapi bagian intro doang. Bagian tengahnya kayak lagu anak-anak soundtrack film kartun)

Tapi style musiknya juga sebenarnya juga beda sih sama lagu-lagu di album ‘Mamacita’. Seperti halnya album ‘ODD’-nya SHINee, gue juga bisa bilang album ‘Mamacita’ itu kayak album yang isinya comotan dari album-album lama Super Junior, dipilih yang bagus-bagus dan digabungin jadi satu. Lagu-lagu galaunya banyak yang bagus kayak ‘Evanesce’ itu suka banget.

Gue nggak terlalu suka ‘Devil’ mungkin karena terlalu terkesan kayak parodi (salahin ayam). Lagu-lagu di albumnya juga nggak terlalu menunjukkan kesan istimewa dan spesial. Nggak ada kesan ulang tahun ke-10 gitu. Ya paling yang bikin beda karena ada banyak sub-unit yang akhirnya ditampilkan di album ini. Dan yang bikin seneng adalah mereka juga mengikutsertakan lagu SJ-M di dalamnya. #WENEEDMOREHENRY #WENEEDZHOUMITOO

Kalau disuruh milih dua lagu yang jadi favorit di album ini, gue akan menjatuhkan pilihan ke ‘Simply Beautiful’ dan ‘Alright’. Apa lagu kesukaan kalian di album ini, ELF(s)? HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Akhirul qalam, album ‘Devil’ ini bukanlah album terbaik yang dirilis Super Junior. Dan sepertinya kita harus nunggu agak lebih lama untuk album Super Junior berikutnya. Bisa dua sampai tiga tahun mungkin? Sementara itu silakan nikmati sub-unit K.R.Y dulu karena Super Junior-M pun kayaknya bakalan vakum untuk sementara ya. Ah.... semoga abis ini Zhoumi sama Henry comeback solo sih.
*



'Married To The Music' SHINee: Slapstick & Freak, Tapi Suka Banget!

$
0
0
Gue sedang duduk di depan meja belajar kecil warna hijau yang gue beli dari Lazada beberapa waktu lalu dan gue rakit sendiri malam itu. Seperti biasa ketika gue ada di kosan, maka pekerjaan yang paling mendominasi semua waktu di kamar adalah duduk mandangin laptop dan timeline Twitter. Membosankan, tapi seru juga.

Belakangan ini Twitter gue sudah seperti asing buat gue sendiri. Sudah dua tahun terakhir gue nggak pernah mem-follow orang-orang lain di Twitter. Orang-orang yang gue follow sekarang juga kayaknya udah banyak yang nggak aktif di media sosial ini. Beberapa orang yang masih aktif, sayangnya membuat gue merasa aneh di timeline gue sendiri.

Nggak bisa sih sebenarnya menyalahkan apa yang mereka tulis di Twitter. Kan itu Twitter mereka. Ya seharusnya kalau nggak suka kan tinggal unfollow aja. Tapi karena orang-orang yang gue follow di Twitter ini masuk ke dalam daftar yang namanya 'Teman' dan kita sudah pernah ketemu dan hangout bareng beberapa kali, tentu saja untuk menekan tombol unfollow itu rasanya sulit.

Walaupun gue nggak ngerti dengan obrolan mereka tentang Monsta X, iKON, atau grup hip-hop lain yang sedang hits di Korea Selatan saat ini, gue tetap menghargai kehadiran mereka di timeline Twitter gue.

Bukannya teman itu diciptakan untuk punya rasa saling mengerti?

Walaupun gue nggak ngerti sama topiknya, mungkin gue bisa mencoba untuk mengerti bagaimana perasaan bahagia mereka saat spazzing. Yang pada akhirnya membuat gue kangen sama masa-masa ketika kita semua punya bahan spazzing yang sama: EXO.

Hahaha

Pada dasarnya temen-temen gue ini semua multifandom. Tapi sekarang ini baru berasa bagaimana beragamnya fandom kita. Dulu sih masih sering bareng ngebahas EXO, sekarang banyak distraksinya.

Entah apakah gue yang terlalu stick to EXO (dan SMTOWN) atau emang gue membatasi diri untuk tidak terlalu banyak ngefans grup lain kali ya? Sejauh ini sih gue cuma ngefans EXO.

Sama IU, Red Velvet, SNSD, SHINee, Super Junior, VIXX, Lovelyz, Infinite, HISTORY, C-Clown (YA ALLAH APA KABAR MAU BUBAR APA GIMANA), NU'EST, SISTAR, kadang-kadang miss A, 2PM sekenanya, TVXQ sekedarnya, kadang-kadang dengerin WINNER, GOT7 juga bagus sih, hmmm belakangan ini gue lagi suka banget dengerin 'I Need U'-nya BTS, gue baru dengerin SEVENTEEN sekali tapi gue suka banget sama lagu-lagunya T-Ara sama SPEED.

Gue tuh anaknya emang stick to EXO kok.

Gue nggak akan ngeh kapan SHINee akan rilis lagu baru untuk repackaged mereka kalau malam itu gue nggak scrolling timeline Twitter. Beberapa orang di timeline ada yang SHINee World juga, dan kemudian di situlah gue tahu kalau 'Married To The Music' akan dirilis.

Gue sangat excited. Bahkan malam itu bisa dibilang lebih excited dari biasanya. Udah lama gue nggak meluangkan waktu gue buat spazzing secara khusus. Dulu, pas kuliah selama 24 jam dalam satu hari, 20 jam adalah waktu spazzing dan 4 jam adalah waktu tidur. Hidup terasa sangat mudah sekali saat itu.

Tapi ketika malam 'Married To The Music' dirilis, dalam dua jam mulai 21:00 WIB sampai 23:00 WIB, gue bisa merasakan kebahagiaan 20 jam spazzing beberapa tahun yang lalu.

Thanks to SHINee.

Grup ini selalu berarti lebih di dunia fanboying gue. Fakta bahwa mereka adalah grup yang bikin gue suka KPop membuat SHINee punya ruang khusus di hati gue (HALAH! MUNTAH!). Sebelahan lah sama IU. Walaupun gue bukan Shawol dan gue juga nggak pernah secara resmi memproklamasikan diri gue sebagai Uaena, tapi gue sangat mengidolakan dua musisi ini.

Deg-degan. Gue klik link MV 'Married To The Music' malam itu. Ekspektasi gue tinggi. Karena MV 'View' kemaren kan SHINee bagus banget dan di luar dugaan banget. Gue yakin, 'Married To The Music' juga akan sama menyenangkannya dengan 'View'. Pas gue nonton,

Anjir.

ANJIR.

ANAK SETAN!

KUDA BETINA LEPAS KONTROL!

LINTAH KUDISAN!
*

MV ini simply makes me really happy. Nggak, ini bukan sekedar MV yang lo spazzing-in cuma karena member-member grupnya tampil really cool atau cuma sekedar pamer tampang, ngegigit bibir, jual harga diri dengan pamer badan, atau mungkin ngelap iler yang padahal sebenarnya juga nggak netes yang sempat jadi trend MV KPop di tahun 2009 - 2010.

'Married To The Music' adalah MV yang--berlebihan gak kalau gue bilang gini--paling jenius yang pernah dibikin SM buat lagu Korea-nya SHINee.

NAE SARANG BANGET VERY MUCH SAMA IGEON MV! TTAK JOHA!

Ketika gue nonton ini, gue punya keyakinan bahwa siapapun yang mungkin nggak ngerti KPop atau mungkin ngerti KPop tapi nggak suka SHINee, kalau nonton MV ini pasti akan sangat terhibur. Terlepas dari apakah mereka suka atau ngak sama lagunya. Gue sendiri merasa kayak jatuh cinta pada pandangan pertama (pada Irene) pas nonton MV ini. Rasa terhiburnya kayak waktu pertama kali baca komik Crayon Shinchan pas masih SD dulu, walaupun itu komik rating-nya 15 tahun ke atas.

Yah... walaupun gue akui juga belakangan ini selera humor gue sudah merendah jatuh ke dasar alam baka (gue bahkan ketawa cuma karena posting-an Instagram Donghae yang ngerekam ujan doang. KENAPA GUE KETAWA PADAHAL DIA LAGI SENDU?!?!).

'Married To The Music' MV-nya semenghibur itu untuk disaksikan berkali-kali. Membuat senyum terus. Sama kayak ketika gue mandangin wajah si-----Ah.................................................. #baper
*

*
Tenang saja, masyarakat yang budiman, elo nggak akan menemukan tembok kosong ataupun studio putih kayak pas adegan Dumbledore (almarhum) ketemu sama Harry, waktu Harry abis di-Avada Kedavra-in sama Voldemort.

Tenang juga, masyarakat pecinta Habib Rizieq, elo juga nggak akan menemukan tiang-tiang pancang yang biasanya ada di MV-MV SM sebelumnya. Plus juga nggak ada permainan lampu yang niatnya supaya bikin jadi mewah padahal sama sekali enggak.

Gerakan kamera yang ngikutin tiap member yang lagi nge-dance? Tenang saja, generasi baper, nggak ada yang kayak gitu. MV ini nggak berada di kotak yang biasa SM bikin buat artis-artis lainnya. Berbahagialah Shawol karena kalian bukan anak tiri. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

MV ini kalo kata gue sudah bisa lebih dari cukup menutup kegagalan SM dalam memproduksi MV bagus buat SHINee selama beberapa tahun terakhir. Sesuka-sukanya gue sama 'Lucifer' tetep aja MV-nya suck. Sesuka-sukanya gue sama 'Love Like Oxygen' tetep aja MV-nya nggak bagus-bagus banget. Tapi berkat 'Married To The Music', semua itu dimaafin.
*
*
Dibuka dengan sebuah quote yang langsung bikin ketawa (inget, selera humor gue lagi terjerumus ke lembah nista), gue langsung kepikiran kalau tulisan 'Marriage Is A Slow Death' itu pasti idenya Kim Kibum (walaupun gue nggak tahu bener atau nggak). Entah kenapa, di kepala gue, Key adalah orang yang bakalan single sampai usia 40 tahun. Bukan tipikal orang yang mau nikah muda (LAH IYA LO PIKIR DIA STUART COLLIN NIKAH MUDA).

Mungkin cewek yang mau deketin Key juga malu karena dia lebih jago melakukan hal-hal yang dilakukan cewek dari pada cewek kebanyakan. Gue nonton 'Key's Know How' kayak yang "ANJIRLAH INI ORANG KENAPA JENIUS BANGET."

Adegan TV hitam putih di awal juga menurut gue menarik sih. Semakin memberikan kesan vintage buat video ini. Karena style-nya juga kayak film-film komedi slapstick jaman dulu banget. Ditambah lagi gue baru sadar kalau Onew pas adegan di atas mobil itu pake sumping.
*
*
Gatau apakah ada yang akrab dengan istilah itu, kalau di Lombok (dan mungkin Bali) istilah ini digunakan ketika ada bunga terselip di telinga seseorang. Sejatinya sih sumping berarti perhiasan telinga. Tapi kalo di daerah gue kata itu juga dipake untuk bunga yang diselipin di kuping juga.

Kenapa Onew pake sumping bunga jadi lucu? Enggak tahu. Mungkin karena #bias. Nggak apa-apa lucu aja. Gue aja selalu ketawa kalau ngeliat IU. Padahal dia nggak ngapa-ngapain. Pasti karena #bias. Atau karena ngebayangin dia kalo pacaran sama Eunhyuk kayak gimana. #ah #OTP

Di akhir adegan hitam putih televisi itu ada kaleng-kaleng yang diikat di belakang mobil (yang kalau benar dilakukan di dunia nyata mungkin akan diprotes sama pengguna jalan karena menimbulkan kebisingan yang tiada tara). Mungkin maksud adegan ini karena kan 'Married' gitu ya. Biasanya kalo di film-film kan mobil pengantin ada aja hiasannya. Biar orang-orang tahu kalo mereka kawin.
*

*
Tapi adegan ini justru mengingatkan gue pas masih SD. Suka banget nyelipin gelas bekas air mineral di antara ban belakang sepeda sama besi kampas rem-nya. Jadi pas jalan, ada suara kayak motor rusak gitu. Berisik banget. Kalo dipake di hari hujan, bagian belakang baju langsung kotor kena cipratan lumpur. LOL

Ngomong-ngomong soal zaman SD, MV ini juga secara nggak sengaja membawa gue ke nostalgia masa kecil gue ketika kakak perempuan gue masih jadi anak MTV. Waktu 'Married To The Music' keluar, gue nggak cuma download MV-nya aja dari YouTube (HEHEHE miane, males streaming di YouTube buat nambah view. Kan bukan Shawol jadi nggak ada kewajiban), gue juga langsung download MV-nya Backstreet Boys yang 'Backstreet Back' (Everybody).

Dua MV ini punya konsep yang sebenarnya nggak bisa dibilang mirip, tapi adalah beberapa elemen yang sama. Yang pertama, dua-duanya punya nuansa komedi horor gitu. Yang kedua, dua-duanya juga (mungkin) terinspirasi dari sebuah pesta Halloween.

Bedanya, Backstreet Boys lebih otentik dalam menampilkan sisi gelap dari masing-masing karakter yang ditampilkan member. Sementara SHINee lebih berat ke komedi slapstick-nya. Bukan menjadi hantu, tapi jadi korban kekerasan wanita frik. Tapi nggak apa-apa, justru karena slapstick malah jadi bagus.

Sebenarnya sih, gue bukan penyuka hal-hal yang berbau slapstick. Kayak misalnya nih, ada era di mana 'Opera van Java' sangat populer banget di televisi. Kata orang "LUCU BANGET!" padahal nggak sama sekali menurut gue. Apa cuma gue yang nonton 'OVJ' bermuka datar? LOL

Tapi ya, di setiap episode acara itu pasti ada adegan-adegan kayak duduk di entah sumur, kursi atau batu yang terbuat dari styrofoam, kemudian tiba-tiba hancur dan jadi bahan ketawaan. Sekali mungkin lucu, tapi berkali-kali ya pasti bosen juga.

Gue sudah berhenti terpapar televisi sejak pertengahan 2013 kalau nggak salah. Sesekali mungkin gue nonton TV tapi itupun cuma satu acara doang. 2013 misalnya gue cuma nonton TV pas jam sahur karena ada 'Sailor Moon' di Indosiar. Selewat itu, TV-nya pasti akan mati. Sekarang TV gue malah udah gue kasi ke orang.

Di kantor juga kadang-kadang nonton tapi nggak intens. TV nyala, tapi fokus ke laptop. Kasarnya 1,5 tahunlah gue nggak terpapar televisi. Jadi nggak tahu apa yang terjadi di dunia pertelevisian. Apakah Dahsyat masih jadi acara nyampah bukan acara musik? Gue juga gatau siapa artis yang lagi naik daun. Siapa itu Isyana Sarasvati dan sebagainya.

Gue nggak merasa ketinggalan zaman kok. Malah gue merasa baik-baik aja hidup tanpa televisi. Dan efek nggak lagi sering nonton TV yang acara-acara slapstick itu (walaupun 'OVJ' juga udah lama berakhir sih) jadi ngakak parah pas nonton 'Married To The Music'.

Parah sih.

Selera humor gue emang.
*
*
Secara sederhana ceritanya adalah pesta Halloween di musim panas. Ah masa sih pesta Halloween? Mungkin sebenarnya ini undangan jebakan. Ada cewek sok-sok misterius padahal sebenarnya dia frik ngundang SHINee ke rumahnya.

Lagi-lagi seperti 'Why So Serious' dan 'Dream Girl', muka ceweknya nggak keliatan. Tapi semua orang juga tahu kalau dia adalah stalkter-nya SHINee. Dia adalah kalian, Shawol. WKWKWKWKWKWKWKWKW yang jauh di dalam lubuk hatinya tahu bahwa dia tidak mungkin memiliki SHINee tapi tetap berhasrat.

Gue juga nggak ngerti kenapa SHINee mau dateng ke undangan si cewek ini. Lah, logikanya aja kalo lo diundang sama orang yang nggak lo kenal apalagi mukanya nggak keliatan, ke rumah yang tampilannya aja udah serem gitu, masa iya lo mau dateng.

SHINee begok nih.

Tapi karena begok makanya MV ini jadi lucu. Segala kebodohan di MV ini adalah nilai jualnya. Bodoh sebodoh adegan dance di awal ini. Gue nggak tahu kenapa lagi-lagi gue ketawa ngeliat Jonghyun dibopong gitu. Nggak tahan juga ngeliat tangan Key "nyubit" celana ketat Jonghyun.

Nyubit celana. Baru denger.

Bisa juga celana ketat dicubit.
*
*
Merekapun masuk ke lokasi pesta yang bener-bener aneh ini. Kemudian seorang aneh datang dan menawarkan mereka minuman. Kalo gue sih, udah diundang sama orang yang aneh, nggak bakalan sembarangan minum-minuman di rumah orang yang gue nggak kenal. Tapi ya namanya juga orang-orang bodor. Merekapun menenggak minuman itu.

Kejadian-kejadian anehpun mulai terjadi. Kejadian aneh tapi menyenangkan dan sangat menghibur.

Dan juga bodoh.

Entah kandungan apa yang ada di dalam minuman itu tapi yang jelas minuman itu membuat mereka berhalusinasi. Mungkin isinya antimo sama ibuprofen dengan dosis tinggi dicampur sama bodrexin dan juga Sprite.

Langsung ayan.

Taemin adalah orang pertama yang merasakan halusinasi karena minuman itu. Dia mulai melihat orang-orang lain selain mereka berlima ada di pesta. Padahal sebenarnya orang-orang itu nggak ada sama sekali. Dia juga melihat kembarannya, Krisna si dewa biru. Taemin berubah jadi biru kayak abis keracunan teri balado basi.
*
*
Cerita di atas itu baru 52 detik pertama 'Married To The Music' dan gue bener-bener yang cuma mangap dan bisa cengok aja nontonnya. "EH BISA JUGA YA MANAJEMEN SM SUMBER MAKMUR BIKIN MV KAYAK GINI! NEMU JUGA NIH SM KONSEP MV YANG BEGINIAN! KENAPA BARU SEKARANG SIH KEPIKIRANNYA!"

Adegan wheel of fortune sih yang bikin.... ah.... kelar dah idup gue. Gue nonton MV ini bener-bener yang tengah malam pas baru rilis dan tengah malam juga gue ketawa ngakak liat kepala Key kepenggal.

This sounds psychopathic.(bener gak tuh bahasa gue)

Bahkan sekarang SHINee mengajarkan manusia untuk menertawai seseorang yang kepalanya dipenggal. This is so wrong. SHINee YOU GUYS ARE WRONG! YOU GUYS NEED RUKIYAH! Atau gue mungkin yang butuh dirukiyah karena nertawain orang yang kepalanya dipenggal. Gue butuh ayat-ayat cinta.
*
*
Eh sebentar... masalahnya ini nggak cuma kepenggal doang. Setelah kepenggal, kepalanya jatuh dengan manis ke lantai dan secara hebat topi yang dipake Key masih melekat kuat di kepalanya dan nggak copot sama sekali. Mungkin udah dijait di kepalanya atau simply nyangkut di rambut Frankenstein-nya.

Belom. Belom selesai. Abis kepenggal terus jatuh, kepala itu lalu ditendang melayang jauh ke tengah ruangan dan mendarat di meja.

Kurang frik apa coba.
*
dari angle ini, kepala itu kayak kepala Seulgi. Liat bentuk idung sama bibirnya lol!
*
Ya yang aneh sih nggak ada darah yang mengalir baik dari kepalanya yang sudah jatuh dan ditendang, ataupun dari badan yang lehernya udah putus itu. Mata Key juga awalnya pas kepenggal tiba-tiba terpejam. Gue pernah baca katanya kalau kepala manusia yang dipenggal masih bisa ngomong beberapa detik. Mungkin karena masih bisa ngomong jadi masih bisa nutup mata juga ya.

Tapi apa sempat gitu nutup mata. Eh malah ini juga sebenarnya nggak cuma bisa ngomong beberapa detik sih, ini malah abis dipenggal bisa nyanyi dan matanya kebuka lagi. HAH. LABIL. YA TAPI YAUDAH. Kenapa sih dipikirin orang dari awal juga MV-nya udah frik banget.
*
*
Adegan frik-nya nggak cuma sampai di situ. Gue pikir emang udah klimaks di situ aja. Eh ternyata itu baru awalan aja. Ternyata masih ada lanjutannya yang lebih frik lagi.

Ada yang matanya lepas dari rongganyalah, ada yang idungnya copot pas lagi ngerendem muka di wastafel-lah (ITU YANG DARI DALAM WASTAFEL TANGAN SIAPA LO PIKIR DEH APA ADA MANUSIA HIDUP DI DALAM PIPA AIR. INI MANUSIA APA BASILISK), ada juga yang bibirnya ketinggalan pas ciuman.

SHINee bener-bener ya. Udah nggak waras. Ganti nama ajalah kalian jadi orang gila kayaknya lebih cocok. Lama-lama jadi 'Opera van Java' beneran. Key jadi Nunung, Onew jadi Sule, Jonghyun jadi Parto, Minho jadi Andre, Taemin jadi Azis Gagap.

Udahan? Segitu doang adegan frik-nya? BELOM! BELOM!!!!!!! MASIH ADA LAGI YANG LEBIH MENJIJIKKAN!

Pas adegan Jonghyun makan biskuit terus tiba-tiba dia sadar kalau biskuit itu beracun, ini juga brilian banget. Dia makan dan kemudian muntah konfeti. MUNTAH KONFETI!
*
*
Nggak cuma sekedar muntah biasa, tapi muntahnya menyebar ke seluruh ruangan, melayang tinggi di angkasa menghiasi langit-langit rumah lokasi pesta. Belum puas? Jonghyun pun saling memuntahi satu sama lain dengan tamu cewek yang ada di sana. Masih belum puas juga? Onew dengan bahagia dan sukarela mandi dan menikmati muntahan Jonghyun dan si cewek.
*
*
Sounds really wrong but it happened. Ada yang saling muntah, ada yang mandi muntah.

Gue bisa bilang semua adegan slapstick di MV ini fresh. Kenapa? Karena SHINee sebelumnya nggak pernah segila ini. Konsep ini pas banget buat SHINee. Sama seperti 'Devil' dan segala macam gerakan dance kocaknya itu yang pas buat Super Junior. Jarang-jarang soalnya SM muncul dengan sebuah MV slapstick gini kan.

Adegan lain yang nggak bisa berenti bikin ngakak juga pas badan tanpa kepala Key jalan keliling ruangan terus nabrak sama Taemin yang matanya udah copot. Onew idungnya copot gue nggak paham kenapa dia bisa bertahan hidup bernafas lewat mulut. Jonghyun bibirnya copot juga bagaimana dia bisa makan ke depannya apakah dia harus masukin selang lewat idungnya buat makan (dipikirn loh masa depan Jonghyun sama Ron).
*
*
Ini 'Married To The Music' apa 'Married To The Copot'. #kerik

Kita ngomongin Onew, Key, Jonghyun dan Taemin dari tadi. Hampir setengah video Minho tetap dengan image prince charming-nya dan dengan wajah visualnya. Gue yang, "Lah Minho kenapa masih good looking aja dah? Apanya dia nih yang bakalan copot? Puting? Kemaluan? APA NIH?!"

Dendam kesumat sama si visual ternyata tersalurkan di MV ini (liat aja ekspresi empat member pas mendekati ke kue kayak udah jengah banget sama Minho). Pembalasan dendam kesumat kenapa orang yang nggak bisa nyanyi dan cuma bisa ngerap dan modal tampang aja selalu dielu-elukan itupun terbayarkan.

Modal utama Minho sebagai visual musnah sudah karena wajahnya disembur api. Yah. Dia yang paling menderita. Bayangin aja dia udah nggak bisa nyanyi, ngerap juga biasa aja, modal tampang doang, eh mukanya disemprot api dan rusak. YAH UDAH KELAR KARIER KEARTISAN CHOI MINHO. Silakan abis ini bobok bobok siang aja di rumah yah.
*
*
(Nggak kok, Minho sekarnag udah bisa nyanyi.)

(Dikit sih.)

(Nggak apa-apa yang penting usaha.)

Cewek frik di MV 'Married To The Music' ini gue rasa nggak jauh beda sih sama bule frik di 'View'. Inget kan dia juga punya kamar yang isinya poster-poster SHINee gitu. Tapi yang di 'Married To The Music' tingkat ke-frik-annya lebih tinggi dan lebih menyeramkan. Ya lo bayangin aja dia sampe menggal kepala orang.

Mungkin cewek ini 11-12 sama Ibu Dara di 'Rumah Dara' yang hobinya makan daging manusia itu. Sasaeng sejati sih. Sasaeng D.O 'EXO' mungkin cuma bisa nyuri celana dalam, sasaeng SHINee bisa dapet hidung, bibir, mata sampe kepala. LUAR BIASA.

Abis ini lelang di e-Bay.

Atau mungkin ditoplesin terus dipajang di kamar buat teman di kala senggang. Kalau bosan, tinggal cium-ciuim bibir Jonghyun. Kalau bosan, tinggal main bekel pake mata Taemin. Kalo bosan, tinggal cabutin komedo di idung Jonghyun, eh, Onew.
*
*
Lumayanlah buat penghilang penat.
*

PS: Fun challenge, berapa kali gue menulis kata FRIK di postingan ini?

KaosKakiBau ke New York [Part 1]: Visa Oh... Visa

$
0
0
*
Buat orang yang hidup di kota kecil selama 17 tahun dan kemudian pindah ke kota besar, gue bisa dibilang kampungan dengan berbagai kemewahan dunia yang dimiliki oleh kota besar. Gue masih inget banget ekspresi kagum ketika pertama kali sampai Depok (kota besar juga bukan, Depok?) tahun 2009 dulu pas pertama kali kuliah di UI dan melewati jalan Margonda dan Margo City.

"Wih... Ini mall besar banget ya!"

Padahal itu baru Margo City. Gue nggak tahu aja kalau ternyata masih ada yang namanya Grand Indonesia, dan di tahun 2012 ke atas di bangun Kota Kasablanka, Gandaria City dan Lotte Shopping Avenue. Di Mataram, Lombok, selama gue hidup di sana dari lahir sampai SMA, cuma ada satu mall yang beroperasi. Dan Mall ini nggak jauh beda sama ITC dan mirip-mirip Depok Town Square.

Enggak ada keren-kerennya.

Setelah empat tahun tinggal di Depok dan sekarang resmi dua setengah tahun menjadi "Jakartarian", gue tidak pernah merasa berubah menjadi sosok yang kekinian dan anak kota. Penampilan gue aja sebenarnya nggak mendukung untuk disebut anak kota. Dan kalau lo melihat jauh ke lubuk hati gue yang paling dalam (halah) gue masih anak kampung yang tetap amazed ngeliat kota besar. Ajak aja gue ke Bandung maka gue akan berurai air mata padahal cuma ke Masjid Agung semata.

(Minta banget diajak?)

Itulah kenapa ketika gue tiba-tiba dapat tugas kerja tiga hari dua malam di New York, gue masih deg-degan. Ini bukan Jakarta, bukan juga Bandung. Tapi ini New York!

Mungkin enggak banyak yang tahu kalau gue kerja di salah satu media online di Jakarta (ya, nggak penting juga sih sebenarnya orang-orang tahu gue kerja di mana) tapi di postingan ini, sepertinya informasi mengenai ini penting hihihi karena ya tanpa kerjaan ini gue nggak akan bisa melakukan perjalanan gue dari Jakarta ke New York.

Jadi, begini ceritanya...

Sebagai orang yang bekerja di desk KPop, gue sangat menanti-nantikan masa di mana kantor akan mengirim gue buat liputan ke Korea. Siapa sih yang nggak pengen ke Korea? Maksud gue dalam konteks lo sebagai fans KPop (mau fans lama atau fans baru, gue sih fans lama banget) pasti lo pengen mengunjungi negara tersebut buat apa istilahnya "naik haji". Tapi selama hampir dua setengah tahun bekerja di sini, kesempatan itu belum juga datang.

Ya namanya rejeki sih ya. Kita akan dapat apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Memang sih, selama gue ngefans KPop gue cuma pengen doang ke Korea, nggak yang butuh-butuh banget. Kalau ngeliat beberapa orang temen gue yang udah ke sana rasanya iri banget. Bahkan ada salah satu temen gue sempat masuk ke backstage-nya MBC (karena ada relasi dengan PD-nya MBC) dan bisa foto sama EXO 12 member! Gimana coba lo nggak iri?

Perjalanan ke Korea ini sepertinya memang menunggu waktu yang tepat sih menurut gue. Karena gue sendiri nggak pernah berusaha untuk menabung supaya bisa ke sana. "Bukan prioritas," kalau mengutip kata salah satu member grup dance cover favorit gue dalam sebuah chat LINE-nya suatu hari. Karena nggak pernah berusaha buat nabung itulah gue mengharap dapat gratisan. Dan kesempatan untuk dapat gratisan tentu saja tidak bisa dipaksakan. Sekali lagi, menunggu waktu yang tepat.

Suatu hari kantor gue dapat undangan liputan ke Taiwan. Salah satu band Indonesia akan konser di sana. Entah berseloroh atau emang serius, bos gue tiba-tiba aja bilang kalau gue yang akan berangkat.

"Taiwan banget nih?" kata gue dalam hati. Iya, negara ini asing sih buat gue. Tapi gue sempat bergelut dengan Mandarin Pop beberapa tahun lalu jadi nggak yang terlalu bodoh-bodoh bangetlah soal Taiwan. Toh juga kerjaannya ngeliput artis Indonesia. Means, gue masih bisalah ketemu rekan senegara.

Tapi beberapa hari setelah bos gue ngomong gitu tiba-tiba rencana gue berjalan-jalan mencari makanan halal di Taiwan yang sudah muncul di kepala langsung buyar ketika bos gue yang lain menunjuk temen gue yang satu lagi buat berangkat ke sana. Ya, memang itu hak-nya temen gue ini sebenarnya karena gue anak KPop dan dia yang megang desk musik.

Batal deh gue ke Taiwan.

Tapi enggak berselang lama setelah itu, sebuah email undangan untuk berangkat ke New York tiba-tiba aja masuk ke inbox. Gue langsung berseri-seri. Baca emailnya aja udah berseri-seri. Padahal saat itu gue belum tentu juga berangkat.

Bos gue sekitar dua minggu sebelum email undangan ke New York ini masuk ke inbox baru aja balik dari Amerika. Dua minggu sebelum balik dari Amerika itu dia juga sempat ke Amerika untuk liputan juga. Kalau bingung sama kalimat sebelumnya abaikan saja. Jadi ketika email ke New York masuk, dia pass dan membiarkan orang lain aja yang berangkat.

Gue deg-degan. Dalam hati gue sudah teriak-teriak. "GUE AJA PLIS GUE AJA! BOLEH NGGAK GUE AJA!" Tapi kenyataannya gue hanya senyum-senyum sendiri sambil sok-sok sibuk ngertik dan pake headset, padahal nggak ada musik yang keputer. Sementara bos gue lagi diskusi siapa yang kira-kira bisa berangkat. Gue pun nguping.

Ketika nama gue keluar sebagai kandidat dan dikonfirmasi lagi ke atasan, gue makin deg-degan. Parah sih. Kayak lo udah tahu nama lo bakalan menang lotere yang hadiahnya bisa jalan-jalan ke Phuket sama Suho, Baekhyun dan IU lalu makan cumi-cumi bakar bersama di pinggir pantai, dan tinggal nunggu keputusan dewan juri aja. Gue nggak mau berharap apapun karena berharap berarti siap kecewa. Tapi ketika hasilnya keluar.

"Yaudah, Ron aja yang berangkat."

Rasanya mau nangis buah zaitun.

Undangan ini datang dari Discovery Networks International. Singkatnya mereka lagi mau mempromosikan tiga season baru acara mereka yang akan tayang di Indonesia lewat channel TLC. Tugas gue adalah datang untuk meliput ke lokasi syuting beberapa acara tersebut, mewawancarai talent dan bintang dari acara-acara itu dan juga melakukan beberapa kegiatan lain yang akan diberitahukan belakangan. Ya bagaimana sih kerjaan jurnalis. Nggak jauh-jauh dari mengamati dan menulis pokoknya.

Ketika kepastian dari atasan sudah di tangan, berikutnya adalah hal yang susah-susah-gampang: bikin Visa. Karena gue sudah punya paspor sejak lama, sekarang tinggal bagaimana meyakinkan staf Kedutaan Besar Amerika tempat ngurus visa ini supaya meloloskan gue buat bisa datang ke Amerika.

Ini pertama kalinya gue ngurus Visa yang berarti gue sama sekali enggak tahu menahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipersiapkan, apa saja yang boleh dan tidak boleh dan juga hal-hal yang berhubungan dengan Visa Amerika. Karena katanya Visa Amerika susah-susah-gampang untuk didapatkan. Beberapa yang lain bilang kalau Visa ini bisa didapatkan tergantung dari staf yang mewawancarai kita di hari H.

Gue makin deg-degan.

Beruntung ada banyak blog traveller yang menuliskan secara detail bagaimana cara untuk membuat Visa Amerika. Di situs kedutaan besar juga sebenarnya sudah dijelaskan dengan rinci sih. Tapi kalau dengar petunjuk dari orang yang sudah pengalaman kan rasanya lebih enak karena sudah kejadian dan nggak hanya sekedar teori. Walaupun hasilnya sebenarnya beda-beda di tiap orang.

Okelah pertama gue harus foto dulu (karena nggak boleh editan jadi bener-bener harus foto ke studio) yang background-nya putih dan harus ukuran 5 x 5, standar Visa Amerika. Yang paling bikin males ketika foto resmi gini adalah karena gue harus buka kaca mata. Mana lagi penampilan wajah harus terlihat bersih jadi gue pun mencukur kumis dan jenggot gue yang tipis dan menyenangkan ini. Ketika fotonya jadi, gue nggak mengenali diri gue sendiri.

Setelah foto kelar, gue mulai mengisi formulir secara online. Ada banyak sekali yang harus di isi dan bener-bener harus konsentrasi karena kalau salah dan kita nggak sadar bikin salah terus mereka tahu itu salah dan mengkonfirmasi kesalahan itu, bisa-bisa Visa-nya nggak boleh keluar. Ini sih sebenarnya gue aja yang parno.

Setelah berlembar-lembar formulir itu gue isi, sampailah ke lembar yang meminta untuk memasukan kode bukti pembayaran. Ups! Ternyata harus bayar dulu. Ya akhirnya gue buru-buru ke Bank Standard Chartered dan mengurus pembayaran buat Visa. Karena pas itu dollar lagi tinggi banget, gue harus bayar Rp 2,4 jutaan buat Visa ini. Alhamdulillah Visa ini juga dibayarin kantor. Cihuy!

Kelar bayar, tinggal lanjut isi formulir. Setelah itu menjadwalkan wawancara. Gue pun memilih wawancara hari Kamis dan pukul 7 pagi (ada beberapa pilihan tapi gue ambil yang paling pagi supaya enak dan yang gue baca mending pagi-pagi juga karena mood pegawainya masih enak). Gue pun naik Go-Jek ke Kedutaan Besar Amerika jam setengah enam pagi. Sampai di lokasi, antrean buat yang bikin Visa udah banyak banget.

"Emang tiap pagi aku lewat sana selalu antre sih panjang kayak nunggu sembako," kata Ajie, salah satu temen gue (yang juga kebetulan member cover dance idola gue) ketika gue cerita kalau gue bakalan ke New York ("ASTAGA TIMES SQUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARE!!!!" katanya di chat siang itu).

Lagi-lagi gue katakan gue deg-degan. Parah sih. Sampai-sampai ketika gue mau wawancara Visa ini, gue merecoki banyak sekali orang di aplikasi chat di hape gue. Ajie adalah salah satunya. Nyokap gue dan kakak-kakak gue adalah orang lain yang kayaknya nggak bisa tenang karena gue sendiri membuat mereka nggak tenang. Setiap kali chat ke kakak gue, pasti pake capslock. Kalau telepon pasti langsung yang heboh sendiri.

Gue takut nggak dapet Visa. Takut nggak jadi berangkat LOL Karena ketika email itu masuk ke inbox gue hari itu, ada feeling yang aneh yang nonjok tiba-tiba di dada sebelah kiri. Semacam keyakinan kabur kalau ini rejeki gue. Kali ini gue bisa bepergian jauh (walaupun untuk pekerjaan).

Karena wawancara Visa nggak boleh bawa tas besar, akhirnya gue hanya bawa tas goodie bag sisa nonton film 'Gangster' beberapa hari yang lalu. Di dalamnya ada folder plastik berisi berkas-berkas yang sekiranya dibutuhkan dan juga dompet. Hape gue tinggal di kantor karena juga katanya saat wawancara Visa itu nggak boleh bawa hape. (Eh pas sampai di sana ternyata boleh-boleh aja bawa tas besar dan bawa hape karena ada deposit counter-nya).

Masuklah gue ke barisan orang-orang yang mengular di bawah rel kereta Stasiun Gambir itu. Salah satu bapak-bapak yang kayaknya kru kapal pesiar atau apa gitu, nyapa gue dan kita pun memulai obrolan soal Visa ini.

"Nanti kalau ditanya sama mereka pake Bahasa Inggris, jawabnya pake Bahasa Indonesia aja," kata si bapak.

HAH. APA NIH BENTAR GAK NYAMBUNG.

"O gitu?" pura-pura nyambung.

"Iya, soalnya kalau dijawab pake Bahasa Inggris, nanti bakalan ditanya macem-macem dan panjang lebar pake Bahasa Inggris. Ya kecuali emang Bahasa Inggrisnya bagus sih. Kalo enggak, mending pake Bahasa Indonesia aja," kata dia lagi.

Gue belum ngerti maksudnya tapi ketika di dalam akhirnya gue tahu kenapa: staf yang wawancara ternyata bisa Bahasa Indonesia.

MASYA ALLAH! Tahu gitu kan gue nggak perlu deg-degan sampai ngerecokin orang banyak kemaren-kemaren. Alasan kenapa gue uring-uringan sebenarnya ya ini, gue nggak yakin sama kemampuan berbahasa Inggris gue ketika wawancara Visa ini.

"Lo harus tegas dan jangan terkesan lo ngomong terbata-bata," kata bos gue menasihati. Makin deg-degan kan. Kalau tahu mereka bisa Bahasa Indonesia yaudah gue kan dari kemaren bisa tidur nyenyak.

Sekitar dua jam dari sejak kedatangan (dan ngemper di bawah rel kereta) akhirnya gue dan beberapa orang masuk ke ruang wawancara Visa. Ternyata ruangannya jauh dari bayangan gue. Gue pikir suasananya bakalan kayak wawancara kerja atau wawancara paspor. Eh ternyata kayak beli tiket KRL semata.

Ketika urutan gue dipanggil, perasaan deg-degannya sudah agak berkurang. Awalnya gue nggak yakin kan dengan kata-kata si bapak kalo bisa pake Bahasa Indonesia. Tapi pas di sana dan denger beberapa orang melakukannya, gue makin lega dan tenang. Pas gue maju yaudah gue udah tahu mau ngomong apa at least tanpa perlu berpikir dua kali untuk men-translate-nya di kepala kan.

Tapi yang bikin deg-degan lain adalah ketika satu keluarga di depan gue di wawancara. Anaknya ada di barisan di sebelah kanan gue. Bapak Ibunya ada di depan gue. Ketika Bapak dan Ibu si anak diwawancara, si anak di-hold dulu status Visa-nya karena mungkin nunggu Bapak dan Ibunya. Tapi beberapa saat setelah itu Visa si anak ditolak.

Gue ngeliatnya bener-bener yang "ANJIR INI GAK BAIK SEBAGAI TONTONAN HATI YANG LEMAH KAYAK GUE." karena keparnoan gue akan penolakan semakin menjadi-jadi.

Bapak dan Ibu si anak ditanya macem-macem soal rencana liburan mereka di Amerika. Sampai akhirnya mereka ditanyain buku tabungan dan dikasi tunjuklah saldo mereka. Tapi entah kayaknya saldonya nggak cukup atau gimana, akhirnya Visa mereka bertiga ditolak.

Sakit.... Rp 2,4 juta kali 3 melayang.

Di sebelah kiri gue, ada bapak-bapak lain yang juga bermasalah. Ketika diminta menunjukkan surat-surat kelengkapan, dia nggak bawa semua. Kalau yang ini sih gue udah yakin nggak bakalan lolos. Kayak nggak punya persiapan sama sekali. Awalnya gue kasian tapi lama-lama kok kesel juga. Maksud gue, kecuali lo anak Barrack Obama ya bolehlah gausah bawa persyaratan buat ke Amerika. Apa mungkin emang dia niatnya mau buang-buang uang aja Rp 2,4 juta hari itu.

Bisa jadi.

Ada lagi bapak-bapak yang Visa-nya ditolak karena memberikan keterangan yang dianggap palsu. Ini agak sedih tapi juga lucu. Jadi kan si bapak ini ditanya apakah dia sudah menikah atau belum. Dia jawab sudah menikah. Kemudian ditanya apakah dia sudah punya anak atau belum. Dia jawab belum punya anak. Tapi kayaknya sebelum dia bikin Visa, data diri istrinya pernah tercatat di Kedutaan Besar Amerika. Dan data diri istrinya ternyata bertolakbelakang dengan keterangan yang dia kasih.

"Bapak yakin belum punya anak?"

"Iya yakin lah. Saya baru satu tahun menikah soalnya,"

"Tapi di sini, istri Bapak pernah mengurus Visa dan dia bilang dia sudah punya dua anak,"

KEMUDIAN HENING.

LAMA SEKALI.

"Tapi saya belum punya anak!"

"Tapi di sini istri Anda bilang kalau dia sudah punya dua anak dan bahkan akan lahir anak ketiga. Itu sudah beberapa tahun yang lalu,"

"SAYA BARU MENIKAH SATU TAHUN!"

"Tapi di sini istri Anda bilang....."

Gue ada di belakang bapak itu dan gue nggak tahu harus ketawa atau memberikan puk-puk manja. Gimana coba perasaan lo ketika lo tahu bahwa lo bukanlah satu-satunya orang yang berhubungan dengan orang yang selama ini lo anggap sebagai kekasih....

(EH ENGGAK MAKSUD APA APA SIH KE BAPAKNYA INI BAPER AJA)

Akhirnya Visa bapak itu ditolak. Sampailah ke giliran gue.

Rasa deg-degannya udah menguar. Karena yang wawancara ini mas-mas, jadi gue berasa lebih pede. Biasanya kalo sama mbak-mbak gue lebih yang malu-malu. Gue ditanya beberapa pertanyaan seperti mau ngapain di sana, siapa yang membiayai perjalanan ini, pekerjaannya apa, berapa lama bekerja, di sana nanti akan tinggal di mana, dan beberapa detail pertanyaan yang gue lupa.

Enggak sampai tiga menit berdiri di depan loket, masnya langsung ngasih kerta putih yang berarti, "Visa Anda akan jadi dalam tiga sampai empat hari dari sekarang dan bisa di ambil di lokasi yang sudah ada di kertas ini."

KUASA ALLAH UNTUNG MASNYA NGGAK TIBA-TIBA BILANG "MAAF DI SISTEM KAMI BAPAK SUDAH PUNYA ANAK SEBELAS."

Berasa kucing.

Jadilah nih, gue berangkat ke New York.

YA ALLAH.

"Pokoknya nanti harus foto di tempat Glee nyanyi itu ya kak!" gue inget banget kata Sammy ketika gue akan berangkat.

Dan ketika gue berada di sana, gue nggak bisa berenti gemeter. Si anak kampung yang kagum liat Depok, makin nggak bisa nafas pas liat Empire State Building.

Guys, dreams really do come true.
*

Bolehlah add LINE@ KaosKakiBau dengan search (pake @) di @ecd6150l. Belum punya kartu kredit jadi masih gratisan. hihihi Thank You! Keep update!

KaosKakiBau ke New York [Part 2]: Makan, Makan, Makan!

$
0
0
*
Enggak pernah kebayang sebelumnya untuk bisa melakukan perjalanan jauh ke New York dalam rangka kerjaan. Selama dua tahun lebih kerja di tempat yang sekarang, dikirim ke Singapura saja sudah Alhamdulillah. Men, siapa sih yang enggak mau ke luar negeri gratisan?!

Memang sih buat kerja, bukan liburan. Tapi kesempatan emas nggak datang dua kali! Setelah pekerjaan selesai kan berarti bisa sekalian liburan. Hidup seadil itu kok. Tuhan se-Bijaksana itu kok.

Kesempatan untuk terbang ke luar negeri gratisan itu tentu aja enggak datang tiap hari. Pernah kepikiran untuk jalan-jalan ke luar negeri dengan ongkos sendiri, tetapi ujung-ujungnya selalu jadi beban. Gue bukan tipikal orang yang rela buat ngabisin uang untuk liburan sebenarnya. Bahkan untuk beli baju aja gue masih mikir-mikir. Di Indonesia, liburan gue yang paling jauh ya Lombok. Pulang kampung. Kalo enggak ya paling gue kabur ke Bandung.

Hehehe. I'm in love with the city. Bandung I mean... too many memories. #baper

Gue juga tipikal orang yang enggak terlalu doyan menghabiskan uang untuk beli makanan. Kadang-kadang memang iya, gue akan beli makanan yang lucu-lucu dengan harga fantastis demi untuk mengikuti pergaulan. Kata orang sih biar hits. Ada banyak tempat makan baru di Jakarta yang menyajikan menu-menu kreatif. Menggiurkan buat di-Instagram. Padahal rasanya sebenarnya B aja.

Biasa aja maksudnya.

Karena itulah gue nggak berhenti mengucap syukur ketika gue akhirnya dikasih kesempatan untuk ke New York ini. Gue jadi bisa mencicipi berbagai jenis makanan yang enggak pernah gue makan sebelumnya. Soalnya, gue terbang dengan Business Class.

BUSINESS CLASS!

Buat anak kampung seperti gue, ini adalah pencapaian luar biasa. Waktu gue dikasih tiket sama penyelenggara acara (namanya Mbak Galih dan mbak Debora) via email, gue sempat bengong lama banget. Lama banget sampai-sampai matahari yang baru terbit tiba-tiba saja sudah terbenam (okelebay) karena gue sama sekali nggak paham sama tulisan yang ada di tiket itu kecuali tulisan Business Class-nya. Buset.... ke New York aja udah kayak mimpi jadi nyata, mana lagi naik pesawat kelas bisnis, gimana nggak mimpi jadi nyata dua kali.

Tapi sebenarnya mimpi naik business class gak pernah muncul di kepala sih.

"Perjalanan ke sana capek banget Ron! 20 jam lebih di pesawat itu yang bikin males," kata temen gue yang sebelumnya pernah liputan juga ke Amerika. "Ngatasin jetlag-nya ketika lo baru mendarat terus langsung kerja itu juga agak-agak bikin bete," lanjut dia.

First of all, gue nggak pernah ngerasain jetlag karena perjalanan dengan pesawat paling lama yang pernah gue lakukan adalah 2 jam setengah dari Jakarta ke Lombok (dan sebaliknya). Perbedaan waktu juga cuma satu jam jadi pasti enggak juga berasa jetlag. Ini kemudian membuat gue penasaran seperti apa jetlag itu. Gue berharap merasakannya ketika sampai New York nanti.

Tapi kemudian teman gue itu melanjutkan, kalau terbang 20 jam dia kemaren naik kelas ekonomi. Ketika dia denger gue naik kelas bisnis, dia jadi yang kayak, "Oh yaudah berarti enak lah santai banget bisa tidur." gitu. Sama sekali enggak kebayang. Soalnya gue cuma modal naik Lion Air ekonomi yang tempat duduknya nggak kalah sempit dari tempat duduk di metro mini 75 jurusan Pasar Minggu - Blok M. Wah ada banyak pengalaman baru di perjalanan ini berarti ya? Batin gue.

Belum lagi bos gue yang kemudian memberikan insight lain yang sangat membantu. SANGAT SANGAT MEMBANTU.

"Kalau lo di business class, lo bisa nunggu di Lounge. Di sana lo bisa makan sepuasnya."

Kalimat "lo bisa makan sepuasnya" itu sudah sangat membahagiakan. Sangat-sangat membahagiakan. Dude, makan gratisan kayak di kondangan itu adalah mimpi setiap anak kos! Ekspektasi gue akan perjalanan ini akhirnya setinggi-tingginya. Kemudian gue memutar lagu Peterpan - Khayalan Tingkat Tinggi.

Pihak Discovery membeli tiket business class Qatar Airways untuk perjalanan ini. Yang berarti gue akan transit di Doha, Qatar, sebelum nanti lanjut dengan pesawat yang berbeda ke Bandara John F. Kennedy di New York. Semuanya terasa masih enggak nyata sama sekali ketika gue harus packing dengan koper tua berwarna merah yang dulu gue pakai pindah dari Lombok ke Jakarta di tahun 2009. Semua masih seperti mimpi.

(DREAMS DO COME TRUE GUYS! CINDERELLA IS NOT A BITCHY-LIAR!)

Bahkan ketika gue pesen taksi dan bilang ke sopirnya kalau gue akan terbang ke New York, rasanya kayak omongan sampah yang dibuat-buat. Ngerti kan kayak obrolan sok-sokan yang lo lakukan sama temen lo ketika lo bilang, "Eh gue semalem di KakaoTalk sama Luhan dia curhat soal album barunya gitu!"

Iya gue ngerasa nyebutin kata New York itu kayak sesampah obrolan itu.

"Jauh aja mas, kerjanya?" kata sopir taksi Blue Bird yang gue pesan malam itu.

"Iya pak. Ini pertama kali nih saya terbang jauh. Berasa alay," padahal memang alay.

Enggak berapa lama dari kosan gue ke bandara dan gue diturunin di terminal keberangkatan. Jujur aja sih sebenarnya ini gue juga enggak ngerti kalo misalnya abis dari sini gue harus ke mana. Soalnya pas liputan ke Singapura sama ke Malaysia pertengahan tahun ini dan akhir tahun lalu, gue bareng sama beberapa jurnalis yang lain jadi gue tinggal ikut aja mereka ngapain gue ikutin.

Tapi kali ini bener-bener yang sendirian. Gue harus menunjukkan kalau gue bisa dan nggak malu-maluin. Hahahaha padahal pas baru masuk ke lokasi check in aja udah malu-maluin karena nggak bisa nemuin di mana counter check in Qatar Airways. Gue jalan dari ujung A ke ujung B sampai dua kali bolak-balik. Gimana nggak kesel dan capek duluan. Belum juga sampai Lounge.

"Belom dibuka mas. Tunggu aja," kata petugas bandara ketika gue tanya. Oh tentu saja belum dibuka. Penerbangan gue aja Minggu jam 00:20 WIB. Sementara gue udah sampai bandara jam 20:00 WIB (hari Sabtu). Itu kayak kebalikannya banget jamnya.

Karena ini pengalaman pertama gue ke luar negeri jauh dan sendirian, gue juga nggak mau bermasalah dengan bagasi. Gue membawa barang-barang yang sama sekali tidak akan terdeteksi bahaya di dalam koper. Sementara ransel gue isinya cuma handphone, power bank dan segala perabotan kabel dan juga laptop sama buku Ilana Tan. Gue juga berusaha untuk memastikan sejelas-jelasnya bahwa koper gue akan sampai di New York sama kayak gue, nggak nyasar ke Rumania atau Helsinki.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on

*
"Jadi kopernya akan saya kirim langsung ke New York. Nanti di Qatar waktu transit, mas nggak perlu cari kopernya. Kopernya akan diambil di JKF ya mas," kata mbak-mbak di loket check in.

Berarti aman. Di Qatar bisa puas ngalay tanpa perlu memikirkan koper.

Setelah berhasil check in sendiri, gue yang sama sekali tidak tahu menahu soal Lounge untuk Business Class yang disebut-sebut sama bos gue kemaren berusaha buat mencari informasi ke mbak-mbak yang ada di counter check in.

"Iya jadi nanti saya print-kan undangan buat ke Lounge-nya, mas bisa tunggu di situ sampai jam keberangkatan. Gate-nya dekat sama Lounge." kata si mbak-mbak. Gue mengurungkan niat untuk bertanya soal apakah gue bisa makan sepuasnya di sana demi untuk menghindari malu.

Gue pun berjalan menuju imigrasi dan akhirnya paspor kosong gue itu distempel dengan cap baru. Lumayan buat nambah-nambah koleksi stempel kan ya. Setelah itu gue jalan ke Lounge dan....

Yah....

Gue lihat Margo City aja udah berurai air mata. Ketika gue berdiri di depan pintu masuk Lounge, gue menahan diri untuk tidak alay walaupun akhirnya gue alay juga. Foto-foto paspor dan boarding pass di depan pintu Lounge. LOL
*
*
Ternyata Business Class lounge di Jakarta ini lumayan juga. HEHEHE kenapa gue bilang lumayan? Karena ketika mendarat di Doha, gue menemukan yang lebih bikin alay lagi HEHEHE

Dari depan penampilannya memang kayak restauran gitu. Pencahayaannya redup dan nuansanya tenang. Tidak disarankan menunggu sambil nonton fancam EXO di Dome ataupun nonton cover dance kesayangan di sini. Pekikan tertahan sekecil apapun akan terdengar suaranya dan akan sangat mengganggu.

Gue masuk dan langsung cari tempat duduk. Tempat duduk pun terbagi jadi beberapa bagian. Ada bagian yang buat keluarga jadi lebih lebar dengan sofa lebih banyak, ada yang personal dengan dua kursi dan satu meja, ada yang pribadi buat ngetik dan ada colokan plus password internet di masing-masing mejanya. Gue memilih yang terakhir dengan alasan yang sudah sangat jelas.

Suasana di dalam tentu saja lebih nyaman (sejuta kali deh ya jelas) daripada ruang tunggu kelas ekonomi. Ya iyalah. Di sini internet kenceng banget, adem, kalo pipis ninggalin barang di kursi nggak bakalan takut ada yang rampok. Bisa ke kamar mandi yang nyaman juga yang setiap kali kita pipis langsung dibersihin sama petugasnya (nggak dicebokin kok tenang aja). Dan yang paling penting dari semuanya adalah BISA MAKAN SEPUASNYA!

Di hari keberangkatan itu gue sebenarnya bangun cukup siang. Sekitar jam 9-an? Oke ini sih sebenarnya itungannya masih pagi untuk hari Sabtu. Alasannya karena di hari keberangkatan itu gue harus menghadiri wisuda Dito di Balairung UI, Depok. Paginya gue nggak sempat sarapan jadi gue rapel sama makan siang. Di sana gue makan Yoshinoya. Padahal niatnya nih, seharian ini gue nggak akan makan jadi pas di Lounge nanti gue bisa mengisi perut gue sampai mencret. Tapi ternyata naik Go-Jek dari Jakarta ke Depok bikin laper juga. Dan naik Go-Jek balik dari Depok ke Jakarta bikin Yoshinoya-nya menguap juga bersama keringat. Alhasil perut gue kosong lagi ketika sampai di Lounge.

LEBARAN TIGA KALI NI PUJI DAN SYUKUR KEPADA ALLAH SWT!

Gue memutuskan untuk melepaskan jaket merah bertuliskan huruf R yang gue pakai lalu menyampirkannya ke sandaran kursi. Supaya keliatannya kayak keren banget gitu. Ransel gue juga gue turunin dan taruh di bawah meja. Lalu dengan belagak (LOL!) gue berjalan pelan dengan gaya jalan American Next To Model ke arah meja makanan.

"Bener-bener bisa makan apa aja nih? LIKE APA AJA NIH?!" kata gue sambil ketawa-ketawa sendiri. Gue bersyukur hari itu orang-orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing jadi nggak merhatiin sosok pendek yang mencoba terlihat tinggi dengan insoles 5 cm di dalam sepatunya yang sedang berjalan ke meja makanan.

Waduh... Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan? Sekali lagi, anak kosan pasti bisa mengerti bagaimana perasaan gue ngeliat makanan-makanan gratis ini.

Di meja paling panjang yang ada di ruangan itu ada makanan yang masih hangat. Dari ujung ke ujung ada nasi putih, opor ayam, ada spaghetti juga dan beberapa makanan lain yang gue nggak cek satu-satu karena kepincut duluan sama opor ayam dan spaghetti. Ini masalahnya, gue suka dua-duanya tapi dua-duanya bukanlah makanan yang bisa di mix & match-kan. Tapi karena gue nggak mau rugi (maklumin aja anaknya kampungan banget) akhirnya gue ambil dua-duanya dan memposisikan mereka bersebelahan di piring. Mengkombinasikan pasta dengan opor ayam untuk pertama kalinya.

Iya, gue emang semaruk itu. Jadi maafin aja. Dan pas gue makan ternyata rasanya nggak enak. Tapi tetep aja makanannya gue abisin.
*
*
Spaghetti-Opor selesai, waktunya makan dessert. Bagian paling menyenangkan dari makan gratis adalah ya ini, ngunyah yang manis-manis. Gue ambil beberapa yang warnanya lucu-lucu dan yang kira-kira enak di lidah. Gue ngunyah terus dan terus dan terus sampai akhirnya waktu boarding sudah dekat. Suasana hati gue kemudian berubah 180 derajat. Rasanya kayak makanan-makanan tadi mau keluar lagi saking deg-degannya.

Parah sih pas mau pesawat gue kayak gemeteran. (1) Ini pertama kalinya naik Qatar Airways, (2) Pertama kalinya bakalan terbang tengah malam ke negara yang sama sekali gue nggak ngeh keberadaannya selama ini, (3) Pertama kalinya terbang delapan jam di atas langit dan akan memasuki zona waktu yang perbedaannya lebih cepat empat sampai lima jam.

Masya Allah.

Jujur aja selain gampang laper, baper dan juga kampungan to the max, gue adalah orang yang parnoan. Parah banget parnonya. Takut aja kalau pesawat yang gue naikin itu tiba-tiba nggak mendarat di Doha tapi di Alaska. Kalau mendaratnya selamat sih nggak apa-apa. Tapi kalo mendaratnya di Samudera Atlantik.

Na'uzubillahiminzalik.

Gue pake celana pendek malam itu dan di dalam celana itu gue pake celana lain lagi yang lebih pendek dari itu karena celananya emang agak kedodoran. Gue memutuskan untuk tidak menggunakan ikat pinggang karena pengalaman pas ke Singapura dan Malaysia, setiap lewat metal detector ikat pinggang harus dicopot dan itu makan waktu. Jadi mending gue nggak usah pake sekalian. Karena pake celana pendek, otomatis bulu kaki kemana-mana. Tapi bulu kaki ternyata berguna untuk menghalau angin masuk ke kulit. Jadi agak berasa anget.

Sampai di depan pintu pesawat, gue disambut oleh mbak-mbak cantik pramugari Qatar Airways yang langsung minta diperlihatkan boarding pass untuk diberitahu lokasi tempat duduknya. Kalau biasanya gue naik ekonomi Lion Air belok kanan, kali ini beloknya ke kiri (kebetulan untuk pesawat yang ini). Deg-degan masuk ke ruangan kelas bisnis kayak apa. Pas udah di sana....

hehehe kampungannya keluar lagi.

"ASTAGA LUAS BANGET!"

"ASTAGA LEBIH BESAR DARI KOSAN GUE!"

"ASTAGA KURSINYA BESAR BANGET!"
*
*
"ASTAGA ADA LAYARNYA! BISA NONTON DONG YA!"

Setelah naruh barang di atas kepala

"ASTAGA RUANG PENYIMPANAN PRIBADI!"

dan duduk...

"ASTAGA KURSINYA ADA BANYAK TOMBOLNYA!"

Pas gue pencet salah satu tombolnya...

"ASTAGA SENDERANNYA BISA BERGERAK MAJU MUNDUR!"

Pas gue pencet tombol yang lainnya...

"ASTAGA KURSINYA BERUBAH JADI KASUR!"
*
*
Perasaannya campur aduk. Antara mau ketawa tapi malu. Mau senyum-senyum terus takut dikira freak. Tapi perasaannya udah amazed banget sama apa yang ada di situ. Semua yang ada di situ bikin gue nggak bisa nggak heboh. Rasanya kayak ketemu Suho di pinggir jalan, dikasi tanda tangan, abis itu pengen spazzing habis-habisan. Pengen banget spazzing karena duduk di kursi pesawat kelas bisnis yang bisa jadi kasur.

Mau nangis. Kuasa Allah.

Nggak lama setelah duduk, gue disamperin sama pramugara (oke ini pertama kalinya gue dilayani oleh seorang pramugara setelah selama ini hanya mendengar saja istilahnya). Masing-masing row tempat duduk akan dilayani oleh satu pramugara/pramugari yang bisa "disuruh-suruh" dan bisa "diperintah-perintah".

(Dialognya gue tulis dalam bahasa Indonesia aja)

"Halo bang, selamat malam, selamat datang di Qatar Airways. Terima kasih sudah mempercayakan penerbangan Anda bersama kami. Nama saya Jari (serius ini namanya Jari. Nggak kok, nggak ada kata 'Tengah' setelah namanya). Ada yang bisa saya bawakan mungkin sebelum terbang? Jus jeruk atau lemon mint?"

Sebenernya pengen bandrek sama STMJ soalnya dingin.

"Lemon-mint please," kata gue sambil tersenyum. Kemudian dia nawarin lagi apakah mau dibawain anduk anget atau anduk dingin. Tapi gue salah denger. Gue pikir itu adalah lanjutan dari pertanyaan lemon-mint. Jadi gue minta aja yang anget.

"Oke tunggu sebentar ya," katanya.

Sementara dia pergi, gue menginspeksi semua bagian dari kursi itu. Di sana ada bantal, ada selimut sama ada alas tidur. Tempat tangan yang di sebelah kanan (kebetulan seat gue yang sebelah kiri dekat lorong) ada tempat penyimpanannya. Pas di pencet, isinya botol air minum. Di bagian lain lagi ada tempat penyimpanan headphone. Nah di atas tempat tangan itu ada tas tangan kecil warna hitam. Gue pikir itu tas orang yang ketinggalan atau tas orang yang duduk di sebelah gue. Ternyata itu emang complimentary dari maskapainya.

Mau ketawa. Hampir aja itu gue mau laporin ke Jari. Kalo gue laporin ketauan kampungannya.

Pas gue buka, tas itu isinya lipbalm, parfum botol super kecil dari Giorgio Armani, kaos kaki warna hitam (nggak bau pastinya), sama penutup mata buat tidur. Lumayan buat souvenir. Karena gue nggak menggunakannya akhirnya gue langsung masukin ke tas aja. Gue keluarin benda-benda yang sekiranya akan gue butuhkan seperti hape, kamera, powerbank dan buku Ilana Tan yang gue bawa itu.
*
*
Jari kembali dengan lemon-mint yang baunya udah enak banget dan pas gue minum gue berasa pengen nangis lagi. Kemudian dia juga kembali dengan gulungan berwarna putih yang di taruh di nampan kecil.

Tunggu bentar ini apa? Apakah ini risoles?

"This is your hot towel sir." katanya.

"Oalah."

"Ada lagi yang bisa saya bantu, bang?"

"Kayaknya sih nggak ada ni."

"Udah tahu belom cara pengoperasian kursinya?"

Nah bang Jari pengertian banget! Tau aja gue kampungan kan. Overall sih gue ngerti cara mengoperasikan kursinya karena tadi sebelum dia dateng gue sempat pencet-pencet. Yang gue bingung sekarang adalah, di mana meja buat makan?

"Maybe you could tell me how to ngeluarin the table," kata gue.

"Oh table-nya is over here, you tarik aja ini, nanti dia out. Kalo mau lipet, you do like this, lalu dia masuk,"

"Ooooh..."

"Yauda nanti kalau ada lagi tinggal panggil aja nama saya, Jari," dia nunjukkin nametag-nya. "Atau pencet tombol di remote control ya. Saya akan langsung datang."

Bagaikan Superman ya. Gue manggut dan dia kemudian pergi. Sementara itu gue menghabiskan lemon-mint itu dengan berbahagia lalu menggunakan hot towel-nya dengan sok ngerti. Nggak lama setelah itu Jari balik lagi kali ini nganterin menu makanan.

Gue perhatikan sebelum dia ke meja gue, ada beberapa lansia di kursi yang lain. Dia dengan sabar ngejelasin satu-satu cara pengoperasian kursi dan berbagai hal lainnya. Beda ya emang pelayanan kelas bisnis maskapai internasional sama pelayanan kelas ekonomi maskapai lokal (kecuali Garuda mungkin).

Gue buka-buka nih menu makanannya. Kata bos gue, makanan di pesawat bisa dipesen berkali-kali. Jadi ini artinya gue akan makan banyak lagi. Walaupun demikian, ekspektasi makanan di pesawat janganlah terlalu tinggi. Karena kembali lagi kepada fakta bahwa semuanya adalah makanan beku yang dihangatkan di microwave. Meski demikian, gue tetap excited.

Seperti halnya makanan di restauran bintang lima, di sini juga berlaku sistem makanan pembuka, makanan utama, makanan penutup. Ada beberapa pilihan makanan pembuka tapi pas itu gue sekip aja (sebenarnya karena gue juga enggak tahu apakah itu boleh dipesen atau kita harus makan yang main course aja LOL). Gue malam itupun pesan pasta. Lagi-lagi pasta. Karena menu yang itu ada tulisan recommended jadi yaudah gue pesen yang itu aja. Makanan penutupnya kalau enggak salah malam itu kue coklat dan es krim. Sebenarnya bisa pesan dua-duanya tapi lagi-lagi karena gue nggak tahu gue pesan kue coklat aja.
*
*
Nah, minuman nih sekarang. Hihihi. Seperti halnya di pesawat yang menyediakan makanan seperti Garuda, ada banyak pilihan minuman. Mulai dari kopi dan teh, coklat panas, sampai wine. Kalau misalnya wine itu tidak beralkohol dan merupakan salah satu khamr mungkin gue akan pesan segelas dua gelas. MEN WINE ITU MAHAL DAN DI SINI BISA MINUM GRATIS! REFILL PULA! Tapi karena tentu saja kalau minum alkohol berarti solat gue nggak diterima selama 40 hari dan itu sama aja dengan kehilangan arah hidup, akhirnya gue pesan satu minuman yang terlihat seperti wine tapi alcohol free. Gue lupa namanya. Tapi penyajiannya dengan gelas tinggi yang membuat gue terlihat sangat gaya ketika memegangnya.

Mimpi aja nggak pernah ni pegang gelas kayak gini ni. Gimana dong ya.

Tapi pas diminum, rasanya nggak enak. Lebih enak extra jos campur susu. Ya naik pesawat boleh kelas bisnis tapi selera tetap pengkolan.
*
*
Karena perjalanan ke Qatar memakan waktu sekitar 8 jam, jadi makan pun sebenarnya bisa lo tentukan sesuai keinginan lo. Apakah lo mau makan sekarang, dua jam lagi, atau setelah lo tidur dan bangun empat atau lima jam setelah penerbangan, atau sejam sebelum mendarat. Bebas. Mereka akan menyajikannya hangat dan sesuai standar. Pantas harga tiketnya mahal. Pelayanannya emang juara banget. Dan nggak perlu khawatir soal halal atau nggak halal di makanannya (kecuali mungkin wine) karena Qatar menggunakan standar makanan muslim kok.

Makan sudah selesai, saatnya menikmati penerbangan delapan jam ke Qatar (DAN MENCOBA TIDUR DI KURSI YANG BISA JADI KASUR INI!!!!) dan bongkar-bongkar entertainment system yang ada di sana. Gue buka daftar film baratnya. Termasuk lengkap berbagai genre. Bahkan kalau lo mau nonton film India atau Arab juga ada di situ. Pas gue buka folder yang berisi film Asia, ada beberapa dari Taiwan dan juga Thailand. Ada beberapa juga dari Korea. Film-nya Chanyeol yang sama Moon Ga Young juga ada yang judulnya 'Salute D'Amor'. Pas gue play ternyat agak ada subtitle. Jadi bye aja.

Gue cek-cek beberapa film lain dan menarik juga untuk ditonton. Tapi gue masih nggak mau nonton dulu. Gue masih mau cek-cek isi yang lainnya lagi. Pas gue buka folder lagu-lagu, ada beberapa genre juga. Mulai dari ayat-ayat Al Quran sampai lagu India dan Arab ada. Pas gue cek lagu Asia yang ada cuma Mandarin. Tapi gue penasaran kalo film Korea ada masa KPop nggak ada? Gue cek lebih dalam lagi dan JENG JENG! Sub-folder KPop ada di bawah folder 'FAR EAST' dan pas gue buka isinya ada album SHINee yang 'ODD', K.Will, ALi dan beberapa artis lain yang gue nggak ngeh siapa. Tapi di bagian 'Various Artist' ada OST Producer dan juga KPop Mix. Pas gue puter KPop Mix.

"Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzjjjjjjjjjjrrrrrrrrrrrrrrr CALL ME BABY! ANAK SD MAIN TAMIYA! CALL ME BABY! PERGI TAMASYA KE BINARIA! CALL ME BABY! RAME-RAME YUK KITA BIKIN BOM BOM BOM BOM, PARAH!"

Well. Well. Gue sudah di atas angkasa tetep saja yang ini mengikuti. Apalah daya.

Gue stop lagu itu dan gue memutuskan untuk nonton 'Frozen'. LOLS Tapi karena gue sudah nonton 'Frozen' hampir 7 kali, kali ini gue memilih untuk menggunakan Bahasa Korea dan mendengarkan lagu-lagunya dalam versi Korea. SUPERFUN! Gue sudah hapal dialog yang dilontarkan Elsa dan Anna dan tanpa subtitle gue dengerin dialog versi bahasa Korea-nya ternyata oke juga. Nggak terkesan aneh aja gitu pas bagian 'Do You Wanna Build A Snowman' sama pas 'For The First Time in Forever'. Pas banget kedengerannya di kuping.

Tapi gue akhirnya nonton sampai adegan Elsa's Coronation terus gue matiin karena ngantuk dan kembali memutuskan untuk memutar KPop Mix dan tidur pas lagu 'Apple'-nya Ga In. Pas bangun gue nonton 'Cinderella'.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Sebelumnya Jari ngasih gue piyama (yang juga salah satu complimentary dari Qatar Airways) tapi karena gue nggak tahu itu apa dan baru ngeh kalo itu piyama setelah gue sampai di Qatar gue pun tidak menggunakannya.

Makan-makan malam ini belum berakhir. Lounge di Qatar masih menunggu.
*

KaosKakiBau ke New York [Part 3]: Sholat Subuh di Qatar

$
0
0
*
Sebagai penduduk asli Lombok, gue tumbuh dan besar dengan berbagai cerita-cerita dan kepercayaan lokal yang sebenarnya enggak masuk akal, tapi terjadi. Mau dibilang enggak sengaja atau kebetulan sebenarnya bisa aja, tapi sekali lagi enggak ada yang enggak sengaja atau kebetulan di dunia ini. Semua pasti terjadi karena maksud tertentu kan.

Apa lo masih percaya kalau EXO dan Super Junior kebetulan aja dari SM dan nasib member Tiongkok mereka kebetulan aja sama dengan Hangeng?

Di antara kepercayaan-kepercayaan yang tidak masuk akal seperti misalnya di baju anak baru lahir harus diberi "jimat" berupa bawang merah yang ditusuk ke peniti untuk menghalau makhluk halus yang suka goda-godain anak bayi, ada sebuah kepercayaan yang juga berhubungan dengan anak bayi, tapi ini lebih ke ari-ari mereka.

Konon katanya, apa yang akan terjadi pada si anak di masa depan mereka berhubungan erat dengan apa yang orangtua si anak lakukan dengan ari-ari tersebut.

Kalau ari-ari si anak ditanam di rumah, maka anak itu bisa jadi akan tetap tinggal di rumah itu sampai dia dewasa dan berkeluarga. Kalau ari-ari si anak dimakan oleh binatang malam seperti sebut saja anjing (dan memang di daerah tempat tinggal gue kalau malem sering ada anjing berkeliaran cari makan) maka bisa jadi dia akan jadi orang yang sensitif terhadap hal-hal gaib dan supranatural (and in someways kasar dan galak). Kalau ari-ari anak itu dihanyutkan ke laut, maka bisa jadi nanti si anak bakalan berkelana dan merantau.

Percaya tidak percaya, hal itu terjadi pada gue dan dua kakak gue.

Kakak gue yang pertama (perempuan) adalah contoh dari anak yang ari-arinya ditanam di rumah. Sekarang dia sudah berkeluarga dengan dua anak dan tinggal di rumah gue di Lombok. Kakak gue yang kedua (laki-laki) adalah contoh dari anak yang ari-arinya dimakan anjing dan dia memang sangat sensitif dengan dunia-dunia gaib (dia bisa liat setan, komunikasi dengan hantu dan segala drama dunia gaib dia pernah alami pas masa remaja). Dan ya, dia adalah orang paling galak dan cepet marah yang pernah hidup di dunia ini. Kalo ditanya gue lebih takut siapa Voldemort atau dia, gue pilih dia. Dan yang ketiga adalah gue, si anak yang ari-arinya dihanyutkan di laut.

Dan lihat ke mana si ari-ari membawa gue sekarang. Eh, akhir bulan lalu.

Setelah sekitar delapan jam berada di udara dan beberapa menit terguncang karena cuaca buruk (yang enggak terlalu parah sih sebenarnya karena pesawatnya supernyaman di kelas bisnis), gue akhirnya mendarat di Hamad International Airport, Doha, Qatar. Ini adalah pendaratan untuk transit sebelum akhirnya nanti terbang lagi ke New York.

Jari--si pramugara baik hati--memberikan ucapan selamat jalan ketika gue keluar dari pintu pesawat. Bener-bener sih nggak ada penyesalan dan juga gondok yang tersisa dari perjalanan panjang di pesawat semalam. Kayak semuanya bener-bener perfect. Ya kenapa juga harus mengeluh ketika dikasih gratisan? Semacem enggak bersyukur jatuhnya.

Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul empat subuh waktu Qatar. Rasanya penerbangan semalam kayak cuma empat jam karena gue berangkat dari Jakarta sekitar jam setengah satu dini hari. Perbedaan waktu antara Doha dan Jakarta enggak terlalu berasa karena sebagian besar waktu di pesawat gue habiskan dengan tidur. Mungkin karena itu juga gue nggak merasakan jetlag empat jam perbedaan waktu?

Gue sampai mendarat di Doha juga nggak bisa mendefinisikan apa itu jetlag.

Yang jelas, setibanya di bandara gue langsung nyalain hape dan langsung cari internet. Ketika hape gue aktif, kartu XL yang gue pake langsung menerima SMS dari operator yang memberitahukan tarif roaming dan nomor KBRI di Qatar. Gue lupa apakah kartu 3 yang gue pake juga melakukan hal yang sama atau tidak atau justru enggak ada sinyal sama sekali.

Wifi di Hamad International Airport enggak bisa dibilang mengecewakan. Walaupun enggak bisa juga sih dibilang memuaskan karena setiap belok sedikit langsung blank. Tapi sekali lagi karena ini fasilitas gratisan gak usah terlalu banyak menuntutlah. Lagipula kan nyalain hape juga paling cuma buat update Path dan Instagram. Bukan buat ngabarin pacar kalo lo sudah mendarat dengan selamat, Ron.

Padahal pacar juga nggak punya.
*

*
Update "Wake up in Doha." di Path cukup membuat gue gemeteran. Karena dingin. Dan karena sedikit enggak percaya juga kalau ternyata si ari-ari ini hanyut sampai sejauh ini. Masih ada sekitar empat jam sebelum pesawat lepas landas ke JFK, New York. Masih ada sekitar tiga setengah jam untuk ngalay di sekitaran airport sama di Lounge. Lumayanlah.

Setelah dapat wifi gue cek waktu sholat di Doha dulu karena walaupun sudah jam empat subuh takutnya malah subuhnya jam enam atau setengah enam gitu kan. Tapi pas gue cek ternyata nggak jauh beda sama Jakarta. Subuhnya jam setengah limaan. Ya pas deh gue mendarat langsung sholat subuh. Abis itu bisa bebas ngalay.

Gue menarik satu troli barang dari barisan troli yang tertata rapi di salah satu sudut airport, menaruh ransel Bonjour--yang udah buluk yang gue beli dua tahun lalu dan belom bisa ganti karena duitnya kebanyakan dipake karaoke--yang terasa lebih berat karena laptop, dompet kecil complimentary dari Qatar Airways dan piyama yang enggak kepake.

Turun dari eskalator kedatangan (setelah pengecekan) gue langsung disambut dengan pusat Hamad International Airport yang mewah banget. Bahkan ini lebih mewah dari bandara Changi yang tahun lalu gue puji sebagai bandara mewah. Di atas langit masih ada langit ya emang. Nggak boleh makanya takabur.

Persis di tengah-tengah bandara mewah itu duduk sebuah boneka beruang (apa mungkin ini hewan lain?) kuning besar yang kayaknya jadi maskot bandara ini. Gue enggak tahu kenapa gue nggak kepikiran buat selfie di situ sementara orang-orang yang tadi turun pesawat sama gue kayak langsung gilir-giliran berdiri di depan itu dan foto-foto. Mungkin karena kepala gue udah ingin cepet-cepet ke mushola terus makan di lounge. Dan tiba-tiba aja gue kebelet pipis.
*
*
Gue langsung menuju meja informasi dan tanya musola terdekat ada di mana. Mungkin karena efek bandara ini yang luas jadi posisi mushola terdekat pun kayaknya jauh yah. Nggak heran kalo ada juga mobil indoor yang ngiter-ngiter di sana dan bisa ditumpangi gratisan. Kalo harus jalan bisa gempor juga. Tapi karena gue emang basic-nya orang yang suka jalan yaudah mending sekalian liat-liat aja.

Musholanya ada di belakang salah satu gate keberangkatan. Dari luar memang keliatannya kayak kecil banget. Tapi pas masuk ternyata lumayan. Enggak yang mewah-mewah banget sih, tapi lumayan. Yang penting sebenarnya bukan mewah ya, yang penting bersih.

Baru masuk ke pintu depan aja udah langsung disapa pake salam sama cleaning service-nya. Pas liat tempat wudhu-nya gue langsung yang "WHOA DAEBAK!" karena enggak bisa memuji dengan bahasa Arab jadi pake bahasa Korea aja. Padahal sebenarnya enggak yang se-daebak itu. Tapi karena di situlah pertama kalinya gue melihat tempat wudhu dengan kursi. Hehe.

Penasaran pengen nyoba kan jadinya.

Gue langsung buka sepatu dan naruh tas agak ke pinggir. Gue rasa sih nggak mungkin ada copet di situ jadi gue nggak ngerasa beban ninggalin Junmin di sana. Junmin itu nama laptop gue omong-omong.

Gue pun akhirnya duduk di kursi di depan keran itu. Kerannya ada di kiri dan di kanan ada batangan juga yang bentuknya mirip keran tapi bukan keran. Tapi ada yang aneh dari keran-keran ini.

"Bentar deh Ron..."

Gue ngeliat sekeliling tempat itu. Sepi banget belom ada orang yang mampir buat subuhan.

"Celaka." kata gue.

Lama gue duduk di kursi itu cuma ngeliatin keran itu doang. Lama sekali. Karena gue nggak ngerti bagaimana cara ngidupinnya. Nggak ada puterannya kayak keran-keran mushola di Jakarta.

"Masalah besar nih."

Gue akhirnya berdiri dan kembali ke belakang, ke kursi tempat buka sepatu. Mau nanya sama mas-mas cleaning service itu tapi kok rasanya kampungan sekali. Tapi emang kampungan. Tapi nggak mau dibilang kampungan. Akhirnya gue memutuskan untuk menunggu siapapun mas-mas brewokan manapun yang datang untuk sholat juga. Gue akan mengamalkan apa yang orang-orang sebut dengan Amati dan Tiru.

Karena Allah Maha Baik, akhirnya masuklah seorang brewokan ni dengan kostum gamis putih panjang gitu. Di belakangnya ada satu lagi mas-mas lain yang kayanya pegawai bandara. Dia langsung duduk di kursi wudhu itu dan CESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS. Gue nggak tahu bagaimana suara air mengalir dari keran tapi dia berhasil membuat kerannya keluar air.

"EH BENTAR DEH TADI GIMANA CARANYA?!?!" kata gue dalam hati. Kepala gue agak condong ke kiri ketika dia lagi wudhu dan pas kerannya tiba-tiba mati lagi airnya, dia nyentuh ada dua titik hitam di sebelah kiri.

ASTAGANAGAKAMPUNGAN. Ternyata cara kerja keran ini sama aja kayak keran wastafel di toilet Lotte Shopping Avenue yang pake sensor.

Goblok. Katanya S1 tapi nyalain keran aja nggak bisa loh.


*
Dengan wajah bersemu merah akhirnya gue duduk lagi di kursi wudhu itu dan menempelkan tangan gue di atas dua titik hitam yang ada di sana seperti yang dilakukan mas-mas tadi dan CESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS. Airnyapun mengalir.

ALHAMDULILLAH.

Sholat kelar sekitar jam lima lebih. Itu adegan nyalain keran bener-bener nyita waktu juga ternyata. Tapi nggak apa-apa karena lama mikir cara nyalain keran itu bikin laper. Means, kita harus ke lounge untuk makan. Siapa tahu ada cemilan lucu yang tidak pernah dimakan sebelumnya.

Perasaan lebih tenang setelah sholat. Tinggal mikirin sekarang mau ngapain sambil nunggu jam delapan. Sebenarnya pengen banget keliling-keliling di Hamad karena ini bandara kayaknya nggak akan abis-abis kalo diputerin seharian. Tapi di saat yang sama kepikiran juga sama apa yang akan gue temukan di lounge kelas bisnis di Qatar ini.

Akhirnya tur bandaranya gue maksimalkan di perjalanan dari mushola ke lounge aja. Banyak sebenarnya hal-hal menarik yang bisa diliat dan dipotret. Lumayan buat menuh-menuhin Instagram kan. Segerombolan turis dari negara lain yang heboh-heboh di sana juga seru aja kalo diikutin. Ada toko mainan yang bener-bener bikin pengen berlama-lama. Pokoknya selewatnya aja kalo bisa difoto kalo nggak yaudah cuekin aja.

Lounge untuk kelas bisnis di Hamad International Airport namanya Al Morjan Business Lounge. Berbekal petunjuk arah bandara dan boarding pass, gue pun sampai di bawah eskalator superpanjang yang dijaga oleh empat orang petugas. Dua di masing-masing eskalator.

"Hello, good morning. May I see your boarding pass?" kata salah satunya.

Gue kasi tunjuk terus di-scan barcode-nya dan abis itu boleh naik. Sesampainya di lobi lounge nggak ada yang terlihat istimewa. Biasa aja kayak lagi di hotel mana gitu. Tapi pas udah masuk ke lounge-nya. HAHAHAHAHAHAHAHA YA ALLAH ASTAGA INI BENERAN LOUNGE BANDARA? INI BUKAN HALAMAN RUMAH RAJA YA?

Kayaknya halaman rumah raja juga pasti akan lebih mewah dari itu.

Gue berdiri lama sekali ketika gue tiba di balik dinding di belakang resepsionis lounge Al Morjan. Kalo di film ini adegannya lagi terkagum-kagum melihat sesuatu terus kamera berputar tiga ratus enam puluh derajat mengelilingi gue yang tersenyum bahagia.

Di sebelah kanan dari tempat gue berdiri itu ada tangga melingkar yang sepertinya akan membawa gue ke ruangan pesta dansa. LOL Di sebelah tangga itu ada lampu gantung besar yang melingkar dan memanjang ke bawah. Harusnya gue ke atas. Tapi karena gue pikir di atas itu restauran berbayar, jadi gue nggak ke sana. Tapi akhirnya gue naik pas pulang, akan diceritakan di bagian lain postingan tentang perjalanan ini.
*
*
Al Morjan Business Lounge terbagi jadi beberapa section yang berbeda dengan nuansa yang berbeda pula. Ada section yang konsepnya mirip ruang tamu santai, ada yang konsepnya kayak IT Room yang ada colokan dan tab yang bisa dipakai buat ngeliat jadwal penerbangan dan juga surfing internet, di tengah-tengah ruangan itu memanjang section yang ada feel business man-nya yang kalo dipake buat ngetik kerjaan kayaknya enak di situ, ada juga section buat rame-rame.

Di ujung ruangan lounge itu ada pintu dan dinding kaca yang di dalamnya juga ada ruangan lain yang konsepnya lebih family. Di sana ada bar, ada dining room, ada ruang buat main games, dan macem-macem. Oh iya, di bagian lain dari lounge juga ada smoking room, toilet, sama tempat buat mandi. Pokoknya you come here you can do everything you want and feel like home deh.

Mungkin surga tuh kayak gini kali ya. Mau ini tinggal belok, mau itu tinggal belok.

Al Morjan Business Lounge ini bener-bener sesuatu yang nggak akan bisa gue lihat setiap hari. Setiap melangkah, gue cuma bisa memuja dan memuji betapa nyamannya tempat ini. Bersyukur juga sih, dapat kesempatan menginjakkan kaki di sini. Ya apalah gue hanya sebutir jagung dari kampung.
*
*
Dan sesaat sebelum gue memilih lokasi duduk, gue baru sadar kalo di dekat gue ada kolam yang besar banget. Hmmm... baik, ini sebenarnya nggak bisa disebut kolam. Mungkin lebih pas kalo disebut kubangan air bersih yang meletup-meletup. Soalnya airnya cuma seujung jari dan memang ada yang meletup-letup gitu di banyak lokasi. Tapi karena ada ini nuansa ruangan itu jadi makin adem. Yang sedihnya adalah kubangan air gini aja bahkan lebih luas dari kamar kosan gue.
*
*
Karena merasa sudah banyak makan di pesawat, setibanya di lounge gue nggak terlalu laper. Mungkin juga rasa lapernya sudah hangus terbakar oleh semangat dan rasa senang yang tidak terkira. Karena gue tidak menemukan konter makanan berat di ruangan itu (karena nggak tahu kalo harus naik), akhirnya gue memutuskan untuk memasuki pintu kaca yang ada di ujung lounge.

Keliatannya seperti tempat yang menyajikan makanan berat. Tapi ternyata opso. Yaudah berhubung ini juga lapernya nggak menyiksa, sedikit cemilan mungkin bisa mengisi sela-sela perut.

Gue berusaha untuk mencari meja kosong yang jauh dari orang-orang. Pertama karena gue sendiri, gue nggak mau terlihat terlalu sendiri (LAH!). Kedua karena gue nggak ingin membuat mereka yang makan di sebelah meja gue terganggu dengan monolog yang sekiranya akan gue lakukan dan tidak bisa gue hindari. Ketiga karena gue nggak mau bikin mereka nggak nyaman dengan setiap jepretan kamera yang gue akan lakukan ke makanan gue. LOL

Sealay itu.

Ada satu meja kosong di ujung. Buat dua orang. Okelah karena ini adalah perjalanan sebatang kara, gue naruh tas gue bersama Junmin di kursi yang satu, yang satu lagi jadi tempat duduk gue. Waktunya berburu makanan! (LAGI!)

Gue meninggalkan kamera, handphone, paspor, dompet dan barang-barang berharga di meja. Kayak yang udah yakin banget nggak bakalan ada copet di situ. Kemudian melakukan penyisiran dari satu konter makanan ke konter makanan yang lain.

Ruangan itu supercerah. Furnitur dan lapisan taplaknya warna putih. Dinding dan semua ornamennya juga didominasi warna putih. Di ujung dekat pintu masuk ada bar dengan berbagai jenis minuman beralkohol. Sayang sekali gue nggak bisa minum itu jadi gue skip. Di depannya ada sederet keju-keju berbagai jenis dengan daging asap yang siap dimasak. Gue juga skip bagian itu karena gue takut ada babinya. Setelah ngiter-ngiter, ternyata memang makanan yang paling pas itu sereal dan roti bakar. Ada di ujung ruangan dekat ruang untuk keluarga.

Baru dua langkah menuju ke san... gue baru inget ada satu masalah besar kalau gue makan sereal: perut gue pasti akan langsung bereaksi dan mules dan harus buang air besar segera. Sementara gue nggak mau repot-repot melakukan itu ketika dalam kondisi terburu-buru.

Dilema. Apa gue nggak usah makan aja ya?

"Tapi sayang Ron. Orang balik ke sini baru hari Rabu. Mending makan, jadi tahu rasanya gimana."

"Iya juga sih. Tapi kalo mules?"

"Hmm... berdoa aja supaya nggak mules. Lagian mau makan apa lagi coba?"

"Apa gue makan babi aja ni?"

Makin absurd. Yaudah. Berbekal Bismillahirohmanirohim, gue akhirnya tetap memutuskan makan sereal aja. Gue ambil mangkok kecil, gue isi banyak-banyak sama sereal dan susu dingin. Gue ambil juga jus buat pelengkap. Berdoa dan berusaha supaya gimana caranya perut kampung ini enggak macem-macem sebelum flight jam delapan.

Sampai di meja, langsung lahap makan serealnya sampai-sampai lupa di foto. Akhirnya baru sadar kalo ada kewajiban motret setelah makanannya abis. Karena tidak menemukan angle yang oke juga akhirnya batal difoto dan berujung pada memotret Orange Marmalade yang ngumpet malu-malu di balik serbet.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Gue bersyukur ternyata perut gue tidak sekampungan itu. Karena tiada rasa mules berlebih, itu artinya masih bisa makan cemilan!

Kelar di ruangan sereal, gue memutuskan untuk keluar dan menghampiri konter makanan lain. Gue juga butuh ngecas handphone sebelum terbang lagi. Akhirnya gue memilih untuk istirahat sebentar di ruang bergaya ruang IT yang ada tab-nya. Sambil update-update sedikitlah di sana.

Yang lucu dari lounge di Hamad ini adalah, nuansanya bener-bener tenang. Mungkin itu kenapa tangga eskalatornya tinggi banget karena kebisingan di bawah nggak terdengar sama sekali di atas. Pasti kaca-kaca yang ada di situ meredam semua suara bisingnya. Saking sepinya ni, sampai-sampai nggak ada juga pengumuman pesawat apa berangkat jam berapa. Jadi itu kalo ketiduran di sana bisa-bisa ngehek ketinggalan pesawat.

Dan itu hampir saja terjadi padaku! KESEL.

Nggak mau terbuai dengan kenikmatan kursi di ruangan yang ada tab-nya dan karena parno akan dijadikan budak seks ketika nanti batal terbang ke New York, akhirnya gue pun memutuskan untuk beres-beres dan pindah ke lokasi cemilan.

Ada sofa yang mengelilingi meja putih di bawah tangga dekat kubangan air yang tadi gue lewatin. Gue ambil dua muffin, selai blueberry (!!!!!!!) dan satu cangkir teh dari meja hidangan dan gue bawa ke meja. Di situlah rasa mules mulai terasa. Kembali bermodalkan sugesti gue menghirup aroma teh hangat dan menyeruput sedikit demi sedikit sambil berharap ini mules nggak berkelanjutan.

Ada kakek-kakek di kursi di sebelah tempat duduk gue yang kayaknya merhatiin setiap gerak-gerik gue. Kan jadi nggak pede kalo mau motret makanan. Beruntung dia tidak sendiri. Tiba-tiba istrinya dateng dan mereka bicara bahasa entah apa mungkin Eropa dan membahas majalah yang ada di situ. Tapi gara-gara diliatin si kakek gue sempat ngejatuhin pisau ke meja kaca. Ya untung aja nggak apa-apa, kalo disuruh ganti rugi awak ngeri juga ini nggak bisa ganti dengan apapun kecuali cinta dan kasih sayang.

Setelah dua muffin habis, teh habis, dan diakhiri dengan ngejilatin pisau yang gue gunakan untuk mengolesi muffin dengan selai blueberry, gue siap buat berangkat ke gate keberangkatan. Sebelumnya gue nyolong satu air putih buat penetral segala macam makanan yang sudah masuk hari ini.

Sebenarnya nggak mau buru-buru pas turun dari lounge karena niatnya pengen melewati bagian lain dari bandara itu dan cuci mata. Tapi kok ada feeling kalo gue bakalan terlambat. Sekali lagi gue katakan di bandara itu nggak terdengar "TENG NONG TENG TONG, TENG TONG NENG TONG. PESAWAT TUJUAN RANCAEKEK AKAN SEGERA BERANGKAT." Sama sekali enggak ada. Kan gue jadi was-was juga. Lounge-nya terlalu tenang sampe-sampe bikin pengen lama-lama dan tidur aja di sana selamanya.

Tapi ya enggak mau kan kalo tidur di situ batal dong ke Broadway!

Makanya dengan langkah seribu bercampur deg-degan karena takut telat boarding nih gue buru-buru nyari gate yang akan membawa gue ke JFK, New York.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Setelah mencari di papan petunjuk gue harus boarding lewat gate mana, rasa deg-degan kembali menyerbu. Lebih parah ketimbang ketika berangkat dari Jakarta ke Doha semalam. Antara yang nggak sabar mau menginjakkan kaki di New York sama takut ngebayangin rasanya terbang 13 jam.  Mau jadi apa ni awak di dalam pesawat ni. Apa iya makan terus sampai begah. Pulang-pulang jadi babi beneran kegemukan.

Semua orang terlihat buru-buru saat itu. Gue pun jadi makin berasa disuruh cepat-cepat. Dan bener aja ketika sampai di gate, antrean udah panjang banget. Mana kan kalo pemeriksaan gitu suka lama. Ya buka sabuk, buka sepatu, ngeluarin laptop dan segala rupa. Dan karena ini mau masuk ke Amerika, petugasnya nanya lagi soal paspor dan visa. Belum lagi ditanya nanti hotelnya di mana dan di sana mau ngapain.

"Bisa liat itinerary-nya?" kata petugas bule yang menghadang gue setelah gue buka sepatu dan mengekspos kaos kaki hitam yang ujungnya gue lipat karena kepanjangan (gue hari itu pake celana pendek).

"Sebentar ni mas agak ribet di dalem banget soalnya," kata gue.

Gue merogoh isi tas dan mengeluarkan map berisi itinerary yang dikirimkan oleh Gayle, staf Discovery Singapura yang ngundang gue buat ke NY. Gue belum ketemu sama Gayle anyway dan akan berjumpa untuk pertama kalinya di NY nanti.

Alhamdulillah si mas ini nggak nanya macem-macem ketika gue bilang gue jurnalis dan ke sana buat kerja. Setelah itu gue dibolehkan melintasi metal detector dengan sebelumnya laptop dan perintilan elektronik terlebih dahulu dimasukkan ke dalam keranjang.

Ada kekhawatiran soal pemeriksaan software bajakan sebenarnya yang melanda gue saat itu. Tapi melihat keterburu-buruan yang terjadi, ternyata emang itu cuma hoax semata. Laptop gue mah isinya software bajakan semua. Kan takut juga kalo Junmin diambil. Nanti gue tidur sama siapa di hotel.

Setelah lolos pemeriksaan, ada petugas yang manggil-manggil penumpang kelas bisnis untuk bergerak lebih cepat. Duh bikin heboh. Gue pun lari dengan sepatu yang belum terpasang sempurna. Sesampainya di pintu pesawat, si pramugari malah iseng bilang, "Buruan mas, ini pesawatnya udah mau berangkat! Hampir aja ketinggalan!" tapi sambil senyum cantik gitu.

Iya gue percaya aja deh karena emang bener juga itu pesawat mau berangkat kan. Bukan mau ngetem aja di situ sampe besok kayak metro mini 75 jurusan Pasar Minggu - Blok M.

Gue akhirnya kembali ke ruangan kelas bisnis Qatar Airways yang tidak jauh berbeda dari pesawat yang membawa gue terbang dari Jakarta ke Doha. Kalo sebelumnya gue duduk di bagian kanan, kali ini gue duduk di bagian kiri. Sebelumnya gue duduk nggak di dekat jendela (tapi kursi sebelah gue kosong), kali ini gue duduk di dekat jendela dengan sebelah gue ada bapak-bapak yang selama 13 jam itu nggak melakukan komunikasi apapun dengan gue.

Dan bapak ini agak bau.

Cahaya matahari pagi di Doha benar-benar menyilaukan. Terlebih ketika pesawat sudah lepas landas. Awan-awan di langit itu bener-bener deh bikin perasaan campur aduk. Biasanya di saat seperti ini gue akan kepikiran sama banyak hal. Apakah sebelum gue berangkat tadi gue udah bersihin kamar, apakah lampu kamar mandi udah dimatiin, apakah kulkas udah aman, apakah kompor udah nggak ngalir gasnya, apakah kunci kamar udah gue bawa dan sebagainya.

Semakin siang semakin silau. Karena banyak orang di sana mau tidur (YA IYALAH 13 JAM NIH!!!) akhirnya dengan sangat terpaksa gue harus menurunkan penutup jendela. Sedih... padahal gue paling seneng tuh berkhayal bikin fanfic di kepala sambil liatin langit dan awan. Dan juga karena penerbangan itu melewati benua Eropa, gue juga pengen liat gunung-gunung tinggi di benua Eropanya. HUFFFFFFF.

Yah bukan rejeki. Lagian kelewatan juga karena gue ketiduran. Sesekali berusaha ngintip dengan menaikkan penutup jendela tapi cahaya mataharinya nonjok banget dan takut ngeganggu. Tapi pas gue angkat itu gue liat pegunungan putih... Pas gue liat peta di layar di depan gue, ternyata kita sedang terbang melewati Oslo.

Gue hanya betah sadar 3-4 jam sepanjang perjalanan itu. Sisanya gue tidur. Sambil (lagi!) makan gue nonton film kartun klasik 'Anastasia' dan mengenang masa-masa kecil saat menyaksikan Dimitri dan Anastasia naik kereta dari Rusia ke Paris. Memorable banget film ini dan lagunya enak-enak. Gue tertidur sebelum film berakhir dan bangun ketika sadar kalau gue laper. LOL
*
*
Gue nyalain lagi filmnya dan melanjutkan di bagian yang gue lewatkan saat tertidur. Manggil pramugari sesuka hati minta makanan. Sesekali gue ngintip ke layar di depan ruangan yang kali ini menampilkan peta bahwa kita sedang terbang di atas Britania Raya. Masih berjam-jam lagi sebelum mendarat di JFK.

Pikiran-pikiran tentang kerjaan pun kemudian muncul di kepala. Gue lupa kalo perjalanan ini sesungguhnya bukan liburan. Tapi kerja.

Tapi kerjaan kalo kayak gini gue sih nggak akan nolak.

Hehe.

Setelah 'Anastasia' selesai, gue goler-goleran mainin kursi yang ternyata baru gue tahu bisa jadi kursi pijet juga. Kali ini piyama dari Qatar Airways gue pakai dan baju 'Overdose' merah yang gue pakai gue taruh di tas.

Nggak sabar ngeliat Broadway setelah mendarat nanti.
*

KaosKakiBau ke New York [Part 4]: Broadway!

$
0
0
Waktu kecil, kita pasti punya cita-cita. Gue inget dulu gue sangat mengidolakan om gue yang sekarang sudah bergelar profesor dan dia pernah kuliah di luar negeri dan pindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Bisa dibilang dia adalah role model gue dulu dan dia juga yang membuat gue bercita-cita jadi seorang ahli pertanian. Sebelum akhirnya gue ganti role model ke Harry Potter dan bercita-cita jadi penyihir.

Berat banget buat gue menerima kenyataan bahwa ternyata Hogwarts itu enggak nyata. Patah hatinya sama kayak misalnya pas salah satu orang yang lo anggap temen tapi ternyata lo dikira enggak nyata karena cuma bisa diajak chatting doang. Karena itulah akhirnya gue mengganti cita-cita gue ke sesuatu yang lebih real: jadi pedagang es krim dan burger.

Sayangnya hidup itu enggak selalu tentang apa yang kita mau, tapi seringkali apa yang kita butuhkan. Ketika gue sudah niatkan untuk mengabdi di kampung halaman, merelakan gelar sarjana gue buat jualan burger dan es krim, takdir justru menahan gue di perantauan. Dan di sinilah gue sekarang berada, enam tahun merantau, menikmati naik dan turunnya gejolak kehidupan sebagai Jakartarian. Tapi kalo enggak merantau mungkin gue enggak bisa nulis posting-an yang sedang kalian baca ini.
*


Baca cerita sebelumnya: New York Trip Part 1 | Part 2 | Part 3

Setelah belasan jam di atas udara, Qatar Airways itu akhirnya mendarat di Bandara John F. Kennedy, New York. Gue kembali diliputi perasaan deg-degan yang enggak jelas dan kali ini penyebabnya adalah harus berhadapan dengan petugas imigrasi bandara. Kita kan enggak pernah tahu apa yang akan terjadi nih. Itulah kenapa parno diciptakan. Gue takut kalau-kalau diinterogasi berlebihan pake Bahasa Inggris terus gue nggak jawab. Persis pas mau wawancara Visa waktu itu.

"Kan lo udah pernah wawancara Shane Filan kak. Bisalah!" kata Ajie meyakinkan gue waktu itu. Walaupun gue sendiri sebenarnya enggak begitu yakin dengan Bahasa Inggris gue. Butuh dukungan aja sih sebenarnya hahaha.

Sesampainya gue di terminal kedatangan JFK, gue shock banget. Ternyata penampilannya nggak semenarik Hamad di Doha. JFK ini kayak biasa banget. Super biasa. Enggak akan keliatan kalo itu bandara buat ke New York gitu. Terminal kedatangannya malah kalah bagus sama bandara Lombok. Hahahha. Yang paling menyebalkan sih sebenarnya karena enggak ada WiFi. Soalnya kartu gue enggak berfungsi dengan baik dan enggak bisa nangkep sinyal. Otomatis ini gue enggak bisa ngabarin Gayle, orang Discovery Singapore yang jadi koordinator gue, kalau gue udah sampai di JFK. Selain itu gue juga nggak akan bisa menghubungi sopir yang sudah jemput di depan (mobilnya disiapkan oleh Discovery!).

"Okelah. Urusan itu nanti-nanti dulu." batin gue. Sekarang yang seharusnya dikhawatirkan adalah bagaimana berdoa kepada Allah SWT untuk dipermudah dan lolos dari imigrasi tanpa macem-macem. Karena dari cerita-cerita yang gue denger dari orang-orang kok kayaknya imigrasi ini menyeramkan.

Gue ngebayangin 'My Name Is Khan' nih yang disiksa di imigrasi kan serem.

(Lupa itu di imigrasi atau bukan).

Bermodalkan petunjuk jalan di bandara, gue pun berjalan dengan deg-degan menuju ke pintu keluar. Terminal kedatangan bandara itu benar-benar terasa sempit dan pengap. Padahal ada AC. Pemandangannya suram karena yang bisa dilihat cuma dinding putih aja. Berasa kayak dipenjara. Ini nuansanya intimidatif banget. Lampunya juga nggak terlihat cerah banget dan ngeri aja kalo tiba-tiba ada serangan zombie mendadak.

Gue mengikuti beberapa orang yang gue lihat tadi turun pesawat bareng sama gue. Setidaknya mereka mungkin lebih sering melakukan perjalanan via bandara ini. Sampailah akhirnya gue di tempat pengambilan bagasi dan gue berdiri menunggu koper merah tua yang dulu sempat mau dipake buat pergi haji sama alm. nenek gue tapi batal karena ternyata semua jamaah haji kopernya harus seragam.

Agak sedikit khawatir sama koper ini. Karena di Doha gue nggak ketemu dia. Rasanya udah berhari-hari sejak gue berangkat dari Jakarta dan mempercayakan Qatar Airways meng-handle urusan koper ini. Baca selengkapnya di Part 1.

Ya gue takut aja kalo ini koper beneran nyasar ke Alaska. Seperti yang sudah gue katakan sebelumnya, gue orang yang superparno. Takut kalo itu koper nggak sampe di New York dan gue akhirnya harus menggunakan baju Overdose merah ini selama tiga hari dua malam. Beberapa benda penting juga ada di koper itu termasuk kamera. Tapi keparnoan berakhir ketika koper tua itu muncul di "ban berjalan" di pengambilan bagasi. Lega banget.

Jalur antrean di imigrasi cukup panjang walaupun ada beberapa loket yang disediakan. Ada loket buat citizen ada juga buat pendatang. Ada yang tutup ada yang buka. Yang buka keliatan dijaga oleh petugas yang mukanya intimidatif banget. Bener-bener bikin takut.

Pas giliran gue maju, ditanyain gue mau ngapain ke New York. Gue sama siapa. Apa ada keluarga gak. Kayak pas wawancara Visa aja. Gue kemudian menjelaskan kalau gue jurnalis dan mau liputan selama beberapa hari. Si mbak-mbak yang wawancara gue ini agak tua dan auranya horor. Bikin takut. Tapi Alhamdulillah sudah distempel paspornya akhirnya tinggal melewati dua mas-mas berpostur raksasa yang ada di ujung line sebelum keluar.

Orang yang sebelum gue agak lama ditahan si mas-mas ini. Gue pun jadi takut. DUH KENAPA SIH PARNOAN! Konsentrasi gue buyar nih jadinya. Gue berusaha lagi menghapalkan skenario yang sudah sejak di Qatar gue rapalkan kayak mantra: "Hi I'm journalist and I come here for work." udah itu aja yang berulang-ulang di kepala.

Pas giliran gue maju ke mas-mas itu, dia minta form yang sebelumnya diisi di pesawat dan paspor gue. Gue kasi tunjuk dan langsung, "Welcome to New York and enjoy your stay!"

"Wah makasih mas!" kata gue langsung aja keluar walaupun ada niatan untuk cium pipi kiri kanan tapi takut dikira macem-macem yaudah mending kabur aja sesegera mungkin. Kesimpulannya: ternyata imigrasi di bandara JFK tidak semenyeramkan itu walaupun nuansanya memang rada-rada suram.

Handphone gue sama sekali nggak bisa digunakan! Gue nggak bisa ngapa-ngapain dan separuh jiwa gue rasanya pergi. PR-nya sekarang adalah fokus nyari sopir yang bawa tulisan nama gue di pintu kedatangan. Gue lirik kiri kanan tapi nggak ada tuh yang bawa nama KIM JUNMYEON. Yaudah akhirnya gue melipir ke mesin kartu telepon buat nyari kartu SIM untuk hape gue nih biar berfungsi.

Karena ada beberapa pilihan yang ditawarkan mesin bisu yang mirip telepon umum jadul itu, gue jadi galau dan berdiri lama banget di sana. Untung enggak ada yang antre mau beli juga. Yang gue butuhin sebenarnya SIM buat internetan untuk kebutuhan ngirim kerjaan dan juga buat eksistensi di media sosial. Ternyata kartu SIM lokal di sini mahal banget udah kayak kartu SIM jaman handphone nyokap masih 3315 yang dia beli sampe Rp 350 ribuan apa kalo nggak salah. Di sini harga satu kartunya ada di kisaran $40 sampai $60. Itu juga paket internetnya dibawah 3 giga. Setelah gue mutusin mau beli yang mana, pandangan gue teralih ke pojok kanan bawah yang ada tulisan "Bayar dengan uang pas. Mesin tidak memberikan kembalian."

"Bangke."

Gue menghabiskan setengah jam berdiri di situ buat galau malah akhirnya enggak jadi beli karena uang yang gue bawa pecahannya $100 doang. Kesel. Yaudah akhirnya berbalik buat nyari papan bertuliskan nama gue yang sudah di-hire buat ngejemput. PAS banget ketika gue berbalik ternyata dia ada di belakang gue.

HAHAHAHAAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.

"Hi sir, I'm Mr. Ronzzy," kata gue ketika nyamperin dia. "I'm looking for KIM JUNMYEON's name but there is nothing ya jadi yaudah ni aku samperin aja bapak yang keliatannya sendu sendiri," lanjut gue.

Gak deng yang terakhir ngarang.


"Oh! I'm waiting for you. Ayo ayo lewat sini. Biar saya bawain kopernya," kata dia dengan bahasa Inggris dan aksen timur tengah (entah ada atau enggak tapi terdengarnya seperti itu). Perawakan bapak ini tinggi banget dan penampilannya rapi dengan jas gitu. Berwibawa deh keliatannya. Kalo misalnya sekilas diliat dari jauh mungkin nggak akan nyangka kalo dia driver yang disewa buat ngejemput tamu.

"Udah nunggu berapa lama pak? Lama ya?"

"Ya ada kali satu setengah jam," kata dia.

"Astaga maaf banget ya pak saya agak katrok jadi agak lama tadi di dalemnya. Saya tadi lama di mesin kartu telepon itu," kata gue merasa bersalah. Kita berjalan keluar dari pintu kedatangan menuju parkiran.

YA ALLAH UDARA NEW YORK NIH PERTAMA KALI. HIRUP BANYAK BANYAK. BENYEK. TERBERKATILAH PORI PORI KULIT GUE.

AROMA HUJAN!! SUKA!!

Sore itu agak berawan. Langit agak gelap dan matahari bersembunyi di balik abu-abu di angkasa. Udara sore itu adem. Rasanya kayak di Bandung. Walaupun di sekitar bandara udaranya enggak terlalu beraroma enak karena bau asap knalpot tetap terasa sih. Walaupun aroma hujan masih bisa kecium karena beberapa bagian dari jalan ada yang basah.

"Ah enggak apa-apa pak. Memang udah tugas dan kerjaan saya nunggu. Sebelum ini saya juga nungguin orang sampe hampir tiga jam kok. Udah biasa," katanya. Gue cuma bisa tersenyum enggak enak.

Mobil jemputannya ternyata besar banget. Kayak Range Rover gitu dan mewah banget keliatannya. Enggak nyangka aja. Tadinya gue pikir kayak bakalan sedan biasa gitu. Kayak taksilah. Wah ini pasti mahal banget nih nyewanya juga. Orang bapaknya aja rela nunggu lama gitu.

"Maybe I should move the car first before you get in. Because its too narrow aku takut ngegores itu mobil di sebelah," kata dia.

"Oh oke fine," jawab gue. Pas mobilnya udah agak majuan, dia kemudian ngebukain pintu belakang lewat sebelah kiri. Gue lupa kalo di Amerika setir mobilnya di kiri bukan di kanan. Tapi hampir aja gue mau masuk ke kursi pengemudi karena gue pikir itu kursi penumpang yang di depan.

HAHAHAHAAHHAHA DOH . Goblog.
*
*
"Perjalanan ke hotel ini mungkin agak lama ya pak. Soalnya pasti macet kalau jam segini," kata dia.

HAHAHAHAHAHAHAHHAAHAHAHAHHAHAHAAH gue ketawa dalam hati. Kita lihat macetnya New York ini seperti apa soalnya saya sudah makan asam garam macet Jakarta selama dua tahun nih pak.

"Its oke pak. Bapak belum liat aja macetnya Jakarta. Saya juga mau liat-liat kotanya nih, jadi kalopun lama di jalan its okay its love,"

"Oh ini sebenarnya kita belum di kota juga sih. Ini masih di pinggiran gitu nama daerahnya Queens. Kotanya masih agak jauh. Hotel tempat bapak tinggal itu di daerah barat dan kita sekarang di timur jadi kayak ujung ke ujung gitu," jelas dia.

"Gapapa pak santai aja," jawab gue.

Gue lupa banget nama bapak ini siapa. Tapi gue sempat kasih dia kartu nama gue karena pas gue bilang gue dari Indonesia, dia seneng banget gitu. "Tempat tujuan impian sama keluarga tuh pak. Soalnya saya denger di sana kita nggak perlu khawatir soal makanan halal. Jadi aman kalo mau makan-makan," kata dia.

Di situlah gue baru sadar kalo bapak ini muslim. Iya kan tadi dia ngomong pake aksen timur tengah ya. Gue lupa.

Ada kesamaan antara driver di Amerika dan driver di Indonesia. Kalau diajak ngobrol mereka ujung-ujungnya curhat panjang lebar soal kehidupan. Bapak inipun demikian. Dia cerita dari awal bagaimana dia akhirnya bisa tinggal di New York udah 20 tahunan yang lalu. Dia imigran dan sekarang udah resmi jadi warga negara Amerika. Segala susah senang dia ceritain. Wah panjang kalo disinetronin mungkin Cinta Fitri kalah. Dia juga curhat soal kerjaan dia dan bagaimana susahnya nyari kerja di Amerika.

"Ya sebenarnya kerjaan saya ini juga buang-buang waktu. Sehari paling banter saya cuma nganterin dua sampai tiga orang. Waktu yang diabisin buat nunggu mereka sama jalan ke tujuan mereka bisa enam sampai delapan jam. Coba kalo saya kerjain hal lain yang berguna kan bisa produktif banget. Tapi sampai rumah saya udah kecapekan. Ya tapi gitu, daripada enggak ada kerjaan," katanya.

Gue cuma bisa berkomentar simpati sambil melihat-lihat bangunan rumah lucu di sekitar jalan di Queens. Ada beberapa rumah yang kecil di pinggir jalan dan keliatan gemesin banget. Kayak di film-film.

Gue merasa beruntung gue tidak mengalami jetlag hari itu. Badan gue terasa lebih segar dari biasanya dan penerbangan 20 jam itu nggak membuat gue merasakan aneh karena perbedaan waktu atau gimana. Si bapak ini juga sempat shock ketika gue bilang gue terbang 20 jam dari Indonesia ke JFK.

"Must be tired ya kamu pak,"

"Ya tapi saya terlalu excited nih jadi saya biasa-biasa aja malahan seneng banget." kata gue.

Perjalanan dari JFK ke New York memakan waktu sekitar satu setengah jam karena traffic. Sepanjang perjalanan yang terasa kayak lagi di jalan tol bandara Soekarno-Hatta menuju Semanggi itu si bapak nunjukkin gedung-gedung pencakar langit yang terkenal di sana. Salah satunya ya Empire State Building yang terlihat dari kejauhan.
*
*
Entah kenapa nuansa luar negeri itu emang beda banget ya sama Jakarta. Ada sesuatu yang bikin kita ngerasa ini tempat enak aja gitu. Sepanjang perjalanan gue cuma motret-motret random aja. Setiap ada yang lucu gue potret. Setiap tikungan gue potret. Pas bapaknya berhenti di pom bensin gue potret. Kayak enggak pengen ada satu momen yang terlewat. Padahal itu juga baru mendarat.

Ketika masuk ke kawasan New York, nuansa kotanya langsung terasa. Taksi-taksi kuning yang seliweran itu rasanya kayak lagi nonton film aja. Gedung-gedung yang banyak jendelanya dan ada tangga di luarnya juga berasa kayak di film sesuatu gitu. Ah... tapi enggak ada yang lebih bikin deg-degan dan langsung senyum-senyum gak jelas selain lewatin jalan yang di lampu merahnya ada tulisan Broadway.

"Finally."
*
*
Ada banyak sisi kota New York yang gue lewatin sore itu sedang dalam tahap renovasi. Tapi enggak mengurangi kekerenannya kok. Sebelah hotel gue juga lagi ada gedung yang direnovasi ternyata. Dan ketika gue sampai di hotel, gue agak kecewa nih karena hotelnya kurang wah daripada ketika media trip ke Singapore. WAKWAKWAKWAKKA UDAH GRATISAN GAK BOLEH KOMPLAIN YA DASAR ANAK KAMPUNG!

Gue nginep di Four Points Hotel Midtown by Sheraton. Lokasinya sangat menyenangkan dan strategis karena deket dari mana-mana. Dan ini termasuk hotel mewah juga sih kalo rate-nya dirupiahkan hahaha mahal banget semalemnya.

Sopir baik hati itu pamit dan gue pun menggeret koper masuk ke hotel. Pintu hotel itu ada dua lapor. Dua-duanya pintu otomatis. Tapi karena gue nggak tahu kalo itu pintu otomatis, jadinya gue udah niat aja mau julurin tangan buat dorong. Keliatan deh begonya pas tangan kanan gue udah terjulur ke depan mau dorong eh pintunya kebuka ke samping.

Anak kampung.

"Halo selamat sore. Saya salah satu anggota press junket dari Discovery," kata gue ke resepsionis yang lagi ngunyah permen karet. Rambutnya pirang panjang dan terlihat santai tapi juga agak sengak.

"Paspornya mas?"

"Oh iya ini," gue kasih langsung. Dia kemudian menghilang di balik layar komputer dan ngetik-ngetik sesuatu sampai akhirnya kembali lagi muncul ke depan gue dan ngasih dua kartu kunci kamar.

"Lift-nya ada di belakang. Wifi di sini gratis di semua lokasi di hotel dan enggak perlu pake password tinggal connect langsung aja," katanya. Setelah itu gue buru-buru naik ke kamar dan harus beres-beres karena setengah enam udah harus kumpul lagi di lobby buat welcome dinner di salah satu restauran di New York.

Dan sekarang sudah jam lima. HEOL.

Karena pernah nginep di hotel mewah juga pas di Singapore, gue jadi agak lebih percaya diri dan yakin tidak akan ada kebodohan yang terjadi dalam perjalanan dari resepsionis ke kamar. Gue ngerti deh kalo masuk lift harus tap kartu dulu baru bisa pencet lantai tujuan. Dan itu juga berlaku di lift di hotel ini. Gue suka banget lift-nya. Luas dan ada kesan vintage gitu. Kalo di film-film horor mungkin ini kayak lift di 'Annabelle' ya. Tapi nggak seklasik itu. Gue pun berjalan dengan penuh gaya menggeret koper ke depan kamar. Dan sesampainya di sana...

"Eh bentar..."

Gue cek lagi apa yang dikasi sama si resepsionis.

"Dia enggak ngasi kunci kan?" gue ngomong sendiri pake bahasa Indonesia.

"Iya deh kayaknya dia nggak ngasi kunci." gue belum liat ke bagian pintunya. Loh ternyata nggak ada lobang kunci. Lah terus gimana cara buka pintunya?

"Oh di tap!" gue ngeluarin salah satu kartu yang dikasi sama mbak tadi dan gue tap ke pintunya. Nggak ada apa-apa yang terjadi. "Oh mungkin harus di tap dua-duanya giliran," kata gue lagi dan gue melakukan itu tapi enggak ada apa-apa yang terjadi.

Yak mulai panik. Ini udah jam lima dan belom sholat ashar dan harus buru-buru ke bawah lagi buat ketemu sama Gayle dan media lain buat welcome dinner dan nggak boleh telat karena ketahuan banget ngaret ni orang Indonesia kampungan.

"Nyet ini gimana!" gue tap-tap itu kartu lagi di pintu tapi tetep aja nggak bisa. Oke gue nggak boleh panik. Gue tarik napas dulu. Sesekali memperhatikan ke belakang dan meyakinkan kalo nggak ada orang yang ngeliat kebodohan gue ini. Gue perhatiin lagi gagang pintu itu. Memang sih enggak ada perintah untuk nge-tap. Tapi.....

Ah si goblok. Ternyata ada lobang garis gitu di bawah dua lampu indikator tempat masukin kartunya. Ternyata pintunya dibuka bukan di tap tapi dimasukin kartunya.

"Tolol." umpat gue lalu tertawa. Ya akhirnya dengan bahagia gue masukin aja kartunya. Terus nunggu agak lama. Tiba-tiba lampu merah nyala.

"Apa maksudnya tuh lampu merah?"

Gue "patahin" gagang pintu dengan posisi kartu masih masuk ke lobang dan lampu masih nyala. Nggak bisa dibuka juga. MAMPUS INI APA LAGI NIH! AAAAAAAAAAAARRRRGGGGGGHHH!!!

"Oh mungkin masukinnya harus dua-duanya bergiliran?"

Gue copot lagi kartu yang itu dan masukin lagi kartu yang lain. Lampu merahnya nyala lagi dan pintunya tetep enggak bisa dibuka. Gue keluarin lagi dan gue masukin yang lain lagi. Tetep enggak bisa kebuka.

Ya inimah alamat harus balik lagi ke resepsionis dan bilang "Mbak maaf saya bodoh dan kampungan banget ini gak bisa buka pintu bisa tolongin enggak?" Tapi sebelum itu gue harus coba sekali lagi siapa tahu kali ini beruntung.

Gue masukin kartunya lagi dan enggak berapa lama langsung gue copotin karena berniat masukin kartu yang kedua. Eh tapi sebelum gue masukin kartu yang kedua, kali ini yang nyala lampu hijau dan ada bunyi "tring tring!" gitu. Gue "patahin" lagi gagang pintunya dan ALLAHU AKBAR AKHIRNYA KEBUKA JUGA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

(Emotikon kembang api) (Emotikon menangis sambil tertawa) (Emotikon goblog)
*

*
Kamar hotel itu ternyata enggak terlalu wah dan enggak terlalu besar. Tapi cukup besar buat ditempati berdua dan bersenang-senang semalaman dengan pasangan atau sekedar selingkuh dengan pejabat yang berduit. Sayangnya gue nggak punya pasangat ataupun jadi simpanan pejabat. Tapi ya memang ruangan itu terlihat sangat pas untuk mesum dan juga cozy untuk sendirian.

Gue nggak bisa lama-lama berkhayal soal selingkuh sama pejabat karena harus buru-buru ganti baju untuk pergi ke welcome dinner. Baju Overdose merah itu masih melekat di badan dan gue rencananya mau ke welcome dinner pake batik.

"Lo pake batik aja pas nanti ada acara kumpul-kumpul. Biasanya cepet di-notice dan nanti banyak yang nanya-nanya sama lo," kata bos gue sebelum gue berangkat beberapa hari lalu.

Oke gue memang cuma punya satu baju batik yang gue beli dengan harga murah sekitar tahun 2010 dulu. Dan itu satu-satunya baju batik yang gue punya sampai sekarang dan masih gue pake buat ke berbagai acara formal seperti kawinan dan semacamnya. Mengingat kantor gue bukan kantor yang harus pake pakaian resmi, jadi itu batik hanya dipakai ketika diperlukan saja.

Setelah ganti baju dan sholat ashar gue buru-buru turun karena Gayle sudah Whatsapp dan dia bilang semua sudah nunggu di bawah. Wifi hotel itu kenceng banget parah. Pindah-pindah tempat kayak enggak berubah sinyalnya. Kayak bolt kalo udah nempel sama hape gitu full terus. Gue mengemas beberapa barang ke tas hitam selempang buat dibawa ke lokasi welcome dinner: kamera, dompet, paspor buat jaga-jaga kalo dikira teroris.

Pas gue sampai di lobby memang udah rame banget sama jurnalis dari berbagai negara. Tapi mata gue langsung tertuju ke mbak-mbak berjilbab yang berdiri di dekat dinding. Langsung aja gue curiga dia dari Malaysia karena jurnalis Indonesia kan cuma gue. Akhirnya gue kenalan dan awalnya sok-sokan sih ngomong pake Bahasa Inggris. Tapi akhirnya kami mutusin bicara dengan bahasa Melayu ala-ala aja. Dan gue pun berusaha buat bicara seformal mungkin dalam Bahasa Indonesia walaupun pada akhirnya tetap aja bahasa gaul Jakarta-nya keluar.

Gue bersyukur bisa ketemu sama wartawan Malaysia ini. Namanya mbak Laila. Karena sudah jelas nanti gue bisa ada teman buat diajak sholat dan juga ngeles kalo kita nggak boleh makan babi. Ya setidaknya malam ini yang makan salad nggak cuma gue lah. Hahaha. Gayle kemudian memperkenalkan gue ke dua jurnalis dari Asia lainnya. Yang satu dari Filipina namanya Scott (perawakannya tinggi dan posturnya bapak-bapak banget. Dia asli Amerika tapi sekarang tinggal di Filipina karena menikah dengan orang Filipina), dan yang satu lagi Becky dari Taiwan (mbak-mbak yang gayanya gaul banget, rambutnya ombak dan pake lipstik merah tebel). Setelah sesi kenalan singkat dan tukeran kartu nama, kitapun akhirnya jalan kaki ke restauran tempat welcome dinner diadakan.

Gue masih ingat gimana excited-nya saat itu. Ini pertama kalinya gue akan jalan kaki di New York seperti kebanyakan NewYork-er yang kayak di film-film! Gue juga masih inget gimana gue nggak berenti senyum sore itu saking excited-nya. Walaupun kemudian melakukan kebodohan yang gue baru sadar ketika sudah keluar dari hotel.

(Insert suara angin)

DINGIN BANGET!!!!!!!!! DAN GUE NGGAK BAWA JAKET!!!!!

Gue perhatiin orang-orang yang jalan sama gue mereka semua pake mantel dan pake jaket. Bahkan ada yang dari Prancis (cowok, tingginya sepantaran gue) dandan banget yang bener-bener prepare mau jalan di New York, stylish dengan baju hangat dan syal. Meanwhile gue hanya pake batik tipis dan lengan pendek.

"Siap-siap masuk angin ya nanti di restauran kita pesen wedang jahe aja ya, Ron. Selamat akhirnya Anda minum wedang jahe di New York."

Mari lupakan kebodohan itu dan kita nikmati saja suasana kota di Minggu sore yang cerah itu. Jelang maghrib tapi langitnya masih terang benderang. Wajah gue berseri-seri setiap ngeliat orang lewat dan setiap belok di tikungan. Seneng banget setiap ngeliat tulisan petunjuk jalan di lampu merah ataupun ketika lagi nyebrang jalan. Duh! Seneng banget deh pokoknya!

"Pertama kali nih jadinya kayak agak kampungan gitu ya," kata gue ke Scott ketika dia nanya gue dari mana dan kerja di media apa.

"Wajar kok." jawab Scott singkat dan itupun dia ngomongnya kayak bisik-bisik.

"Hehe," entah gue harus tersinggung atau bangga.

Jarak dari hotel ke restauran sebenarnya enggak terlalu jauh. Tapi karena gue terlalu lama melihat-lihat sekitar jadi kesannya jalannya nggak kelar-kelar. Gue pun harus masukin tangan ke kantong celana jins sepanjang jalan karena udaranya emang agak dingin gitu di bulan Oktober ini. Sekitar 15 sampai 17 derajat celcius kayaknya waktu itu seinget gue. Tapi kalo kata sopir tadi sih ini adalah udara terbaik buat liburan karena enggak panas banget dan enggak dingin banget.

Bener sih udaranya kayak lagi di kawasan Setiabudi, Bandung. Ya tapi jangan bego aja nggak bawa jaket pas hari lagi berangin begini. Tetep aja butuh masalahnya.
*
*
Restauran yang kita tuju konsepnya kayak bar bernuansa klasik. Tapi lokasi makan kita private di lantai basement dan di situ agak over klasik jadi kesannya kayak lagi pesta remang-remang Halloween gitu. Satu per satu dari para jurnalis saling memperkenalkan diri. Tapi masalahnya gue adalah tipikal orang yang cepet lupa nama tapi gampang inget wajah. Apalagi nama-nama orang Eropa-nya rada susah-susah. Sedih.

Di momen makan malam itu juga kita semua bertukar cerita soal penerbangan, jam berapa sampai dan sebagainya. Kemudian ada momen juga pas Gayle nanya ke gue soal kebakaran hutan di Indonesia yang sama sekali gue nggak update beritanya kecuali hujatan orang terhadap Jokowi atas insiden itu yang gue sendiri juga nggak tahu salah Jokowi di mana. Dan ketika gue bilang Jakarta enggak kena asap, Gayle agak terkejut.

"Jakarta sama lokasi kebakarannya jauh soalnya," kata gue.

Sebenarnya welcome dinner itu berjalan alot karena masing-masing sibuk dengan diri masing-masing dan obrolan dengan teman di sebelahnya. Jadi kayak enggak ada acara resminya gitu sih. Agak disayangkan juga padahal kalo misalnya agak resmi kan jadi makin memorable. Tapi paling enggak beberapa dari jurnalis itu WOW banget ketika gue bilang perjalanan gue dari Jakarta ke New York memakan waktu 20 jam.

"MAMPUS ITU LOH PASTI JETLAG BANGET!" kata salah satu dari mereka.

"Harusnya. Tapi gue fine nih gak tahu kenapa mungkin bawaan alay gak pernah ke New York," kata gue.

Salah satu hal yang menarik sore itu adalah ketika gue menguping pembicaraan mbak Laila dan Katherine, salah satu jurnalis dari Serbia. Katherine terdengar sangat tertarik mendengar cerita mbak Laila soal "Kenapa saya berjilbab" dan "kenapa ada wanita muslim yang berjilbab dan ada yang enggak". Gue senyum-senyum sendiri karena jawaban mbak Laila bener-bener diusahakan sesimpel mungkin supaya Katherine juga enggak terlalu ribet buat menangkap maksudnya.

"Ron juga muslim." kata mbak Laila tiba-tiba menunjuk ke gue yang duduk di sebelahnya. Gue senyum sambil ngaduk-ngaduk pasta (yang setelah berdiskusi dengan mbak Laila sepertinya ini aman untuk di makan dan terasa Halal walaupun enggak tahu deh itu panci atau penggorengannya mungkin aja bekas babi).

"Jadi kalian berdua muslim. Laila kamu dari Malaysia dan Ron kamu dari Indonesia. Apakah kalian berdua sama-sama melakukan ritual yang sama? Apa bedanya Islam di Indonesia, Malaysia dan di negara lain?" tanya Katherine.

"Oh enggak ada bedanya. Semuanya sama." jawab mbak Laila.

Hening sejenak dan gue kembali menikmati pasta enggak enak yang dihidangkan di restauran itu (GRATIS GAK BOLEH KOMPLAIN HEH!). Sampai akhirnya,

"Laila kamu suka dengerin musik apa?" tanya Katherine.

"Aku suka denger musik yang agak-agak enggak mainstream." jawab mbak Laila.

"Oh iya? Apa itu?" tanya Katherine lagi.

Gue menyesap sparkling water (ini pertama kalinya gue nyobain) yang ada di meja. Rasanya enggak enak. Lebih enak Ekstra Joss.

"Aku suka KPop."

TERSEDAK.

UNTUNG GELASNYA ENGGAK KETELEN ATAU LONCAT LALU PECAH DENGAN HEBOH.

Gue langsung noleh ke Mbak Laila dengan dramatis.

"MBAK LO SERIUS SUKA KPOP HAH DEMI APA?!"

"Iya."

"MBAK LO SUKA SIAPA?"

"Super Junior."

Gue mau ketawa.

KETAWA DALAM HATI KENCENG-KENCENG.

"MBAK AKU JUGA SUKA KPOP. DI KANTOR AKU YANG MEGANG DESK KPOP! AKU SUKA EXO TAPI JUGA SUKA SUPER JUNIOR SIH!"

"OH IYA? ASTAGA AKU JUGA SUKA BANGET UDAH DARI MEREKA AWAL-AWAL ALAY GITU!" kata mbak Laila. Ya dan akhirnya sepanjang sisa makan malam itu kitapun ngebahas Super Junior dan pengalaman mbak Laila ke Korea dan betapa sedihnya Malaysia nggak pernah dikunjungi langsung oleh Super Junior dan keluhan-keluhan ala fans yang komplain soal harga tiket yang mahal.

Ya gitu. Udah jauh-jauh ke New York tetep aja bahasannya KPop. Tapi gue bersyukur karena setelah obrolan itu, gue sama mbak Laila jadi cair. KPOP MAKES ONE! Kalo kata Mnet. Akhirnya kitapun janjian malam ini buat jalan-jalan ke Times Square. Karena ini adalah pengalaman pertama gue dan dia sudah pernah, jadi gue minta dia buat jadi guide.

BROADWAY, HERE I COME!

Kita mutusin buat balik ke hotel untuk ganti baju dulu dan ambil jaket (HAHAHA) dan juga mempersiapkan beberapa hal. Yang paling penting sih sebenarnya sebelum jalan ke Times Square kita mau maghriban dulu di kamar masing-masing. Kira-kira setengah jam kita ketemu di lobi hotel dan jalan ke Times Square.

Sekali lagi gue bener-bener berasa sangat alay tetapi di saat yang sama juga sangat beruntung bisa ada di perjalanan ini. Setiap belokan menuju Broadway bener-bener bikin deg-degan dan gue beberapa kali merinding. Enggak bisa berhenti bersyukur dan masih enggak percaya sama apa yang terjadi ni. Apa bener ini gue lagi di New York atau ini hanya mimpi anak kampung aja yang bentar lagi subuh terus gue dibangunin nyokap karena telat sembahyang.

Tapi ternyata perjalanan itu nyata. Ketika tiba di Times Square gue speechless banget.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Ini loh, lokasi yang disebut-sebut Rachel Berry di 'Glee' yang selama ini gue tonton. Ini loh tempat di mana para aktor dan aktris teater berusaha untuk eksis dan menjaga eksistensi mereka. Ini loh lokasi yang billboard digitalnya besar-besar banget dan lampu-lampu gedung di sekitarnya kalo malem enggak pernah mati. Ini adalah tempat yang nggak pernah ada dalam daftar lokasi yang ingin gue kunjungi, tapi "secara tidak sengaja" akhirnya gue kunjungi.

Inilah Broadway!
*
*
Poster-poster musikal yang sudah familiar di telinga kayak 'Chicago', 'Wicked', 'Phantom of the Opera' ada di sana. Beberapa judul baru yang gue liat kayak 'Mathilda' juga sangat menawan untuk diperhatikan. Tapi enggak ada yang paling bikin merinding selain ngeliat poster promonya 'Lion King'.

"YA ALLAH."

Gue sempat cek harga tiket buat nontonnya dan kebetulan malam itu ada jadwal perform tapi ternyata mahal banget akhirnya yaudah enggak muluk-muluk. Bisa ada di lokasi teaternya aja udah Alhamdulillah banget bisa foto sama poster Broadway-nya. Rejeki nggak akan ke mana kan. Mungkin kalo kembali ke sana lagi nanti Insya Allah harus nabung buat nonton deh walaupun angkanya WOW FANTASTIC BABY DANCE OHOOOWWW I WANNA DANCE DANCE DANCE DANCE DANCE banget.
*
Pertama kali ke Broadway. Ya siapa sangka takdir membawa saya untuk melihat langsung lokasi yang selalu disebut-sebut Rachel Berry di #glee. . Udah dari 2009 nonton #glee dan baru tau yang namanya Broadway tuh kayak gimana. Memang siih, saya gapernah tahu banyak soal dunia teater karena mungkin gak begitu menggeluti dunia itu. Tapi saya tahu kalo 'Lion King' adalah salah satu pertunjukkan Broadway yang paling AAAAAAARRRRRGGGGGGHHHH dan saya juga hanya bisa AAAAAARRRRGGGGGHHHHHH karena cuma bisa lewat di depan teater-nya doang. . Gapapa. Takdir akan mempertemukan kita dengan apa yang seharusnya jadi milik kita, atau siapapun yang nantinya berpengaruh besar dalam hidup kita. Positif atau negatif. . 'Lion King'-nya next visit kalo rejeki. Sekarang yang gratisan aja dulu, 'Lion Heart'. . 💋🐧
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Yang paling berkesan dari hari pertama di New York adalah ketika gue berdiri di tengah-tengah Times Square dan berada di antara ratusan orang yang juga sepertinya baru pertama kali ada di sana. Sambil was-was karena takut dicopet, gue sempat-sempatin selfie. Kapan lagi! KAPAN LAGI!!!!!! GAUSAH TAKUT DIBILANG ALAY KARENA INILAH SAATNYA ALAY YANG SEBENARNYA!!!

Gue sampai enggak kepikiran buat jetlag sama sekali hari itu. Ketika jalan kembali ke hotel, gue baru sadar kalau malam itu juga purnama. Pantesan tadi pas jalan pulang dari restauran banyak orang yang foto-foto bulan yang baru naik.
*
*
Momennya pas banget! Alasan lain untuk mengucap syukur lagi.

Setelah ngalay, waktunya fokus ke kerja. Dua hari ke depan kerjaan bener-bener padat banget. Semoga nggak ada yang keteteran dan semoga bisa bangun pagi buat ngejer jalan-jalan pagi besok!
*


KaosKakiBau ke New York [Part 5]: Madison Square Garden dan Dilema Buang Air Besar

$
0
0
Hati, kepala dan pikiran gue masih dipenuhi dengan perasaan-perasaan tidak percaya ketika gue menjejakkan kaki di Times Square malam itu. Minggu, 27 September 2015. Gue nggak akan lupa sama tanggal itu. Tidak mau mengulangi sebodohan ketika jalan dari hotel ke lokasi makan malam sebelumnya yang hanya pake batik dan tanpa jaket sementara udara lagi dingin-dinginnya, gue malam itu sudah melapisi tubuh kurus ini dengan baju merah Oversode yang gue pake dari Jakarta (JOROK!) dan pake jaket merah bertuliskan huruf R di sebelah kirinya. Jaket ini gue dapatkan dari bos gue yang waktu itu lagi mempromosikan artis baru, namanya Rega. Sementara mbak Laila pake baju tertutup ala mbak-mbak berjilbab Malaysia dan bawa jaket panjang.

Kayaknya kebanyakan orang yang ada di Times Square itu turis. Keliatan soalnya, siapa yang heboh foto-foto dan terlihat alay, dan siapa yang berjalan kasual dan hanya melintas, lalu memilih untuk masuk ke restauran-restauran yang banyak di sekitar Broadway. Gue adalah salah satu yang alay dan tidak bisa menyembunyikan excitement gue berdiri di depan patung George M. Cohan 'Give My Regards to Broadway' dan berada di tengah-tengah Times Square untuk pertama kalinya.

Adegan di 'Glee' ketika mereka pertama kali di 'New York' dan nyanyi-nyanyi di undakan tangga yang ada di Times Square di season 2 itu langsung keputer di kepala gue. Persis seperti ketika Rachel Berry berdiri di tengah-tengah situ, gue juga melakukannya lalu berbisik: "BROADWAY!"
*

LOLOLOL

Berniat untuk meniru adegan lari-lari di undakan tangga yang ada di sana tapi gagal karena rame banget, gue akhirnya cuma bisa menatap dari kejauhan. Memang malam itu setiap anak tangga sudah padat banget sama orang-orang yang kayaknya lagi pacaran atau ngapain deh nggak ngerti dan nggak perhatiin. Mungkin ada salah satu yang ciuman juga nih atau melakukan praktek #LoveWins.

"Gimana mau foto di sana nih mbak?" kata gue ketawa ke mbak Laila.

"Memang ramai kalo malam," jawabnya.

Mbak Laila yang notabenenya adalah fans Super Junior dan Leeteuk ini sudah pernah ke sini sebelumnya, tentu saja dia tidak heran dengan kondisi malam itu. Sementara gue masih saja kagum sekagum-kagumnya sama tempat itu. Senyum aja setiap pindahin sudut pandang. Gedung-gedung tinggi yang ada di sekitarnya, orang-orang yang foto-foto, pengamen, pengemis atau apalah itu mungkin gelandangan juga atau memang aktivis atau apa nggak paham yang angkat papan bertuliskan JESUS IS OUR SAVIOUR, sampai semua orang yang berdandan seperti patung Liberty.

Gue tertarik dengan yang terakhir. Akhirnya gue ngeluarin ponsel dan berniat buat selfie dari jauh aja. Eh tapi dasar ya orang lagi cari uang, merhatiin aja gue lagi mau curi-curi foto. Akhirnya dia mendekat dan memasangkan (tanpa gue minta) mahkota seperti yang ada di kepala patung Liberty. Kemudian gue pun foto selfie beberapa kali dan dia minta bayaran $5.

Buset. Mahal juga ya buat foto sama orang-orang macem ini. Hahahahha. Apalagi kalo itu uang dirupiahin kan makin mahal aja rasanya. Bisa makan Pepper Lunch tuh. Dan itu bisa dibilang pengeluaran pertama gue di New York sejak menginjakkan kaki di sini sore ini. Yaudah gue kebetulan ada pecahan lima dolar dan gue kasih ke dia. Teringat kata sopir yang jemput gue di bandara sore tadi kalo cari kerja di sini susah. Ya daripada dia jadi copet.
*
*

Gue bawa dua kamera hari itu. Satu kamera pocket Canon punya kantor yang ajaib banget hasilnya bisa bagus banget. Yang satu lagi kamera FujiFilm yang biasa gue pake kalo lagi nonton Anonymous perform (TANGGAL 8 NOVEMBER JANGAN LUPA DI BRAGA CITYWALK!) atau nonton konser. Gilir-giliran kameranya gue pake motret malam itu. Tergantung kebutuhan aja. Idealnya sih memang seharusnya motret banyak foto. Tapi kalo gue cuma fokus ke kamera doang, jadinya malah nggak menikmati pemandangan yang ada di sana.

Gue menarik nafas dalam-dalam dan kemudian berteriak "New York JJAAAAAAANGGGGGG!!!!"

Mbak Laila cuma merhatiin aja, mengawasi dari jauh. Bener-bener kayak emak lagi jagain anaknya yang baru bisa jalan. Umur kami beda jauh banget omong-omong. Dia cerita kalau dia lulus kuliah di tahun 1995. Bayangin aja gue baru 4 tahun di tahun itu dan dia udah lulus kuliah. Beda usia kita mungkin sekitar 15 tahunan. Tapi yang bikin dia mungkin nyaman jalan sama gue karena gue juga muslim dan karena gue terlihat seperti anak-anak yang tidak akan macem-macem sama dia. WAKWAKWAKWAKWAWW Dan karena gue cablak aja bilang gue suka KPop jadi mungkin dia merasa tak sendiri sebagai chingu KPop di negara asing ini.

Sebenarnya gue juga mau lama-lama di Times Square. Karena gue tipikal orang yang suka duduk sendirian dan merhatiin orang-orang lalu lalang di depan gue. Secara tidak sengaja nanti akan ada plot-plot cerita random dan nggak wajar yang terbentuk saat sedang bengong. Lumayan jadi bahan fanfic juga walaupun nggak tahu kapan bakalan ditulis, tapi yang penting dipikirin dan kepikiran dulu. Rencananya malam itu gue juga mau duduk di kursi yang ada di sana dan mengkhayal lagi membahas soal kesejahteraan perempuan sama Emma Watson. Tapi itu tidak terjadi.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Sekitar jam sembilan malam, gue sama Mbak Laila memutuskan untuk pulang. Kita ambil jalur jalan pulang yang beda dengan kedatangan kita sebelumnya. Jalan-jalan di sekitar Broadway it bener-bener deh ya! Ada kesan romantis yang aneh. Pernah nonton MV 'Friday'-nya IU kan? Yang dia sama si model cowok gue lupa namanya siapa ciuman di gang kecil? NAH FEEL-NYA KAYAK GITU BANGET!

Ada nuansa sepi dan remang-remang cahaya dari papan-papan iklan pementasan sangat terasa di sana. Seolah-olah gue dibuat mengerti kenapa banyak orang bermimpi untuk bisa datang ke kota ini dan khususnya ke Broadway. Ya padahal gue baru dateng ke satu spot doang dan di kota itu pasti ada spot lain yang lebih menyenangkan dan oke.

Kita masuk ke jalan di Minskoff Theatre yang bikin gue makin gemeteran. Di sinilah pementasan 'Lion King' dilaksanakan. Seperti yang gue bilang di posting-an sebelumnya, gue juga nggak ngapa-ngapain di sini. Enggak nonton juga karena mahal dan pementasan terakhir hari itu adanya jam setengah tujuh. Pintu-pintu juga sudah mengisyaratkan kalau tempat itu sudah tutup. Hanya saja lorongnya masih buka. Kita masuk karena pengen tahu dan pengen foto-foto.

Nuansanya kuning dan oranye kecoklatan. Setiap kali ngeliat poster bergambar singa yang ada di sana bikin pengen banget nonton langsung pementasannya. Ah mungkin memang harus lain kali bawa duit banyak dan mampir. Ya siapa tahu nanti ada undangan liputan kan nggak pernah tahu juga. Kayak kunjungan kali ini. Sekali lagi, mimpi itu bisa jadi nyata. Marilah bermimpi dari sekarang!

Kemudian tidur.
*
*
Di salah satu teater dalam perjalanan pulang, ada satu pementasan Broadway yang baru selesai. Keliatan ada beberapa orang berkerumun di salah satu pintu keluar. Gue penasaran dan memutuskan untuk mendekat ke sana. Ternyata ada salah satu pemeran teater Broadway yang lagi nyapa penontonnya. Tapi gue nggak kenal siapa jadi gue skip aja. Akhirnya kita berdua melanjutkan perjalanan balik ke hotel.

Kesan pertama gue buat New York dan Broadway juga Times Square sangat luar biasa. Mungkin lebih ke karena gue nggak pernah kebayang bisa ke situ. Bener-bener pengalaman dan kesempatan yang tidak terduga. Akhirnya bahagia selalu dalam hati. Alhamdulillah! Kesan kedua, mungkin aroma kotanya beda sama Jakarta.

Aroma dalam arti kata yang sebenarnya.

Nggak yang bermaksud jahat sama Jakarta dengan membanding-bandingkannya dengan New York. Gue cinta Jakarta karena di sinilah berbagai hal penting dalam hidup gue terjadi. Di sinilah gue bertemu teman-teman gue dan (ehem) yah... itu. Tapi gue ingin memberikan gambaran, seperti apa dua kota ini kalau dideskripsikan dengan indera penciuman, karena sejak tadi kan gue sudah ngasih gambaran kotanya sesuai apa yang gue lihat.

Oke, gue mau pengakuan dosa dikit. Gue memang punya kemampuan, ya sebut saja seperti itu, untuk mengingat detail sesuatu atau seseorang dari aromanya. Salah satu hal yang gue suka dari diri gue sendiri hahahahaha selain alay-ness yang berlebihan. Kalau gue bilang sebelumnya gue susah menghapal nama orang tapi gampang inget muka, jadi mengingat aroma khas orang (atau tempat) juga adalah salah satu yang gue kuasai.

Contohnya gue masih inget aroma parfum bokap gue walaupun sekarang dia nggak ada di sebelah gue. Gue inget bagaimana aroma rambut nyokap gue walaupun dia ada di rumah lagi masak-masak di dapur. Gue inget aroma kamar kakak cowok gue yang ketika SMP selalu gue masuki secara diam-diam. Gue juga masih inget aroma parfum salah satu temen SMA yang sempat deket sama gue dulu dan baru-baru ini dia menikah.

Dan kalau gue disuruh mendeskripsikan aroma kota Jakarta, gue akan membaginya jadi dua bagian: Aroma Pagi/Siang dan Aroma Malam.

Di daerah tempat tinggal dan kantor gue, aroma paginya adalah aroma debu campur air, kadang-kadang juga aroma nasi uduk dan bubur ayam, tapi seringkali sih aroma tahi ayam dan air berkarat. Kalau Siang lo bisa menyimpulkan semua aroma yang ada di jalanan sebagai aroma matahari. Kayak misalnya kepala lo dimasukin ke dalem boks yang isinya adalah kegerahan dunia. Malam di Jakarta Selatan aromanya ada di antara kesepian dan kebahagiaan. Aroma tahi ayam dengan sentuhan kesegaran embun pagi. Hahahahha

Ketika malam itu gue berjalan-jalan di New York dan Times Square, gue mencium beberapa aroma khas yang sampai beberapa hari setelahnya masih tercium sama: pizza dan toilet umum.

Ada jalan yang isinya kebanyakan tempat makan di salah satu sisi kota tapi nggak semuanya punya dapur yang keliatan dari jalan. Yang paling keliatan adalah $1 Pizza yang sayangnya nggak sempat gue coba karena takut itu babi atau semacamnya. Tapi aromanya dari jauh enak banget dan masih kecium meski sudah lewat satu kali lampu merah.

Kan katanya kalo makanan yang aromanya enak sih biasanya babi ya. MUAHAHAHAHAHA

Gak deng.

Sementara bau toilet umum itu mungkin datang dari panas yang tercipta karena gesekan ban mobil dan aspal dan juga asap knalpot dan asap-asap random yang tiba-tiba muncul dari bawah tanah. ANJIR! GUE SEMPET SEREM PAS JALAN TIBA-TIBA "CCCCSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS" gitu terus gorong-gorong di bawah tanahnya berasep. Ya kan gue pikir ada kebakaran atau apa gitu. Dan itu baunya kayak toilet umum campur knalpot.
*
*
Sesampainya di hotel, gue masih excited dan mbak Laila masih heran kenapa gue nggak merasakan jet-lag setelah 20 jam penerbangan. Sementara dia mungkin sudah agak lelah karena perjalanannya hari ini melelahkan seperti yang dia ceritakan sepanjang jalan pulang tadi. Gue sama dia berusaha untuk ngobrol dengan bahasa Ibu masing-masing. Gue pake bahasa Indonesia yang gaul tapi masih agak formal dan untungnya dia nggak terlalu roaming. Sementara dia pake bahasa Melayu yang untungnya gue juga masih nggak terlalu roaming.

"Awalnya juga tadi aku nggak mau jalan nih Ron. Tapi karena ada kamu makanya aku akhirnya mau jalan," katanya.

"Iya? Wah! Berarti memang kita sudah diharuskan bersama nih mbak!" kata gue. Seneng aja karena kalo misalnya gue jalan-jalan sendiri malam itu gue akan mengalay sendiri dan itu tidak akan baik untuk kesehatan mental.

Tapi itu terjadi juga di pagi harinya.

Gue nggak bisa tidur nyenyak setelah pulang dari Times Square. Alasan pertama adalah karena masih excited dan nggak mau menyia-nyiakan waktu untuk tidur karena New York terlalu menggoda. Alasan kedua sebenarnya karena takut bangun kesiangan. Bodoh sih sebenarnya.

(AGAR TIDAK BANGUN KESIANGAN JADI MENDING GAUSAH TIDUR).

(Ya kan goblok)

Sementara Senin gue harus kerja jam 8 dan perjalanan pertama adalah ke New Jersey.

Oke malam itu setelah update beberapa kali di Path dan Instagram (KAOSKAKIBAU DI NEW YORK! LOL) gue akhirnya memutuskan untuk tidur. Alarm gue set jam 3, jam 4 dan jam 5 pagi. Selalu seperti itu di Jakarta pun demikian. Gue bukanlah tipe orang yang akan bangun langsung ketika alarm berbunyi. Bangun sih, tapi pasti abis itu di matiin terus tidur lagi. Tapi malam itu di hotel yang nyaman dan AC-nya gue matiin, gue ternyata bisa tidur pulas dan bangun ketika alarm pertama berdering.

Nada alarm gue "Lala lalala lalalala~"-nya Ice Cream Cake, anyway. HAHAHAHAHAHA

Pas gue liat jam, itu masih jam tiga pagi. Fiuh. Tapi ada hikmahnya juga. Karena malam itu katanya ada superblood moon, gue memanfaatkan momen itu untuk naik ke rooftop hotel dan berniat untuk melihat bulan dari atas. Mengendap-endap naik tangga darurat setelah sampai di puncak lift. Ternyata di rooftop hotel itu ada bar dan emang bagus banget pemandangannya dari sana. Cuma karena udah tutup jadi sepi aja dan gue takut dikira maling. Karena superblood moon-nya juga sudah nggak ada (hanya full moon biasa) gue turun lagi ke kamar.
*
*
Gue memutuskan untuk mandi dan.... ah.... gue harus boker nih.

Masalah besar.

"Lo bawa botol akua deh Ron," Begitu pesan mas Fakhmi, salah satu temen gue di kantor satu malam sebelum gue berangkat.

Gunanya? Sudah jelas buat cebok. Karena di Amerika nggak ada istilah rear-washing ataupun toilet dengan semprotan seperti di Indonesia. Oke setidaknya gue tidak menemukan itu di hotel tempat gue nginep.

Masalahnya adalah, gue adalah anak kampung yang hanya terbiasa menggunakan kloset jongkok. Kalau perlu jongkok di kali lebih enak karena langsung mengalir. Ketika gue dihadapkan dengan kloset duduk, itu akan jadi masalah besar. Sama aja kayak lo terbiasa makan pake tangan terus masuk restauran Jepang ada sumpit ya bingung. Sama juga kayak misalnya lo sudah terbiasa dengan orang ini yang baik banget tiba-tiba dia berubah. #EA #PERGILO

Oke gue bersyukur bangun terlalu pagi hari itu karena setidaknya gue bisa bereksperimen, gimana caranya gue akan cebok di toilet duduk ini. Dulu... dulu banget, waktu SMA, gue juga pernah mengalami masalah yang sama. Waktu itu gue ada kayak program student exchange gitu ke Australia. Enggak lama sih tapi cukup lama untuk tidak boker sama sekali di toilet duduk yang ada di rumah host brother gue.

Ya itu mungkin kali pertama gue mengalami masalah di toilet. Gue menghabiskan satu rol tisu cuma buat ngelapin lantai karena air yang gue pake buat cebok berceceran di lantai. Jangan ngebayangin joroknya kayak gimana. JANGAN BACA INI KARENA INI TIDAK ENAK BUAT DIBACA. NAJIS MUGALADOH.

Untung Aunt Lee, orang Tiongkok-Singapore, nggak nanya-nanya soal itu. LOL

Yang paling kampungan sih ketika gue lagi di Grand Indonesia dan mules banget karena abis makan nasi uduk terus gue masuk toilet dan bengong. Gue lupa kalo itu mall bagus dan nggak mungkin ada toilet jongkok di WC-nya. Kecuali....

"Mbak!" gue keluar dari toilet dan menghampiri mbak-mbak cleaning service. "WC buat karyawan yang bisa jongkok di sebelah mana?"

HAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA AKHIRNYA NEMU WC DI PARKIRAN YA ALLAH SENANGNYA BISA JONGKOK DENGAN PUAS.

Tapi gue nggak akan menemukan WC jongkok di New York. Gue yakin. Dan itu jam tiga subuh. Enggak mungkin juga ada orang yang mau membantu gue mencarikan WC jongkok. Siapa gue? Emang gue anaknya Obama? Anaknya Obama juga nggak boker di WC jongkok kali. Akhirnya gue berusaha meneguhkan hati dan meyakinkan diri bahwa gue bisa melakukan ini.

"Iya Ron, lo bisa! Lo pasti bisa! Lo bisa gak jet-lag masa nggak bisa boker di toilet duduk kayak orang-orang modern di luar sana!"

Berbekal satu botol air mineral yang isinya gue kosongin dan pindahin ke gelas yang ada di kamar itu, gue masuk toilet dan melakukan ritual.

Ceplak. Ceplok.

BREETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT. Plung.

FLUSH.

Splash splash splash.

Hehe.

Berhasil di percobaan pertama.

RAYAKAN DAN BERITAHU SELURUH DUNIA!!!!! UNTUK PERTAMA KALINYA BOKER DI NEW YORK!!!!

Setelah itu gue mandi dan sholat subuh.

Karena hari ini kerjanya mulai jam 8 pagi, jadi gue sudah niatin buat keliling kota di pagi harinya sebelum jam 8. Karena berbagai persiapan di pagi hari yang agak ribet di kamar hotel, guepun baru keluar dari sana sekitar jam 6 kurang 15 menit. Tujuan gue hari ini adalah Empire State Building dan sekitarnya.

"Ke Korea Town juga kak!" kata Cel di LINE malam sebelum tidur, kita sempat chat sebentar. Dan ternyata emang lokasinya dekat dengan Empire State Building jadi yaudah sekalian aja.

Gue cuma punya satu setengah jam untuk jalan dari hotel ke kawasan sana dan kembali lagi ke hotel. Berbekal Google Maps yang gue capture karena WiFi nggak ada di sepanjang jalan, gue dengan percaya diri dan antisipasi copet keluar dari hotel dan menyusuri jalan ke bagian Barat New York.

Udara pagi ini ternyata berbeda dengan udara yang tercium semalam. Pagi ini lebih segar dan ada nuansa basah yang sejuk. Mungkin itu aroma embun pagi? Enggak tahu deh. Gue pake celana panjang dan baju hangat pagi itu. Kebanyakan toko-toko yang semalam buka ternyata nggak ada yang 24 jam kecuali mungkin kedai-kedai kopi kayak Starbucks sama Dunkin Donut gitu. SETIAP BELOKAN PASTI ADA STARBUCKS! Di jalan menuju Empire State Building bahkan toko-toko yang buka lebih sedikit lagi karena kebanyakan toko baju.

Gue jujur aja sama sekali enggak ada bayangan soal jalan ke sana tapi gue yakin gue nggak akan kesasar. Mengingat jalan di New York ini pejalan-kaki-friendly banget. Yang penting inget aja posisi hotel di mana, belok kiri belok kanan pasti nyampe. Iya sih sebenarnya di mana-mana juga kayak gitu. Tapi tata kota di New York ini bikin enak gitu loh buat jalan kaki. Dan yang lebih menyenangkannya lagi, di setiap belokan itu ada aja yang bikin "WHOOOOAAAAA." gitu.

Liat gedung bagus dikit "WHOAAAAAA"

Liat billboard Victoria Secret "WHOOOAAAA BEHAAAAAAA"

Ya gue sih alay. Mungkin yang lain enggak.

Kayak misalnya ketika gue baru keluar dari hotel, ada banyak sekali homeless yang gue temukan di pinggir jalan. Tidur gitu aja di depan gedung dengan berbantalkan ransel. Bahkan ada yang bener-bener telungkup dengan baju kotor di pinggir jalan. Bagian ini, New York nggak jauh beda sama Jakarta.

Pagi itu jalan-jalan basah semua. Ternyata setiap pagi sebelum aktivitas dimulai, ada petugas yang nyiramin trotoar sampai bersih. Beberapa orang lainnya sudah ada di jalan berolahraga pagi. Beberapa yang lain ada yang lagi ngegeret koper kemana-mana. Beberapa yang lain ada yang sudah siap dengan jas dan tas kerja. Sementara ada satu orang yang di setiap belokan, senyum lebar banget karena itu pengalaman pertamanya jalan-jalan sendirian di negara orang.

Awan kayaknya rendah banget di kota itu. Beberapa gedung tinggi jarak pandang gue ke atasnya cuma beberapa lantai aja karena ketutupan awan. Entah mata gue yang salah atau kacamata gue yang kotor apa gimana tapi penampilannya kayak gitu. Beberapa bagian kota New York juga sedang dibangun jadi pagi itu beberapa rute pejalan kaki dialihkan.

Tapi akhirnya gue sampai juga di Herald Square dan itu bener-bener nggak lebih 15 menit dari gue ninggalin hotel. Gue jalan kaki cepet juga padahal hanya berbekal kepedean doang. Di persimpangan di Herald Square itu view kotanya mantap banget deh buat ngalay di subuh hari yang sepi seperti ini. Nggak ada yang ngeliatin jadi bisa foto selfie banyak-banyak. Walaupun nggak ada selfie gue yang bagus dan hasilnya memuaskan. Damn kamera depan ASUS Zenfone 6. Jelek banget.

Apa karena emang wajah gue yang nggak camera-face. Yah. Sudahlah. Yang penting di New York.
*
*
Belok kiri berarti ke Empire State Building. Lurus dikit setelah belok kiri berarti sampai di Korea Town. Kalo belok kanan gue nggak tahu. Dan gue nggak kepikiran buat belok kanan karena emang tujuannya pagi itu adalah Empire State Building. Enggak bener-bener naik sih, cuma lewat depannya doang dan foto aja dari kejauhan.

Mungkin kalo agak siangan gue ke sini akan sangat rame banget karena banyak pemberhentian bus. Gue pengen banget sebenarnya city tour pake bus tapi waktunya nggak memungkinkan. Dan kata beberapa orang, macetnya parah jadi ya mending aja jalan kaki.

Dari kejauhan gue udah motret puncak Empire State Building yang puncaknya masih ditutupi awan. Ketika gue berjalan mendekat, cuma bisa senyum dan menghela napas aja lalu bersumpah lain kali akan ke sini lagi dan naik ke gedungnya.

Walaupun ada kenikmatan tersendiri, jalan-jalan pagi sendirian itu bener-bener mati gaya sebenarnya. Lo nggak ada temen ngomong, nggak ada yang bisa dimintain foto, nggak ada yang bisa lo lakukan selain jalan dan mengagumi setiap belokan dan gedung tinggi yang ada. Yah, beruntung gue punya kemampuan bicara dengan diri sendiri yah, akhirnya gue pun hanya bermonolog di sepanjang jalan.
*
*
"Belok kiri apa kanan nih, Ron?"

"Kiri kayaknya seru. Eh bukannya kita mau ke Korea Town ya Ron?"

Kita. Seolah-olah ada dua orang yang sedang bicara. Gue sudah sinting.

"Oh iya. Itu belok kiri apa kanan?"

"Kayaknya kanan deh?"

"Yaudah ayo Ron ke kanan aja."

"Hati-hati nyebrangnya ntar mati!"

"Iya bawel,"

"Nah gitu ayo buruan gausah lelet!"

"SUMPAH YA BAWEL BANGET SIH!"

Dan sakit jiwa gue pun kumat.

Gue belok kanan dan lurus aja tanpa tahu mau kemana. Tapi ketika gue lihat ada banyak gedung yang ada tulisan hangeul-nya, gue yakin kalo gue udah sampe di Korea Town. Bener aja, di ujung jalan gue menemukan penunjuk jalannya di salah satu lampu merah. Yaudah, satu lokasi lagi terkunjungi. Walaupun cuma jalannya doang karena toko-toko nggak akan buka sebelum jam 9 atau 10 pagi kan.
*
*
"Dari situ deket loh kak ke Madison Square Garden!" kata Cel juga di chat LINE semalam.

OH MY GOD!!! IYA KENAPA GUE BARU INGET!

"RON KITA HARUS KE MADISON SQUARE GARDEN!" teriak gue.

Ke diri gue sendiri.

"Oh iya bener! Yaudah ayo tapi itu di sebelah mana?"

"Yah gatau. Maps-nya gak bisa idup sih ini nggak ada internet. Yaudah tanya orang aja apa?"

Ya bener. Kalo kata Dito, "Selama ada CPS, gak terlalu butuhlah GPS."

GPS (Global Positioning System) - CPS (Congor Positioning System). Manfaatkan congor aja.

Akhirnya itu pagi gue bener-bener melakukan komunikasi dengan orang lain selain diri gue sendiri untuk pertama kalinya. YA ALLAH AKU MERASA SEMPURNA SEBAGAI MANUSIA. Ada salah satu penjaga gedung yang baru dibangun di sana dan gue langsung nanya arah ke Madison Square Garden ke mana.

Gue nggak tahu dia ngasih petunjuknya bener atau salah karena emang kan gue juga nggak tahu itu tanah suci SMTOWN ada di sebelah mana. Tapi gue ikutin aja walaupun gue nggak menemukannya juga setelah sekitar sepuluh menit berjalan. Sampai akhirnya gue udah kayak menyerah, "Yaudah yuk balik ke hotel aja." dan memutuskan untuk randomly belok kiri di salah satu blok, kemudian..............

WAH WAH WAH WAH!!!!!

*
Matahari sudah terbit dan warna fajar sudah menghiasi gedung-gedung tinggi di sana. Taksi-taksi sudah sibuk keluar dari pangkalan mereka. Gue berdiri di ujung salah satu zebra cross menuju Madison Square Garden dengan perasaan campur aduk. Di kepala gue langsung keputer adegan di film 'I AM'-nya SMTOWN ketika BoA di awal debut Amerika-nya berdiri di depan gedung itu dan sesumbar bilang kalau suatu hari dia akan konser di sana (dan adegan berikutnya adalah SMTOWN LIVE IN MADISON SQUARE GARDEN!)

Baca Juga Nih Review Lengkap 'I AM'

Anjir ini ketika gue ngetik ini gue merinding lagi.

Gue menunggu lampu tanda boleh menyebrang menyala sebelum akhirnya gue lari-lari mendekat ke depan Madison Square Garden dengan perasaan yang masih nggak jelas. Antara happy dan juga terharu dan nggak menentu deh. Padahal ya masuk juga enggak gitu. Cuma ada di depannya doang. Tapi dengan berada di situ aja gue sudah merasa dekat dengan para artis SMTOWN ini walaupun konsernya sudah bertahun-tahun yang lalu.

Gue nggak kebayang gimana rasanya ketika gue berdiri di depan gedung SM Entertainment untuk pertama kalinya suatu saat nanti.

Mungkin gue beneran akan nangis. (KARENA DIINJAK-INJAK FANS LAIN)

Enggak banyak yang gue lakukan di sana selain selfie-selfie dan foto sekitar. Pengen banget sebenarnya guling-gulingan atau memeluk salah satu dindingnya. Mungkin goler-golerin rambut atau pipis sekalian sebagai penanda bahwa itu daerah kekuasaan gue. Atau kalau gaya pelajar alay nulis pake Tipe-X di temboknya "RON WAS HERE."

Tapi karena masih belum menikah dan gak mau ditangkap NYPD jadi mending gausah aja deh. Setelah adegan terharu sendiri di sana gue pun memutuskan untuk kembali ke hotel karena jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Gue punya waktu setengah jam untuk kembali ke hotel, sarapan, dan siap-siap liputan.

Gayle dan para jurnalis sudah menunggu dan kita siap naik bus ke New Jersey buat kerja!
*

Terkulai Lemah Ketemu Park Bo Young

$
0
0
Gue adalah orang yang lemah. Mudah sekali merasa baper, kalo kata beberapa orang sih begitu. Mungkin itu kenapa gue selalu enak jadi bahan bashing di Twitter. Padahal cuma sekedar bilang "Loh kok D.O gemukan!" langsung di bash seluruh dunia.

(lebay)

Tapi itu beneran waktu itu yang nge-bash pake Bahasa Inggris dan menyeramkan juga ternyata komunitas EXO-L Worldwide ini yah. Gue bukan fans yang baru suka EXO kemaren. Becandaan gue ya emang kayak gitu. Lagipula D.O juga emang keliatan gemukan kok. Kata yang paling sederhana untuk menjelaskan kondisi badan dia waktu itu ya itu.

Kalo orang berubah dari kurus ke gemuk kan disebutnya gemukan.

Ya kemudian di bash kan heran juga.

#EA #PLAYINGVICTIM #WHATEVER

Kalo udah berurusan sama orang yang gue suka, gue pasti bakalan lebih baper dari apapun juga di dunia ini. Kayak misalnya waktu gue nggak bisa nonton Anonymous karena bentrok sama konser Super Junior bulan Mei lalu, rasanya kretek-kretek banget. #HIDUPANONYMOUS! Gue juga inget banget gimana rasanya iri hati sampai mau marah waktu dulu, tahun 2010 apa 2011, ketika orang-orang lagi ramai banget nonton Super Show 3 di Singapura, sementara gue hanya bisa nonton dari timeline Twitter doang.

Sedih.

Inget juga gimana irinya sama dua temen gue di Geng Gila EXO, kak Dianne dan Cel waktu mereka ngintilin EXO ke Thailand pas masa awal-awal debut. Bahkan sampe dapet banyak momen sama Kai karena Cel ngefans Kai. Huhuhuhu Padahal itu masa EXO lagi sepi-sepinya penggemar dan masih aman tentram sentausa tanpa adanya baper-baperan. Tapi malah gue yang baper liat update-an Cel.

Kalo ngeliat fans-fans yang sukses ini, gue langsung mikir, KENAPA SIHH GUE NGGAK BISA KAYAK MEREKA?

Pertanyaan itu kemudian terjawab seiring bergantinya waktu. Waktu juga menyadarkan dan mendewasakan gue. Gue akhirnya sadar bahwa semua orang, setiap individu di dunia ini, sudah ada bagian rejekinya masing-masing. Rejeki itu ya termasuk interaksi dengan bias. Semua sudah ada bagiannya. Entah itu karena memang usahanya sendiri atau mungkin karena memanfaatkan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri.

#ehem

Salah satu hal yang bikin gue iri beberapa tahun lalu adalah para jurnalis yang bisa liputan KPop. Kok kayaknya asik banget sih, bisa kemana-mana gratisan, bisa nonton konser nggak bayar, bisa ketemu artisnya langsung. Geregetan banget sama pengalaman mereka yang pasti bener-bener menyenangkan. Apalagi kalau itu mereka lakukan karena mereka suka KPop juga.

Apa sih yang paling menyenangkan daripada mengerjakan hobi sendiri tapi dibayar?

Makanya itu setelah lulus kuliah gue merasa perlu untuk mengejar salah satu mimpi gue ini: jadi jurnalis KPop. GUE HARUS BISA JADI KAYAK MEREKA. Entah bagaimanapun caranya, yang jelas gue harus bisa menjadi salah satu dari mereka paling tidak. Hahahahaha Jurusan gue di kampus memang sih enggak nyambung sama jurnalis-jurnalisan, tapi masih ada di satu ranah yakni Komunikasi.

Dan ya, kalau punya mimpi dan mencari jalan untuk mewujudkannya, pasti akan terjadi. Terdengar cheesy dan Agnes Monica banget memang. Tapi beneran loh itu kejadian. Dan ini adalah salah satu momen paling nggak bisa gue lupain sepanjang gue kerja sebagai jurnalis KPop: ketemu Park Bo Young.
*
*
Gue sudah lama tahu Park Bo Young. Itunglah ketika awal-awal suka 'Running Man', dia sempat jadi bintang tamu di sana. Cowok mana sih yang nggak lemes ngeliat cewek cantik, imut, seumuran dan menggemaskan kayak gini? HAHAHAHAHA Ya mungkin ini karena tipe cewek yang gue suka kali ya kayak gitu. Makanya ketika ngeliat Bo Young pertama kali di 'Running Man', gue langsung tertarik dan nontonin beberapa filmnya.

Gue nonton 'Don't Click' sama 'A Werewolf Boy' yang terkenal itu. Tapi yang bener-bener bikin terjungkal karena imut overload ya 'Oh My Ghost', apa lagi?

Awalnya gue sendiri enggak tertarik buat nonton drama ini. Tapi beberapa temen gue ngikutin dan nyuruh gue buat nonton. Gue pun bukan orang yang bisa disuruh-suruh nonton sebenarnya. Kalo gue ngerasa nggak mau, yaudah gak akan gue tonton. Tapi mungkin momennya pas aja. Ketika gue nonton 'Oh My Ghost' ini gue juga lagi pengen nontonin drama-drama cheesy penuh romantisme klise gitu. Dan mungkin memang sudah jalannya. Dengan nonton 'Oh My Ghost' semakin mendekatkan gue kepada Park Bo Young.

Dalam artian ketika dia dikonfirmasi buat datang ke Indonesia untuk Korea Indonesia Film Festival 2015, gue nggak yang goblok-goblok banget nggak tahu siapa dia dan apa yang terjadi di drama terakhirnya.

Waktu gue wawancara Seok Woo (Orange Marmalade), gue sempat ngobrol sedikit sama salah satu staf Korean Cultural Center yang baik hati. Dia sempat ceritain soal rencana KIFF 2015 dan siapa yang akan datang. Tapi kata dia, yang datang pasti mereka yang filmnya sedang atau akan tayang di tahun itu.

"Yaudah mbak Do Kyungsoo aja kan ada tuh filmnya," kata gue.

"Ya susah. Hahahaha. Kayaknya sih yang bakalan dateng Park Bo Young,"

"NAH YAUDAH GAK APA-APA!" gue bersemangat. Soalnya emang itu lagi heboh-hebohnya nonton 'Oh My Ghost'.

Dan bener aja akhirnya dia yang datang.

Awalnya gue sendiri nggak tahu kalau misalnya akan dapat undangan wawancara dengan Park Bo Young. Sampai akhirnya bos gue mengabarkan hal itu, pecahlah dinding hati ini. Di kantor gue sama temen gue yang namanya Agnes (yang waktu itu juga bareng sama gue wawancara Seok Woo) heboh banget. Kita sama-sama nonton 'Oh My Ghost' dan sama-sama gemes sama Park Bo Young.

Tapi sayangnya Agnes nggak bisa ikutan wawancara itu karena jatahnya hanya buat satu orang per media. Sedih..... Karena ini ranah gue, jadi gue yang berangkat.

SENENG!!!

Pembukaan KIFF 2015 hari Rabu (28/10/2015). Wawancara dijadwalkan hari Selasa (27/10/2015) di CGV blitz GI. Gue sampai di lokasi satu jam lebih cepat dari jadwal dan ngerasa kayak anak ilang karena biasanya kalo kayak gini bakalan bareng-bareng sama temen-temen jurnalis KPop yang lain. Pas gue mau ngeluh kenapa gue sendiri, gue melihat sesosok perempuan duduk di depan tempat main game di GI dan gue kenal siapa dia.

"RIZKA!!!!!" teriak gue.

"RON!!!!" teriak dia.

Lalu kitapun main domikado.

Seneng karena ada temen gue jadi nggak ngerasa kesepian. Kebetulan Rizka ini juga suka banget sama Park Bo Young. Ya sama-sama lah, kita sama-sama suka yang gemes yang emang karena ngikutin 'Oh My Ghost'. Makanya pas sore itu udah deket waktu wawancara kita berdua yang saling curhat kalo sama-sama deg-degan dan gemeteran.

Singkat cerita gue dan Rizka menunggu di depan lounge tempat wawancara akan dilakukan. Ketika gue sedang sibuk-sibuk ngeliat ke hape, tiba-tiba saja Rizka teriak dari belakang.

"RON! RON!" gitu. Gue noleh ke Rizka tapi Rizka malah nunjuk ke arah berlawanan.

Pas gue noleh...........

ALLAHU AKBAR YA TUHAN YANG MAHA SUCI.

Park Bo Young muncul beberapa langkah dari tempat gue berdiri dan tersenyum manis banget sampai diabetes rasanya. Gue yang biasanya kaku banget kalo momen kayak gini tiba-tiba berpikir cepat. Gue langsung membungkuk dan "Anyeonghaseyo!" gitu ke dia.

Dia langsung bales melambaikan tangan dan "Ne anyeonghaseyo!" ke gue.

KE GUE.

MAU MATI DITEMPAT TAPI KALO MATI NANTI SIAPA YANG BAYAR CICILAN KULKAS GUE KE DITO. Akhirnya nggak jadi mati tapi buru-buru nyamperin Rizka dan "YA ALLAH RIZ HAH INI NGGAK MUNGKIN MIMPI KAN HAH!"

"CANTIK BANGET!"

"PARAH! IMUT!"

"PARAH! PENDEK BANGET JUGA TERNYATA SETINGGI GUE!"

"PARAH KAYAK BONEKA!"

Sementara kita heboh-heboh sambil nunggu dipersilakan masuk buat wawancara, ternyata di belakang kita ada lagi tiga cowok Korea yang ternyata sudah nungguin dari tadi juga. Mereka fanboy-nya Park Bo Young. Tiga-tiganya sama aja kelakuan kayak kita. Heboh banget dari kaca kayak "Nuna! Omo neomu yeppo!!" dan itu berkali-kali.

Kalo ada yang bilang fans Indonesia alay, enggak juga, Korea juga alay kok. Tenang saja kalian tidak sendiri, chingu.
*

*
Mereka awalnya berdiri agak jauh dari dinding kaca tapi lama-lama semakin mendekat dan mendekat. Ketika sudah terlalu dekat, ada satpam mau ngasih tahu kalo gaboleh kedeketan gitu. Tapi si satpam ini nggak tahu harus ngomong apa karena dia juga tahu ini bukan orang Indonesia. Tapi satpam ini sudah diharuskan "mengusir" mereka sama atasannya. Jadilah....

"Mas gaboleh di sini!" katanya pake Bahasa Indonesia.

Entah si tiga cowok Korea paham atau enggak, tapi dengan wajah kesal dan ngarep mereka pun menjauh dari lokasi itu.

Gak lama setelah itu, kita diperbolehkan masuk.

"OH TUHAN BISMILLAHIROHMANIROHIM!"

Gue biasanya sangat gemeteran kalo udah disuruh wawancara. Siapapun! Bahkan ketika gue wawancara Ricky Ujung pun gue gemeteran. Padahal kalo dibandingkan dengan Park Bo Young, ya siapa sih Ricky Ujung, gitu. Ada 10 media doang yang datang hari itu dan kita semua duduk di kursi masing-masing di depan meja panjang sementara Park Bo Young nantinya akan duduk di depan kita, di tengah-tengah.

Gue langsung nge-tag tempat di tengah-tengah persis di tempat yang sepertinya akan jadi lokasi duduk Park Bo Young nanti. Dan begitulah ketika dia datang gue sama Rizka nggak berenti terpekik tertahan.

Ini orang bener-bener cantik banget.

PARAH!!!!

Dia pake dress lucu banget hari itu. Rambutnya ditata juga dan ada bagian-bagian yang berantakan secara natural. Gue nggak bisa berenti natap ini orang tapi kalo gue tatap terus nanti gue dikira kurang ajar. Sesekali gue menyibukkan diri dengan kamera dan motret. Sesekali gue nulis-nulis random dan bongkar-bongkar tas ngambil sesuatu. Sesekali benerin posisi tripod. Duh salah tingkah padahal dia nggak ngapa-ngapain cuma duduk aja.

Gue ngeluarin daftar pertanyaan gue yang juga titipan dari kalian yang jadi friend gue di Facebook. Megang kertas itupun gue gemeter. RIzka sampai ketawa ketika ngeliat tangan gue yang gerak-gerak nggak jelas pas itu. Sedekat ini sama Park Bo Young! Gimana nggak gemeteran!
*
Itu watermark-nya tulisan tangan Park Bo Young sendiri pas dia kasih tanda tangan ke gue. Seneng banget! Karena gue nggak bisa nemu kata-kata aneh buat orang seimut ini, jadi pake aja tulisan tangan dia. Ini kayak Bei Bei-nya Kris wakakakakakaka
*
Ketika sesi wawancara dimulai, gue buru-buru ngidupin Sound Recording di hape gue dan langsung naruh di depan dia dalam posisi terbalik. FYI gue kan pake hardcase yang ada mukanya Irene yang dibikin ala-ala kartun gitu. Pas gue taruh di depan Park Bo Young, dia langsung notice. Gue kaget!

(Dia ngomongnya imut banget kayak di drama gimana dong makin lemes)

"Taeyeon!" katanya sambil megang hape gue dan diangkat, merhatiin hardcase-nya.

"Anieyo, anieyo," kata gue buru-buru. "Igon, Irene. Red Velvet," bahasa Korea gue berantakan.

"Aaaah! Irene! Eeeemmmm (PLIS TOLONG KENAPA DIA HARUS BICARA DENGAN NASAL VOICE) tapi kok nggak mirip Irene malah mirip Taeyeon?"

Makin lemes. Padahal yang dipegang hapenya bukan tangan gue.
*

*
Dan ya. Obrolan antara kami para jurnalis dan Park Bo Young berlanjut sampai sekitar satu jam. Santai banget ngobrol sama dia tuh kayak bener-bener asyik banget! Dengerin dia ngomong sama kayak lagi nonton Na Bong Sun godain si chef-nim. Tapi dia ngakunya bukan tipe orang yang suka aegyo.

BOHONG!! PADAHAL NGOMONG BIASA AJA UDAH KAYAK AEGYO!!!!

Terus pas si Rizka nanya soal image-image imut gitu, gue nyelak aja bilang "CHEFNIM~~~~" gitu dan dia denger terus kemudian ikut bilang "CHEFNIM~~~~"

SEMAKIN TERKAPAR TERKULAI LEMAH.
*

*
Wawancara ini bener-bener gue gak bisa fokus sama apa yang gue tanyain dan apa yang orang-orang tanyain. Gue cuma fokus ke motret dia aja yang jaraknya nggak sampe semeter di depan gue dan sebegitu mempesonanya. Aduh aduh.... Ini lebih heboh daripada pas gue ketemu sama Duo Serigala.

Park Bo Young ini orangnya bener-bener baik hati banget. Nggak pernah berenti senyum sepanjang wawancara. Kalo biasanya manajemen artis-artis KPop selalu nggak ngebolehin jurnalis buat motret pake flash, dia nggak peduli dan boleh-boleh aja. Bahkan setiap kali ada kamera terangkat, dia akan langsung noleh dan bergaya. Nggak neko-neko! Bener-bener deh!

Setelah hampir satu jam wawancara, bahkan dia masih mau melayani para jurnalis ini untuk foto-foto dan juga ngasih tanda tangan. OH ASTAGA TIDAK MUNGKIN DUNIA SEMEMBAHAGIAKAN INI KAN!

Gue langsung ngeluarin agenda abu-abu yang gue dapet dari event Joo Won awal bulan lalu. "Please sign juseyo," kata gue mengulurkan agenda itu. Dia langsung menyambutnya tanpa ragu-ragu dan tanpa berkonsultasi dengan manajernya sama sekali. Gimana coba lo nggak merasa bahagia banget ada di deket dia. WKWKWKWKWKWKWK

Sayangnya gue nggak sempat motret ketika dia sedang menandatangani agenda gue. Tapi gue sempat motret ketika dia ngasih tanda tangan buat Rizka. Dan abis itu, "Can we take a picture together?"

"Oh yes, sure!"

MASYA ALLAH.

Gue langsung heboh.

"RIZ ENAKNYA GIMANA YA."

"RIZ APA GUE DI SINI AJA?"

"EH KAYAKNYA GUE KE SANA AJA DEH."

Terus Bo Young malah menyarankan untuk bergeser ke agak pinggir supaya nggak kehalang meja. BAHKAN DIA YANG NYARANIN TEMPAT BUAT FOTO! KURANG BAIK APA LAGI GAK PAHAM.

Yasudah akhirnya di sanalah gue berdiri dengan topi di kebelakangin dan rambut berantakan yang belum gue potong. Di bawah lampu yang membuat wajah gue terlihat seperti pocong sementara dia tetap tampak seperti Barbie.
*

*
Tapi enggak masalah.

Yang penting sudah kesampaian bisa ketemu sama Park Bo Young dan berinteraksi sedekat itu.

Apalagi yang diinginkan fans selain itu?

Pas event utamanya di hari Rabu (28/10/2015), enggak banyak momen sama dia karena gue juga sibuk ke sana ke mari duh keringetan. Tapi pas dia lagi duduk sama Reza Rahadian, gue berhasil curi-curi foto dan dia pun bergaya.

Ah...

Life is good.

Sampai ketemu lagi di kesempatan lain ya, Nuna! (sok akrab deh)
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on


KaosKakiBau ke New York [Part 6]: Pergi Pulang New Jersey - New York

$
0
0
Sama aja kayak Jakarta, New York di hari Senin pagi juga macet. Lebih-lebih lagi ruas jalan di kota ini sempit jadi kalo udah macet ya begitulah. Nggak bergerak. Enggak heran kalau orang-orang lebih milih naik Subway buat ke tempat kerja. I mean, come on, kalo nggak jalan di kota ini kayaknya belom sah jadi New York-er. Hahahaha

Di beberapa bagian kota juga gue perhatiin ada banyak gedung-gedung yang sengaja di bangun sebagai tempat parkir. Kalo gue pernah mengeluh soal ongkos parkir di Jakarta yang mahal, ternyata ongkos parkir di New York lebih mahal. Iyalah! Dolar!

Setelah sarapan dan nggak sengaja ketemu Scott di restauran hotel, gue buru-buru beresin barang-barang untuk persiapan liputan. Hari ini (lebih ke hari itu sih kayaknya ya, Senin, 28 September 2015) tujuan liputan pertama kami ke Carlo's Cake Factory yang ada di New Jersey. Waktu pertama kali denger kata New Jersey mungkin yang langsung kebayang di kepala gue adalah Ailee. Karena setiap kali ngetik berita Ailee pasti gue selipin kota tempat tinggalnya dulu itu.

Ke New Jersey kita naik bus yang disediain sama Discovery Networks International. Yes. Kesampaian juga akhirnya naik bus kota walaupun tujuannya bukan keliling New York. Tapi nggak apa-apa deh. Yang penting bisa ngerasain aja gimana rasanya naik bus di negara lain setelah selama ini mentok dengan Kopaja 602 dan MetroMini 75.

Busnya lucu. Kayak bus sekolah yang di film-film. Di dalamnya cukup mewah juga dengan televisi dan sebagainya. Di kursi bagian depan malah ada meja yang melingkar terus di setiap pegangan kursinya ada lubang buat naruh gelas kopi. Ngomong-ngomong soal kopi, pagi ini gue kayak minum banyak banget kopi mengingat gue tidak tidur dengan benar semalam. Menghindari ngantuk. Untung sepanjang perjalanan ke New Jersey, Gayle ngajakin ngobrol terus. Gue jadi seneng.

Secara nggak sengaja dalam perjalanan ke Carlo's Cake Factory itu, Gayle nanya Facebook, Twitter dan Instagram gue apa. Gue agak malu sebenarnya ngasih tahu ke dia soalnya akan ada banyak hal yang harus gue jelaskan.

"Loh kenapa Ron Kevin? Kenapa Twitter-nya Ronzzy Kevin?"

Ini bagian paling sulit. Nama gue bukan Kevin. Gue mungut nama itu sejak 2009 dan gue nggak ngerti kenapa sekarang gue nggak bisa lepas dari nama itu. Kalo kata temen-temen gue di Geng Gila EXO, nama Ronzzy Kevin sudah kayak brand tersendiri. Makanya setiap kali gue berniat ganti username di Twitter, mereka selalu marah-marah.

"Udah okelah Ronzzy Kevin! Gausah alay!"

Padahal sebenarnya ini udah nama teralay gue.

Gue mau ngejelasin ke Gayle kenapa gue pake nama Ronzzy Kevin. Tapi karena terlalu panjang, akhirnya gue singkat saja. "Itu kayak nickname gue di media sosial gitu loh. Ronzzy itu kayak semacem lucu aja," padahal sebenarnya penjelasannya enggak gitu.

Ronzzy itu diambil dari kata Ron dan Zzy (HUEK) (YA MENURUT LO). Ron itu nama belakang gue dan panggilan gue sejak SMP (sebelumnya dipanggilnya bukan Ron. Pas SD dipanggil Mikael), sementara 'Zzy' itu... hmm... setelah gue pikir-pikir mungkin terinspirasi dari kata 'Frenzy' yang artinya 'kegilaan'. Semacem image gila yang muncul di media sosial dari seorang Ron. Sementara Kevin itu... suka aja.

*

WAKAKAKAKAKAKAKKA INI SEBENARNYA KEPIKIRAN PAS GUE NGETIK AJA. SEBELUMNYA PENJELASANNYA NGGAK KAYAK GINI.

Gayle pun memutuskan untuk menambahkan gue ke teman Facebook dia lalu mem-follow Twitter dan Instagram gue. Kalo udah ruang lingkup profesional gini yang ngikutin media sosial maka sudahlah gue akan hancur. Gayle nggak tahu aja gue nge-tweet kayak gimana. HURUF BESAR SEMUA. k4d4n6 p4k3 b4h454 4n3h. Sometime juga using bahasa yang igeon chorom. Huff. Sekarang gue mengerti kenapa orang butuh yang namanya personal account dan spazzing account.

Sementara buat gue, ranah personal gue dan ranah spazzing adalah hal yang sama. LOL

"Followers lo banyak juga ya?" kata Gayle ketika liat Twitter dan Instagram.

"Well... yeah, I'm kinda popular, you know," tolong jambak gue.

Untungnya Gayle nggak muntah berlian. Padahal lumayan kalo misalnya beneran kan bisa extent di New York sampai tahun baru.

Gayle kemudian juga ngeliat salah satu postingan gue di Times Square malemnya dan di situ gue tulis caption 'Alay'. Oke. Makin riweuh aja hidup gue ketika dia nyanya apa itu alay. HOW CAN I DESCRIBE ALAY IN ENGLISH?!

"Hmm... its an acronym actually. Alay stands for Anak Layangan. We called a kid who like flying kite and playing under the sun until their skin burnt and their hair color changed. Thats the original Alay. But nowadays the word meaning has changed to someone who attend music show on TV and get paid for making noises,"

Semoga itu menjelaskan.

"They get paid? The audience?"

"In my country, yes,"

Mau ketawa. Gimana dong. Gue nggak bisa bohong. Tapi beruntung obrolan itu hanya bertahan beberapa menit saja karena nggak lama setelah itu kita sampai di New Jersey, di depan Carlo's Cake Factory.

Oke, sepanjang perjalanan ke NJ pemandangannya bener-bener menyenangkan. Nggak terlalu banyak gedung tinggi kayak di New York dan Manhattan. Tapi di sini bangunannya lebih klasik dan otentik. Warna-warnanya juga cerah-cerah. Sayangnya nggak bisa banyak foto karena dari dalam bus nge-blur terus fotonya.

Turun dari bus, pekerjaan dimulai. Gue sudah standby dengan sound recorder di handphone, pulpen dan notes. Ala-ala jurnalis beneran gitu deh pokoknya. Padahal sih yang dicatet sebenarnya enggak ada. Ujung-ujungnya hanya mengandalkan foto, ingatan dan suara di rekaman sebagai bahan tulisan. Tapi gue cukup jago mendeskripsikan suasana, tbh. #gak

Pintu masuk pabrik kue ini kecil banget. Nggak banget sih sebenarnya. Ya standar pintu masuk ke Money Changer di Jakarta lah. Di depannya tapi parkir mobil-mobil sport mewah gitu. Gils... mudah-mudahan itu doorprize. Pas pintunya dibuka, ada suara gemerincing yang menyambut. Nggak cuma itu aja, aroma khas kue yang masih panas dan baru selesai dipanggang langsung menyerbu masih ke lubang hidung.

ZZUUUNGGGGG!!!!!!!

YA ALLAH LAPER!!!
*
*
Awalnya gue pikir itu setelah masuk kita langsung sampai ke dapurnya. Tapi ternyata enggak. Itu baru ruang tamu kantor dari pabrik kue ini. Pabriknya sendiri ada di bagian agak ke belakang. Sementara sebelum ke sana kita diajak tur dulu ke ruang kerja Buddy Valastro, si Cake Boss. Ya seperti namanya, ruangan kerja itu memang keliatan punya bos banget. Rapi dan tertata. Isinya kayak piagam penghargaan dan piala-piala yang berhasil dia dapatkan dari jadi seorang pembuat kue profesional.

Di dinding-dinding ruangan kantor ada foto-foto keluarga dan foto-foto orangtuanya. Ada TV besar juga yang katanya dia tonton kalo lagi bosen. Tentu saja ada laptop dan yang lain-lain. Mungkin dia sempat nyebutin ada kamar mandi juga di situ tapi gue nggak begitu perhatian karena terlalu fokus ngeliatin foto-foto yang ada di dinding.

Apakah memang karena dia public figure kali ya, Buddy Valastro ini orangnya ramah banget. Setelah tur kantor, dia ngajak kita mulai masuk ke pabrik kuenya. Oke ini bener-bener pabrik kue berskala besar. Di mana mixer-nya aja bisa nampung badan gue sendiri. Oven-nya bisa nampung lima badan gue sendiri. Rak-rak buat manggangnya tinggi-tinggi. Dan sebagian besar kuenya dibuat pake tangan, enggak dipotong pake mesin gitu. Yang paling ganggu sebenarnya aroma kuenya. Coklat..... vanilla.......... tepung yang dicampur gula dan telur lalu di panggang.......... hidung bahagia, perut belum tentu.

Nah kalo lo nonton Cake Boss, pasti lo akan akrab dengan pabrik kue ini karena syuting variety show itu dilakukan juga di sini. Di pabrik ini ada lagi tempat yang namanya wood warehouse. Di situ kayak gudang kayu yang digunakan buat bikin tatakan kue berbagai macam bentuk dan ukuran. Si Buddy ini pernah bikin kue segede Aligator dan replika Merlion Singapura. Nah itu rangka kuenya dibuat di sini.

Ada lagi di bagian lain pabrik kue itu gudang penyimpanan bahan mentah dan kue jadi sebelum diantar ke toko-toko. Luas banget kayak lapangan tenis. Dan ruang penyimpanan yang sudah jadi itu dinginnya minus berapa derajat Fahrenheit gitu. Pas pintunya dibuka, dinginnya langsung nembus ke celana jins gue hahahahaha kocak!
*
*
Nah, yang paling seru dari perjalanan ke pabrik kue ini sebenarnya adalah sesi menghias cupcake-nya. Kita diajak ke ruangan khusus yang memang selalu digunakan sebagai kelas menghias cupcake, salah satu program dari Carlo's Cake Factory. Ruangan itu luasnya kayak aula sekolah gue. Di setiap sisinya ada mesin-mesin yang bisa digunakan buat membantu mencampur fondant dan semacamnya. Ada rak yang berisi alat-alat pemotong dan cetakan buat fondant. Ada mesin giling buat fondant dan juga wastafel.

Kita dibekali enam cupcake dan fondant dengan warna-warna dasar seperti putih, biru, kuning dan merah. Nanti warna-warna itu bisa dicampur buat membentuk warna lain. Ya kayak gitu deh simpelnya. Sementara nunggu giliran wawancara sama Buddy, gue pun fokus menghias cupcake dan sudah punya banyak ide di kepala.
*
*
Gue memang suka nonton-nontonin tutorial masak di YouTube. Dan bikin kue. Tapi belum pernah ada yang gue praktekan. Ini pertama kalinya jadi gue bener-bener excited dan pengen serius banget gitu. Yaudah, dari jam 11 sampai jam 2 siang, enam cupcake pun berhasil gue hias dengan susah payah. Hihihi
*
*
Gayle nanya ke gue itu tulisan Korea artinya apa. Gue kasi tahu aja itu tulisan SUHO (walaupun sebenarnya gue salah sih itu hangeul-nya kurang segaris). Dia tanya lagi, SUHO itu artinya apa sih? Ya gue kan bingung. Sebenarnya nama SUHO itu sendiri bener-bener berarti Guardian atau nggak. Tapi karena Gayle juga kayaknya nggak ngeh sama itu, jadi yaudah gue bilang aja, "Iya ini SUHO member EXO, terus kayaknya sih artinya Guardian Angel gitu," #NGEK #NGOK

Setelah enam cupcake selesai dihias, kita boleh bawa pulang semuanya dengan box khusus dari Carlo's Cake Factory (Carlo's Bake Shop). Salah satu tutor yang ngajarin nulisin nama di box-nya supaya nggak ketuker sama yang lain.

Akhirnya nggak penasaran lagi gimana serunya menghias cupcake. Pengalaman pertamanya menyenangkan banget. Mana di luar negeri pula! Dah nggak bisa berhenti bersyukur aja kalo kayak gini. Gue jadi inget pengalaman pertama garden party gue juga pas di Ostrali. Ternyata orang luar negeri kalo pesta seru ya. Hahahaha

Setelah selesai di pabrik kue, kita naik bus lagi ke kawasan Hoboken, New Jersey. Kali ini tujuannya adalah toko kuenya. Namanya Carlo's Bake Shop. Popularitas toko kue ini sepertinya memang sudah luar biasa. Soalnya udah lebih dari seratus tahun nih dan juga udah terkenal lewat acara TV Cake Boss juga. Yang di Hoboken ini adalah yang original dari 100 tahun yang lalu. Otentik banget ya rasanya!

Lokasinya persis di depan balai kota gitu. Bangunan-bangunan di sekitar lokasi ini juga enak banget kalo buat foto terus di Instagram-in. Tapi sayangnya nggak sempat ke kawasan-kawasan sekitar karena harus fokus kerja. Akhirnya cuma masuk ke toko kue, liat-liat sebentar, foto-foto keramaian yang lagi antre, nyium aroma kue tanpa bisa mencicipinya (HIKS!) lalu keluar lagi dan siap kembali ke New York untuk ketemu sama Randi Fenoli.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on

*
Dari New Jersey ke New York gue baru berasa agak capek dan mengantuk. Gue berusaha untuk tidur sejenak di kursi bus tapi pemandangan di luar bener-bener sayang untuk dilewatkan. Ada kali gue tidur lima menit tapi terbangun ketika kita lagi lewat Grand Central Station. Gue lupa banget ada lokasi ini! Padahal sering denger di lagu Lady Gaga sama Beyonce. Ah yah, karena nggak sempat pun untuk mampir, akhirnya cuma motret dari bus aja ketika berenti karena macet. Next time deh ya.

Kalo next time itu ada.

Janjian sama Randi Fenoli di kantor Discovery Networks International di New York. Kantornya sih sebenarnya B aja. Tapi karena ini di pusat kota jadi nuansanya tetep enak banget gitu. Ala-ala kantor televisi sewajarnya lah. Buat yang nggak tahu Randi Fenoli (gue juga nggak tahu sebenarnya tapi sebelum liputan ini gue udah sempat nonton dan kenalan lewat Wikipedia), dia adalah salah satu fashion director di Kleinfeld Bridal. Acara yang dibawakannya itu 'Say Yes to the Dress'.

Randi orangnya menyenangkan dan baik hati. Ramah banget dan lucu. Nggak ragu-ragu buat bercanda dan cerewet. Walaupun usianya udah nggak muda lagi, tapi dia tetep ada aura awet muda. Senyumnya lebar banget dan setiap diajak ngobrol lemah gemulai menyenangkan. Kalo salaman sama dia, dia genggam tangan kita dengan dua tangan dan lama banget ditepok-tepok sambil bilang "So nice to meet you. Thank you. I know you already had very long flight," dan kayak gitu.

Dapat sambutan dari tuan rumah yang begitu ramah dan menyenangkan, ya apalah arti penerbangan berjam-jam dan rasa capek karena harus liputan dan kerja. Semuanya akan sangat dinikmati aja sih. Dan sepanjang sesi "kuliah umum" sama Randi Fenoli (dia menjelaskan beberapa gaun pengantin yang dibawanya dari Kleinfeld), gue cuma bisa diem dan ketawa aja denger dia cerita soal masa kecilnya.

Buat gue sosok Randi ini sangat inspiratif. Sebagai seorang laki-laki yang suka ngejahit dia ngejer mimpinya dari kampung petani lah istilahnya sampai ke New York dan akhirnya sukses. Meski sukses dia tetep aja ramah. Walaupun dia capek dan malam itu akan ngejer flight lagi, dia tetep berusaha buat jawab pertanyaan para jurnalis dengan ceria dan bersemangat. Merasa dihargai aja gitu. Seneng banget!

Hari itu belajar banyak banget deh dari seorang Randi Fenoli. Bagaimana dia berjuang buat mengejar mimpinya, keluar dari rumah karena ayahnya nggak ngebolehin dia jadi fashion desainer tapi kemudian dia berhasil sukses dengan usahanya sendiri, biayain kuliahnya sendiri sampai akhirnya dia berprestasi di kampus dan direkrut sama Kleinfeld buat jadi desainer dan sekarang jadi fashion director. Tapi dia masih ramah sama orang. Bener-bener deh. Salut!
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Setelah selesai wawancara dengan Randi, kerjaan kelar. Tapi tiba-tiba salah satu orang Discovery-nya ngabarin kalo bus yang seharusnya membawa kami ke hotel terjebak kemacetan. Pilihannya kalo mau pulang ke hotel tepat waktu adalah naik taksi atau subway.

Gue sama Mbak Laila berdiskusi sebentar. Gue mau naik subway soalnya naik taksi tentu saja nggak ada bedanya sama naik bus kan pasti macet juga. Naik subway kayaknya seru karena gue belom pernah jadi gue pengen aja. Setelah meyakinkan Mbak Laila dan diapun setuju untuk naik subway, akhirnya kita semua kembali ke hotel dengan subway.

YAY! PERTAMA KALI NAIK SUBWAAAAYYYY!!!

Lokasi stasiun subway-nya sendiri nggak terlalu jauh dari kantor Discovery. Yang bikin gue kagum sama subway di New York ini adalah, nggak ada bangunan stasiunnya yang keliatan jadi nggak mengganggu pemandangan kota yang indah itu. Dan pintu masuknya juga dibuat kecil banget langsung tangga menuju ke bawah tanah gitu. Bawah tanahnya bener-bener yang bawah tanaaaaaaaaaahhhhh kayak curam banget. Kalo banjir bandang mungkin semua terendam dan mati di bawah sana.

Tapi karena di baaawaaaaaaaaaaaaaaaaaaah tanah, udaranya jadi yah, seadanya aja. Nggak heran orang-orang di situ jalannya cepet-cepet. Soalnya kayaknya mereka juga nggak tahan pengen menghirup udara segar keluar dari sana hahahahaha

Kelompok kita sekitar delapan orang sore itu naik subway ke stasiun terdekat dengan hotel. Lucunya, enggak ada yang punya kartu subway, akhirnya beli yang buat sekali pake. Dan satu kartu digesek ternyata cuma buat empat orang doang dan nggak bisa lagi, akhirnya beli lagi satu buat empat orang lainnya. Dan semua itu dilakukan oleh orang Discovery-nya. Kita mah tinggal ngikut aja. HEHEHEHE SENENG! Walaupun sebenarnya penasaran ingin melakukannya sendiri.
*
*
Subway-nya ya nggak yang bagaimana-bagaimana ya. Biasa aja sih. Nggak jauh beda sama KRL juga. Tapi ada nuansa yang seru aja karena itu di Amerika gitu. Pengapnya sama aja. AC-nya kalo lagi dingin ya dingin. Gitu.

Sepanjang hidup gue nih, gue cuma pernah naik kereta-keretaan di tiga negara doang. Australia dulu, baru Indonesia (Jakarta) terus Singapura dan Amerika. Di Australia, KRL-nya enak banget dan nyaman. Di Indonesia gue pernah merasakan kereta ekonomi yang nggak ada pintunya itu sampai yang ekspress sampai yang akhirnya ekspress dan ekonomi dihapus. Nyaman sih, kalo kosong. Di Singapura juga gue pernah naik dan anehnya, kereta di Singapura lebih enak dari di New York ini. Muahahahahaha

Tapi naik subway di New York checked!
*
*
Sesampainya di hotel, gue sama Mbak Laila kepikiran buat jalan-jalan lagi. LET'S GO MBAK! Masih banyak sisi kota New York yang harus dijelajahi dalam waktu singkat nih. Akhirnya malam itu berbekal peta yang didapatkan dari hotel, kita pun berniat pergi ke Central Park.

Wih! Di Jakarta ada sih mall namanya Central Park dan katanya terinspirasi dari yang di New York. Kan jadi penasaran sama penampilan yang di New York-nya kayak gimana. Walaupun jaraknya cukup jauh dari hotel, kita berdua membulatkan tekad untuk berjalan kaki. Gue seneng deh sama Mbak Laila karena dia nggak pernah ngeluh sama jarak yang jauh atau semacemnya.

Gue sendiri emang orang yang suka banget jalan kaki. Mungkin juga sukanya karena masalah kebiasaan. Dari SD sampai SMA gue selalu jalan kaki ke sekolah. Ada masa-masa gue naik motor sih ke sekolah, tapi gue ngerasa kayak beban gitu karena ada satu temen gue yang selalu jalan kaki dari rumah ke sekolah dan kebetulan arah pulang kita searah. Dan masalahnya dia nggak pernah mau kalo gue anter pulang naik motor. Yaudah daripada repot jadi gue putuskan untuk jalan kaki sejak kelas dua SMA sampai lulus demi bisa bareng sama temen gue ini.

Namanya Hulpy, cewek, sekarang dia sudah nikah. HAHAHAHAHAHA ADUHHHHHHHHHHHH WHY.

Selama kuliah gue juga selalu jalan ke kampus. Jadi jalan bukanlah sebuah hal yang seharusnya dikeluhkan sih. Karena sekali lagi dengan berjalan kita bisa melihat banyak hal bahkan bisa menciptakan banyak monolog. LOLS

Perjalanan dari hotel ke Central Park sekitar 20 sampai 30 menit dengan kecepatan moderate. Gue berusaha mengimbangi kecepatan jalan Mbak Laila yang ternyata oke juga. Tapi masih sedikit lebih lambat daripada gue. Sepanjang perjalanan itu kita juga ngobrol dan gue kasih tahu ke dia kalo malam ini gue juga pengen mampir ke Rockefeller Center karena ada temen gue yang nitip mug dan cuma dijual di sana. Mbak Laila pun mengiyakan. Walaupun kita sama-sama nggak tahu arah dari Central Park ke Rockefeller itu kemana, tapi cukup berbekal peta saja sudah mendingan lah.

Waktu kita sampai di Central Park, gue agak shock. Karena ternyata lokasi ini sudah pernah gue lewati ketika gue datang dari bandara kemaren. Gue ingat ngeliat ada kereta-kereta kuda gitu sama banyak penjual bunga. Terus juga ada banyak yang seru kalo sore-sore. Ternyata malam di Central Park nggak terlalu asyik. Di bundaran yang ada tugu malaikat-malaikatnya sih banyak yang nongkrong. Tapi pas ke bagian tamannya ternyata gelap WAKWAKWAKWAKWAKWAKWA
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on

*
Gue baru sadar kalo Central Park ini kawasan konservasi yang emang mirip hutan. Ya pantesan gelap. Siapa yang mau malam-malam ke situ kecuali buat mesum kan.

Karena merasa tidak seru, jadilah kita langsung balik aja dan langsung ke Rockefeller Center. Sebelumnya Mbak Laila nawarin buat beli makan dulu. Yes, waktunya mencoba kedai makanan halal pinggir jalan yang kayaknya udah jadi salah satu makanan yang wajib dicoba di New York selain $1 pizza.

Kedai makanan halal ini sebenarnya sih sederhana aja. Kayak model foodtruck gitu dan mereka jual semacem nasi bersama salad dan daging-dagingan. Ada kambing sama ayam. Katanya sih spesial pake saos merah sama saos putih. Tapi gue nggak pake saos putih karena merasa tidak nyaman saja dengan warnanya (APA DEH). Terus akhirnya pesen deh itu nasi kebab yang ternyata bentuknya kayak nasi goreng sama sate ayam aja.

Rasanya biasa aja. Tapi kalo makannya pas lagi laper sih enak. Harganya juga cukup murah mungkin ya dibandingkan dengan kalo makan di restauran gitu. Range harganya mulai $5 sampai S7. Setelah beli, kita berdua jalan mencari arah ke Rockefeller. Pas ketemu, Alhamdulillah tokonya masih buka dan itu udah nyaris tutup karena jelang jam 9 malam. Gue masih bisa beli pesenan temen gue.

Setelah itu kita duduk-duduk di taman yang ada di sana dan makan. Porsinya ternyata guede banget. Gue sampai nyisa dan gue bawa ke hotel terus gue makan besok paginya masih enak wakwakwakwakwa.

Rockefeller Center bagus banget kalo malem. Banyak bendera-bendera dari berbagai negara gitu. Terus juga ada taman dan lampu-lampu yang seru aja buat diperhatikan. Sekali lagi karena gue lagi jalan sama mbak Laila yang kayaknya enggak terlalu fancy ke foto-foto, jadilah gue cuma foto pemandangan doang :")
*
*
Sekitar jam setengah sepuluh kita jalan pulang ke hotel dengan melewati jalan yang berbeda lagi kali ini. Selain Starbucks dan McDonald, ternyata di New York juga banyak kios-kios video porno yah. Baru sadar pas balik dari Rockefeller Center itu wkwkwkwkwkw

Malam itu rasanya capek banget dan pengen cepet tidur. Besok hari terakhir dan masih ada satu perjalanan lagi di subuh hari sebelum pulang ke Jakarta.
*

KaosKakiBau ke New York [Part 7 - Habis]: It's Time To Say Goodbye!

$
0
0
Gue bukan tipikal orang yang suka nonton drama atau film yang happy ending. Kadang-kadang menurut gue, film yang happy ending itu klise. Dibuat seolah-olah dunia ini hanya berisi kebahagiaan. Dibuat seolah-olah semuanya akan baik-baik saja. Bagus sih, punya pola pikir seperti itu. Positif dan selalu menyenangkan. Tapi kadang-kadang ini jadi nggak realistis ketika akhirnya kita menjalani sendiri kehidupan dan merasakan berbagai macam penolakan dan kekecewaan. Walau sekecil apapun.

Gue suka nulis cerpen dan beberapa kali nulis fanfiction juga sejak kenal KPop (sila cek di sini). Menentukan ending bisa jadi adalah yang paling sulit buat gue. Mungkin gue emang masih amatir, tapi gue denger-denger bahkan penulis besar pun katanya agak sulit menentukan bagaimana ia harus mengakhiri kisah yang sudah dia bangun dengan penuh kasih sayang itu.

Maka sulit juga buat gue untuk mengakhiri cerita perjalanan ke New York ini, walaupun perjalanannya harus berakhir juga bagaimanapun. Kecuali gue tiba-tiba diadopsi sama orangtua kaya raya di New York dan diajak pindah kewarganegaraan dan disekolahkan dan bla bla bla bla.... yang akhirnya nggak mungkin kejadian.

Walaupun di beberapa kondisi gue sebenarnya lebih suka ending yang menggantung, tragis, atau mungkin open ending, tapi untuk kehidupan nyata ini, gue tentu ingin ending yang bahagia dari perjalanan gue di New York. Yah... mau nggak mau hukum alam itu terjadi. Semua yang berawal pasti akan berakhir.

Mari berbahagia!!!!

Gue bertekad untuk mengakhiri jam-jam terakhir gue di New York sebisa mungkin membahagiakan dan mengesankan. Kecuali bagian masuk toko oleh-oleh mungkin. Karena itu nggak akan gue ceritakan panjang lebar di tulisan ini, gue hanya bisa menyimpulkan bahwa membeli oleh-oleh adalah hal paling membosankan, membingungkan, menyebalkan, dan semua kata-kata negatif bisa ditulis di sini.

Hari terakhir di New York rasanya sangat aneh. Badan gue bener-bener kecapekan setelah perjalanan ke Central Park malam harinya. Mungkin ini juga karena efek kurang tidur yang sudah sangat berlebihan sejak berangkat dari Doha. Mungkin ini yang dinamakan jet lag tapi gue nggak menyadarinya. Tapi gue meyakinkan setiap sel tubuh gue agar jangan tumbang dulu. Karena masih ada sekitar 20 jam yang masih bisa dinikmati sebelum kembali ke Doha dan terbang lagi ke Jakarta.

Gue tidur cukup cepat malam itu. Padahal keinginan gue untuk begadang dan mem-posting foto-foto yang gue potret di Instagram sangat besar. Tapi karena takut dibilang spamming jadi gue simpan saja untuk di-posting late post selama sebulan ke depan (DAN ITUPUN TERJADI). Sekitar jam sebelas malam gue tidur. Pulas. Tapi sebentar banget. Gue terbangun sekitar pukul dua atau tiga pagi karena ingat gue belum setor kerjaan ke kantor.

Akhirnya gue menghabiskan sekitar satu setengah sampai dua jam di depan laptop sebangunnya gue malam itu. Mengingat-ingat lagi apa yang terjadi sepanjang hari kemarin selama kunjungan di Carlo's Cake Factory, Carlo's Bake Shop, dan juga ketika wawancara langsung sama Randy Fenoli. Ada sekitar 15 artikel panjang yang harus di buat dari perjalanan 3 hari 2 malam ini. Beruntung tidak semuanya harus diselesaikan malam itu tapi bisa dicicil sampai November. Jadi gue masih bisa agak bersantai.

Setelah selesai ngetik dan mengirim email (SET SET SET WIFI HOTEL SUPERCEPET MAU NANGIS YA ALLAH), gue buru-buru mandi dan sembahyang subuh ketika sudah masuk waktunya. Karena Selasa (29/9/2015) itu adalah hari terakhir di New York yang penuh kebahagiaan ini, maka gue bertekad akan menghabiskannya dengan sebaik-baiknya. Setepar-teparnya. Sampai teler kalau bisa.

Gue masih penasaran dengan Central Park sebenarnya. Jadi hari itu, tujuan utama gue adalah Central Park. Kerjaan di hari terakhir dimulai sekitar jam setengah 10 pagi. Itu berarti dari jam enam gue punya sekitar tiga jam untuk mengarungi jalan dari hotel ke Central Park dan kembali lagi ke hotel. Karena siangnya akan wawancara Theresa Caputo di kawasan Broadway, jadi gue pikir itu sudah terhitung jalan-jalan. Senengnya lagi, hari itu kerjaan akan selesai jam 1 siang. Means, masih bisa jalan-jalan sekitaran kota.

"Oke, hari ini pokoknya gue mau random!" kata gue. Ketika mandi gue udah kebayang akan sarapan di McDonald (oke maafin gue tapi kemanapun gue pergi kayaknya gue mentok di fast food kesukaan gue ini) dan setelah itu membawa kopi berjalan dari McDonald sampai ke Central Park. Setelah itu, biar Tuhan yang menentukan. Pas mandi gue juga inget kalau ternyata gue belum sikat gigi dari gue mendarat di New York sampai hari ini.
*
*

Jorok? Iya makasih. Gue memang jorok. I take that as a compliment.

HUEK.

Jujur aja gue sebenarnya udah kepikiran buat bawa sikat gigi sama odol dari kosan. Tapi gue pikir, "Ah, ini kan hotel di New York, masa mereka nggak prepare sikat gigi sama odol sih? Orang pas di Singapur aja lengkap kok!"

Ternyata memang nggak ada.

Ketika malam pertama di sana gue udah kepikiran buat mampir ke toko kelontong buat beli tapi gue lupa saking excited-nya sama Broadway. Alhasil pagi itu gue sempat-sempatkan mampir ke toko kelontong yang nggak jauh dari hotel gue buat beli sikat gigi, odol dan juga air mineral buat jaga-jaga kalau-kalau gue kehausan sepanjang jalan ke Central Park. Tadinya mau bawa air dari hotel tapi karena botolnya udah dipake buat cebok, jadi......

Ya begitulah.

Bersyukur pagi itu udah ada toko yang buka. Beberapa mungkin memang stay awake for 24 hours. Gue minta sikat gigi sama odol. Dia ngasih odol yang jumbo, gue minta yang agak kecil. Seneng banget liat sikat gigi mereknya Close Up di Indonesia nggak ada soalnya. Kalau odol di luar negeri biasanya Coolgate ya. Pas di Ostrali juga gitu. Sama air mineral totalnya jadi sekitar $7,5. Mau nangis kenapa beli sikat gigi aja lebih dari Rp 100 ribu.

Jalanan pagi di New York hari ini masih sama dari hari kemarin ketika gue ke Madison Square Garden. Bedanya, kalau kemaren gue ke bagian barat New York yang angka jalannya lebih besar dari lokasi gue (gue di 48 St), sekarang gue jalan ke bagian barat yang angka jalannya lebih kecil. Central Park itu sekitar 57 St sampe 60 St sekian kalo nggak salah. Ini males banget buka Google Map buat mastiin.

Toko-toko baju di kawasan Broadway masih terang benderang. Gue pikir mereka buka 24 jam taunya engga. Pas gue mau masuk gue diusir.

"YA MAS LO PIKIR AJA MASA ADA ORANG SHOPPING JAM ENAM SUBUH?! WHERE IS YOUR BRAIN?!?!" kata mas-mas yang jaga.

Atau itu hanyalah di imajinasi gue belaka.

Ya dan pagi itu gue langsung nyebrang ke McDonald terdekat yang gue temukan. Lagi-lagi di sana gue menerima penolakan. Sedih... Salah satu hal yang harus dihapuskan dari dunia ini adalah penolakan. TOLONGLAH HARGAI USAHA KAMI.

"I want chicken burger please," kata gue dengan ramah.

"No chicken burger,"

"Sorry?"

"We're not serving chicken burger,"

"Bu---aaaah, so I just can order the breakfast menu?"

"Yes."

"Yaudah deh kalo gitu paket yang ada pancake sama kopi aja ya."

That's how my morning started.

Setelah pesanan di tangan (PLASTIKNYA GEDE BANGET! DIA PIKIR GUE HAGRID KALI) gue ke atas buat makan di atas karena di bawah kayak nggak kondusif gitu karena sedang dibersihkan. Oke, pemandangan di atas ternyata juga nggak ada bedanya. Sama-sama agak berantakan karena kebanyakan kursi masih terbalik. Sementara ada beberapa orang yang kayaknya nginep di situ dan terlihat teler.

Menjauhi hal-hal negatif, gue menyelamatkan tas selempang HBO yang gue dapatkan dari liputan di Singapura beberapa bulan lalu dan menaruhnya di depan dada. Gue cari duduk yang agak mojok dan menikmati potongan demi potongan pancake McDonald yang sama sekali tidak mengenyangkan itu.

Gue makan cepet banget by the way. Nggak sampai 10 menit, dua pancake itu abis. Sementara kopinya masih panas dan itu berarti gue harus menikmatinya sepanjang jalan ke Central Park.

Keluar dari McDonald, gue sebenarnya nggak tahu harus ke mana. Tapi, yang gue tahu adalah bahwa Central Park itu ada sekitar sembilan belas St berbeda dari hotel gue. Ya itu sekitar setengah jam lah jalan kaki.

"Pokoknya Ron lo sampe aja di 59 St atau 60 St. Kalo udah sampe sana yaudah itu Central Park deket-deket situ," kata gue bermonolog. Ya sepanjang pagi itu gue hanya bisa ngobrol sama diri gue sendiri doang.

Gue jalan lurus dari McDonald dan belok kiri, kanan, lurus lagi dan itu bener-bener random aja nggak ada sama sekali yang direncanakan. Karena gue sudah punya keyakinan kalau gue nggak akan kesasar di situ jadi selama nggak ada penjahat kayak di film-film superhero yang nyulik gue maka gue akan selamat sampai tujuan. Dan yang menarik perhatian gue pertama kali ketika gue sampai di belokan nggak lama setelah gue jalan dari McDonald adalah sebuah bangunan gereja.
*
*

Gue sangat suka arsitektur klasik dan gereja ini mengingatkan gue kayak Hogwarts. Gue langsung foto dari ujung jalan. Gue liat pintunya terbuka lebar dan di dalam lampu-lampu nyala. Wah ini ada yang mau nikahan apa gimana. Subuh-subuh bener. Kata gue dalam hati.

Ketika gue jalan di belokan yang lain, nggak jauh dari sana gue nemu gereja lain yang juga pintunya terbuka lebar. Sampai ketika gue melihat barisan polisi sedang nungguin di ujung jalan dan mengalihkan jalan pagi itu barulah gue sadar kalau mungkin pagi-pagi itu ada jadwal kebaktian atau semacamnya. Karena ketika gue lewat gereja ketiga, sama juga, lampu-lampunya nyala, banyak lilin dan juga orang-orang masuk satu per satu ke sana.

Hari itu sama sekali nggak dingin ternyata. Beda banget sama ketika pertama kali sampai dan pas gue jalan-jalan pagi kemaren. Justru hari ini terasa lebih hangat. NO. PANAS! Sekitar lima belas menit berjalan gue udah keringetan banget mana gue keluar pake baju hangat lagi. BETEK. Gue bisa merasakan punggung gue basah karena keringat dan lengan gue udah nggak nyaman karena sweater lengan panjang yang gue pake hari itu. Tapi ya mau bagaimana lagi. Perjalanan harus diteruskan.

Gue berbelok lagi di jalan yang berbeda dan tiba-tiba aja gue menemukan store brand-brand mahal kayak Prada, Gucci dan semacamnya. Bener-bener feelnya beda banget. Bahkan dari kejauhan pun, toko-toko ini terlihat sangat menarik perhatian dan turis alay seperti gue pun sangat senang melihatnya.
*
*
Gue jalan lagi, lurus terus belok lagi dan kemudian gue ngakak ketika tanpa sengaja gue sampai di depan store Tiffany & Co.

"WAKAKAKAKAKA BREAKFAST AT TIFFANY'S!" kata gue. Padahal gue sendiri nggak ngerti apa yang dimaksud dalam film itu adalah Tiffany toko perhiasan ini atau Tiffany yang lain. Atau mungkin maksudnya malah sarapan di rumah Tiffany 'SNSD'.

Nggak lucu.

Setelah melakukan proof shot di sana (yang di shot kopi McDonald-nya karena pergi sendiri jadi nggak mungkin selfie dan nggak akan terlihat artistik jadi gue nggak mengharuskan diri selfie)

(KENAPA HARUS BANGET ARTISTIK SIH)

(soalnya orientasinya udah harus buat Instagram banget)

(padahal mana ada postingan Instagram gue yang artistik)
*
*
Perjalanan pun dilanjutkan dan seharusnya itu sudah nggak jauh dari Central Park karena gue sudah jalan sekitar dua puluh menit. Mungkin hanya tinggal beberapa blok lagi.

Berjalan di antara gedung-gedung tinggi di pagi hari di sisi lain kota New York masih bikin merinding. Apalagi pas gue berdiri buat foto awan kemerahan yang memberikan sinyal matahari akan terbit, ada suara kicauan burung. MASIH ADA SUARA BURUNG! Seneng banget! Tiba-tiba kebayang burungnya banyak kayak di film 'Enchanted' terus ngebantu Cinderella nyuci seprai.

Burung apa asisten rumah tangga.

Dan bener aja. Nggak berapa jauh dari situ, gue akhirnya sampai di kawasan Central Park. Sebelum nyebrang ke sana, gue memilih untuk duduk di undakan di dekat kayak taman di depan store Cartier. Gue tiba-tiba inget aja sama salah satu adegan film 'Kal Ho Na Hoo' yang juga lokasinya sering banget di Central Park.

Gue duduk merhatiin sekitar.

Di sebelah kanan ada homeless yang lagi makan roti buat sarapan dan duduk di bangku taman. Di sebelah kiri ada eksekutif berjas dan bawa tas koper kayak di film-film siap berangkat kerja. Di kanan agak ke ujung ada bangunan yang ada logo Apple-nya. Nikmat sekali pemandangan khas New York pagi ini. Gue menghabiskan kopi gue buru-buru karena rasanya udah nggak enak dan buru-buru juga buang ke tempat sampah dan nyebrang ke Central Park.
*
*
Taman di tengah kota ini luas banget. Mungkin kalau dua jam keliling nggak kelar kali. Jadi gue pagi itu hanya mengarungi sebagian kecil saja dari tamannya. Sebenarnya pengen masuk ke agak pelosok-pelosoknya tapi gue takut kesasar dan nggak bisa balik. Gue masih mau liputan siang ini jadi nggak bisa terlalu menyusahkan diri dengan kesasar.

Akhirnya gue menjadikan gedung tertinggi terdekat dari gue sebagai patokan. Kalau gue masih bisa lihat gedung itu berarti gue masih dekat dengan kota. Walaupun akhirnya gue nggak bisa menemukan pintu masuk yang gue lalui tapi keluar lewat pintu lain karena kesasar juga.

Baru sampai di sana gue sudah disambut oleh dua orang yang lagi pacaran. Sambil olahraga. Seru aja ngeliatin orang pacaran. Sementara gue pagi itu pacarannya sama kamera digital.

Gue juga disambut sama Chipmunk! ALVIN!!!! Hahaha untuk pertama kalinya gue ngeliat Chipmunk in real life dan ternyata ukurannya memang besar ya! Kayak kucing yang suka keliaran di kampung-kampung. Dan geraknya cepat banget. Jadi pas gue mau foto kaburnya juga cepet. Beruntung gue sempat mendapatkan beberapa fotonya pas dia lagi nyari makan. Dan beneran aja loh kayak di film kartun Chip & Dale, bentuk kacangnya juga identik kayak gitu. Lucu!!!!
*
*
Jalan lagi gue ketemu sama kubangan air atau apa sih ini sebenarnya danau ya. Terus ada jembatannya gitu romantis banget soalnya ada tumbuhan menjalarnya. Romantis buat gue ya kayak gitu deh. Jembatan sama tumbuhan menjalar. Di bawahnya dan di sekitarnya banyak bebek-bebek yang mukanya antagonis banget. Beberapa di antaranya adalah yang kayak di kartun Tom & Jerry yang bisa terbang ke Selatan setiap musim dingin itu. Banyak di antara mereka juga adalah bebek buruk rupa yang warna bulunya coklat jelek. Tapi tetep lucu walaupun mukanya antagonis.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Ada bebek maka ada tahi bebek. Daerah itu juga bau banget kayak kandang burung. Walaupun nggak sampai bikin mati dan harus dikasih napas buatan sih. Nggak lama di situ, gue pun kembali berjalan-jalan.

Ada banyak sekali pilihan jalan setapak di sana. Gue biasanya akan mengambil jalan yang kanan. Tapi karena gue tahu kalo semakin ke kanan gue semakin masuk ke dalam rimba, jadi gue ambil yang kiri aja supaya gue semakin dekat dengan kota.

Nggak heran sih kenapa orang-orang ke situ setiap pagi karena emang udaranya seger buat jalan-jalan dan olahraga. Anjing-anjing peliharaan orang juga seneng banget lari-larian di sana. Pohon-pohonnya juga terlihat sangat enak buat tidur-tidurdan di bawahnya lalu bermimpi bertemu dengan seekor kelinci yang bisa berbicara dan masuk ke dunia antah-berantah. Juga pas untuk berbaring bergaya pin-up girl, mengangkat sebelah kaki yang dilapisi stocking jaring-jaring kayak Zeze versi IU.

Lalu dikira paedofil.

Kalau aroma kota dipenuhi dengan campuran asap knalpot, sedikit kopi dan pizza, aroma Central Park mungkin gabungan antara wangi angin padang rumput di sore hari sampaikan salam gembira. ~~~Hal yang menyenangkan hati banyak sekali bahkan kalau kita bermimpi~~~ Aroma tanah yang basah, dedaunan, rumput, keringet bule-bule yang gue nggak kenal, kotoran anjing dan juga bau tai burung tercium di beberapa lokasi. Tapi di beberapa lokasi lainnya tetap aroma pagi yang segar.

Karena gue jalan-jalan sendiri, jadi gue gampang mati gaya. Karena nggak bisa foto-foto dengan gaya-gaya alay tetapi terlihat kekinian seperti berbaring di rumput dengan shot dari atas lalu di-posting terbalik di Instagram misalnya, akhirnya gue hanya selfie beberapa kali dan mencari jalan pulang. Walaupun jujur aja itu beneran sempat kesasar karena kok ngikutin arah gedung tinggi malah kayaknya nggak sampe-sampe. Tapi karena kesasar jadi ngeliat banyak hal juga.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul delapan ketika gue meninggalkan Central Park dan melambaikan tangan kepada merpati-merpati yang nangkring di atas lampu jalan. Gak tahu kapan lagi bisa ke sini dan bisa merasakan kenikmatan dunia walaupun hanya sebagian kecil dari nikmat yang sudah Tuhan berikan selama 24 tahun terakhir. Gue menyempatkan diri untuk mampir ke Starbucks pagi itu buat beli kado untuk temen gue yang ulang tahun dan beli titipan tumblr buat temen gue yang anak Starbucks banget.

Gue memilih jalan kembali yang berbeda dari jalan berangkat tadi walaupun sebenarnya gue pun nggak inget tadi gue berangkat lewat jalan mana. Langit New York di pagi hari bener-bener juara. BIRU CERAH DENGAN SENTUHAN SEDIKIT AWAN BERARAK MENYENANGKAN! Gedung-gedungnya jadi semakin membuat tersenyum dan bahagia ketika tertimpa cahaya matahari pagi. Karena matahari juga belum terlalu tinggi, gue juga jalan jadi nggak panas karena terlindung gedung-gedung tinggi yang ada di sana. Mungkin itu juga salah satu yang bikin New York enak buat jalan-jalan pagi ya. Terpaan mataharinya nggak ekstrem.

Gue bahagia banget setiap pengkolan dan lampu merah gue foto karena bener-bener warna yang dihasilkan mantap banget! Gue jadi ingat teori kamera yang gue dapatkan di kampus. "Gambar terbaik akan bisa dihasilkan setelah matahari terbit sampai di bawah jam 10 karena matahari masih bersahabat." Gue udah lulus kuliah hampir tiga tahun dan baru kali ini benar-benar mengerti maksudnya.

Seeing is believing kalo kata Casper.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Gue memutuskan untuk lewat Broadway lagi sepulangnya dan mampir ke Times Square. OMG! TERNYATA TIMES SQUARE PAGI-PAGI ITU LEBIH MENYENANGKAN KETIMBANG MALAM HARI! Lebih sedikit orang dan bisa selfie-selfie alay dengan bahagia banget! Sayangnya pas gue dateng, lokasi tangga-tangga yang semalem rame banget itu lagi ditutup karena sedang dibersihkan. Bahkan lantai di Times Square masih basah ketika gue sampai di sana karena baru abis disiram dan dibersihkan.

Nyaman banget ya kota ini!

Gue duduk di undakan yang ada di sana dan memperhatikan pemandangan yang semalam bikin gue merinding. Masya Allah. Bahkan di pagi haripun lokasi ini bener-bener bikin gemeteran! Billboard-billboard digital raksasa yang memasang iklan di sana bener-bener khas banget dan memorable. Bahkan gue masih inget salah satu billboard itu memajang foto Emma Roberts, salah satu aktris kesukaan gue, dalam balutan bra dan celana dalam. MUAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHA

Udara pagi itu makin hangat dan hangat. Gue makin keringetan. Baju gue makin basah. Ini gue nggak yakin akan pake itu baju sampe siang (walaupun akhirnya gue pake juga karena barang-barang gue udah masuk koper semua untuk pulang malam ini).

ASTAGA! GUE LUPA KALO GUE BELUM PACKING BENER-BENER!

Akhirnya setelah beberapa jepret foto di sana gue buru-buru jalan ke hotel dengan menyempatkan diri foto-foto di setiap pengkolan gang yang gue lewati. Gue sampai di hotel sekitar setengah sembilan pagi dan masih ada sekitar satu jam buat packing dan leha-leha sebelum jalan lagi ke Broadway buat wawancara.

Barang-barang gue sudah harus rapi karena gue udah harus langsung check out pagi itu. Siang masih bisa ke hotel buat ambil barang yang dititip sambil nunggu jemputan mobil buat ke bandara sekitar jam 7 malam. Karena terburu-buru, gue pun nggak sempat memikirkan alternatif tetapi ikut apa yang disarankan oleh Gayle.
*
*
Jadilah siang itu setelah wawancara di restauran di Broadway, gue akan jalan-jalan untuk terakhir kalinya kemudian balik ke hotel dan nunggu jemputan.

Tapi gue inget satu hal. Ketika gue nyari jadwal solat di internet dua malam yang lalu, gue menemukan satu masjid yang nyelip di antara gedung-gedung tinggi yang nggak jauh dari Broadway. Nggak jauh kalo dari peta. Cuma enam atau tujuh blok. Lokasinya di 55 St di bagian Timur, sementara gue lagi ada di Times Square 48 St dan di sebelah Barat.

"Nggak jauh sih ini mbak. Apa kita mau ke sana aja? Jamak sholat baru deh cari oleh-oleh?" kata gue ke mbak Laila.

Gue seneng karena Mbak Laila orangnya baik banget dan ayo aja gitu jadi ketika gue suggest untuk ke masjid dia nggak nolak sama sekali.

"Yaudah ayo kita sholat di sana aja."

"Tapi ya nggak tahu sih ini jauhnya sebagaimana. Gimana?"

"Nggak apa-apa."

Oke. Jadi setelah kita ngobrol-ngobrol sama Theresa Caputo untuk kerjaan, kita berduapun pamit duluan untuk ke masjid dan sholat.

Pamit....

Gue lupa kalau ternyata siang itu adalah momen terakhir ketemu sama semua jurnalis yang ada di sana. Lah kenapa gue tiba-tiba aja baper banget! Walaupun gue nggak secara personal kenalan sama masing-masing mereka, tapi mereka datang ke New York dari negara sendiri dan kemudian sekedar say hi doang aja bikin gue ngerasa diterima banget di dunia ini.

Halah.

Masing-masing jurnalis yang ada di sana gue salamin satu-satu. "See you again guys, sometimes maybe," kata gue.

Terus salah satu jurnalis dari Polandia nanya, pesawat gue jam berapa. "Malam ini jam tujuh."

"Oh my God. You must be so tired. How long it takes to Indonesia once again?"

"Almost 24 hours."

"HEOL." jawabnya.


Lalu kita salaman dan kemudian berpisah. Gue baper. Gue pengen lama-lama di situ. Tapi gue nggak bisa. Gue harus sholat zuhur dan berpisah. Dengan langkah gontai dan hati berdebar, dengan posisi tangan kanan memegang dada kiri dan kepala agak pusing karena tadi cuma makan siang dengan makanan vegetarian padahal gue karnovira sejati, gue keluar dari restauran basement itu dan mengarungi sisi lain lagi dari kota New York menuju ke masjid.

Kita keluar restauran di waktu yang pas. Sekitar jam dua belas. Zuhur harusnya setengah satu atau hampir jam satu. Berarti estimasi gue ketika kita sudah sampai di masjid nanti, udah adzan. Sementara itu gue sama mbak Laila sama sekali nggak tahu persisnya posisi masjidnya di mana. Kita cuma punya peta yang di-capture dari hape-nya Gayle karena gue nggak punya internet dan itu jadi pedoman kita.

Rutenya sih gampang. Dari lokasi kita makan, belok kiri, terus belok kanan dan lurus aja sampai ketemu masjidnya. Tapi "lurus aja"-nya ini yang nggak tahu sepanjang apa. Karena itu tadi, kita nggak tahu apakah itu masjid berbentuk masjid beneran, atau gimana.

Kita sempat bingung ketika merasa sudah melewati blok yang sesuai dengan peta tapi enggak menemukan masjidnya. Sepanjang jalan itu malah kantor, toko baju, tempat makan, kantor, kantor, gedung yang lagi diperbaiki, dan.....

"EH?"

"Kenapa?"

"Itu mbak masjidnya!" kata gue cerita banget sambil nunjuk sebuah bangunan yang terlihat seperti kubah masjid.

"OH?"

Sebentar.

Awalnya gue pikir masjid di New York nggak akan seterbuka ini. SUBHANALLAH?

"Wah berarti keren banget ya ada masjid tapi mencolok gitu?"

Mbak Laila nggak komentar dan kita terus aja jalan dan menjadikan kubah masjid berwarna emas itu sebagai patokan. Alhamdulillah sudah dekat nih! Bisa solat zuhur sekaligus istirahat sejenak. Bisa cuci muka dan selonjoran juga buat sebentar aja.

Kita jalan dan jalan dan jalan dan ketika sudah dua bangunan dari lokasi berkubah itu, kita belok dan.....

"Hehe," gue ketawa malu.

"Hehe," mbak Laila ketawa malu.

Ternyata itu bukan masjid tapi Jewish Church gitu.

Dari jauh beneran kayak masjid.

Sedih.

"Yaudah mbak kita tanya aja sama yang punya halal food deket-deket sini?"

"Oh iya bener," kata mbak Laila.

Kita akhirnya jalan lagi beberapa blok dan nemu pedagang Halal Food pinggir jalan yang pake peci dan keliatannya orang Pakistan atau mana gitu deh.

"Mas, punten, ini masjid terdekat di sebelah mana deh?"

"Oh lurus aja, nomor segini segini di sebelah kanan," katanya. Gue lupa nomor berapa tapi empat ratusan.

"Oh oke mas makasih ya,"

Dan kali ini kita berhasil menemukannya. Dan ternyata di luar ekspektasi.

Ketika Jewish Church bisa semegah itu, masjid yang ditunjukkan oleh pemilik Halal Food tadi ternyata bener-bener gedung yang nyempil di antara gedung-gedung tinggi lainnya. Di lantai satu gedung itu ada toko kelontong dan lokasi sholatnya ada di lantai dua. Sementara wudhu-nya ada di lantai basement. Tempat sholat cewek ada di lantai tiga jadi gue sama mbak Laila misah.

Cuma sebelum kita masuk, ternyata itu masih belum waktu zuhur. Di depan pintu hijau gedung itu yang sama sekali nggak ada indikasi kalau itu masjid, ada tulisan dari kertas yang udah sobek-sobek kalau masjid akan dibuka setiap hari pukul 12:30 PM dan waktu-waktu solat lainnya. Di depannya ada satu orang kulit hitam (maaf) yang jaga dan tinggi banget. Ada perasaan khawatir buat masuk tapi karena mau sholat yaudah masa iya takut gitu.

Pas masuk ternyata gelap banget karena emang belum dibuka dan jam sholat belum ada. Gue wudhu di lantai basement turun tangga dari lantai dua dan itu cukup PR banget. Ternyata ada lift dan gue nggak tahu LOL Pas liat tempat wudhunya, ternyata kotor dan jorok. Sekelas WC umum di mall-mall murahan. Ngenes yah.

Tempat sholatnya juga nggak lebih bagus dari masjid di Mall Kota Kasablanka atau di Pejaten Village. Kalau mau dibandingkan sama mushola karyawan di lantai 3A di Mall Taman Anggrek, nah kayak gitu deh kira-kira.

Ternyata, jadi minoritas itu enggak enak ya. Makanya haruslah kita menghormati mereka yang minoritas karena ketika kita jadi minoritas pasti juga tertekan.

Tapi siang itu yang sholat lumayan banyak. Dari bapak-bapak sampai mas-mas ada. Dari yang pake baju biasa sampe yang pake kemeja eksekutif ada. Dari yang kulit hitam sampai yang kulit putih bukan bertampang timur tengah tapi Amerika asli ada. Dari yang buncit sampai perutnya rata juga ada. Seneng. Walaupun minoritas, tapi ada temen.

Sekitar setengah jam gue di situ dan sempat bingung apakah gue harus solat berjamaah atau nggak karena gue harus jamak-qasar mengingat gue akan melakukan perjalanan panjang malam ini. Sempat bingung juga karena ternyata pas gue udah sholat, adzan belum berkumandang. Akhirnya gue sholat dua kali. HAHAHAHAHAHAHAHA

Ya... setidaknya hari terakhir di New York dijalani dengan sebaik-baiknya dan seteguh-teguhnya iman. WKWKWKWKWKWKWKWWKKW
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Sisa dari perjalanan siang itu adalah memasuki toko demi toko souvenir. Dan empat jam gue habiskan cuma buat milih-milih barang yang pada akhirnya nggak jadi gue beli karena mahal banget. LITERALLY MAHAL BANGET!!!!!!! Keluar dari toko gue puyeng dan sempat bingung harus balik ke mana. Sementara kaki gue rasanya udah kayak dipukul-pukul palu sekarang. Sakitnya baru berasa sekarang.

DAMN THIS INSOLES! WAKAKAKAKAKAKKA

Gue baru sadar kalo diakumulasi, dari pagi mungkin gue udah jalan kaki sekitar enam sampai tujuh jam. Nggak heran ketika gue sampai di hotel dan pasrah nunggu jemputan, kaki gue udah kemeng banget nggak karuan. Sakit. Banget. Dan ngantuk.

Ketika gue sedang duduk di lobby nunggu jemputan, gue ketemu lagi sama jurnalis dari Polandia yang tadi udah pamitan di restauran. Ternyata dia juga balik hari ini dan jemputannya udah dateng. Kita sempat tuker-tukeran kartu nama dan ketika dia pamit, dua langsung meluk gue yang badannya setengah badan dia yang menjulang. Dia agak membungkuk gitu dan, "See you again mate,"

Ya gue kaget karena ternyata orang Polandia kalo pamit harus pelukan ternyata (pantesan tadi pas di restauran dia peluk beberapa orang), dan karena gue hanya terbiasa dengan salaman dan senyum, gue jadi cuma nepok-nepok punggungnya aja.

"Safe flight and keep in touch ya!"kata gue.

Padahal namanya aja gue nggak inget karena ejaannya susah dibaca pas gue liat kartu namanya.

KEEP IN TOUCH KEPALAMU KEPENTOK GIGI CHANYEOL!

Sekitar jam setengah tujuh malam, mobil jemputan gue buat ke JFK pun datang. Perasaan gue campur aduk. Gue nggak mau meninggalkan hotel ini. Gue nggak mau pulang. Gue mau lebih lama lagi di New York. GUE MAU IKUT MBAK LAILA KE BROOKLYN KARENA DIA EXTEND SEMENTARA GUE GAK ADA UANG BUAT EXTEND. Gue mau tetep ada di sini dan jalan-jalan lagi. GAK MAU PULANG YA ALLAH.

Tapi pas gue inget kalo gue masih harus bayar cicilan kulkas ke Dito, gue pun meneguhkan hati bahwa gue harus kembali ke Jakarta.

Gue laper. Perjalanan ke JFK nggak tahu berapa lama dan gue bener-bener capek. Sampai-sampai gue ketiduran di mobil dan nyuekin sopir yang ngejemput gue tanpa sempat kenalan sama sekali.

Mata gue berair karena ngantuk ketika gue turun mobil dan berjalan ke loket check in. Entahlah.... kapan gue bisa datang ke sini lagi? Bahkan nabung selama dua sampai lima tahun mungkin nggak akan bisa membawa gue kembali ke sini kecuali gratisan. Apalah gue hanya seonggok perantau yang harus bayar kosan setiap bulannya dan cicilan kulkas yang belum lunas. Jangan mimpi buat ke New York kalau pake uang sendiri.

BUT DREAMS DO COME TRUE~~~!!!!

Jadi sebaiknya bermimpi untuk mendapat gratisan lagi aja kalau begitu.

AMIN.

Dan yah... setidak ingin apapun gue perjalanan ini berakhir, tetapi memang harus berakhir. Tapi sesuatu yang berakhir bukan berarti berhenti, tetapi sesuatu yang berakhir berarti awal yang baru untuk yang akan datang. Awal yang baru untuk mimpi yang baru. Awal yang baru untuk sebuah rencana baru.

Di lounge di JFK gue pun makan-makan lagi. Mengulang perjalanan berangkat waktu itu. Sampai Doha gue juga makan-makan lagi dan kali ini makan berat! LOLS Dan di pesawat pun gue makan-makan lagi. Alhamdulillah gizi tercukupi yah. Bahkan sampai sempat salah minum wine pesenan orang di sebelah gue pas di pesawat menuju Doha. LOLOLOLOL
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*

Next journey: SOUTH KOREA!

SEE YOU SOON, DOYOUNG-NIM!!!!!!!!!!!
*

[jangan lupa juga nih add LINE@ KaosKakiBau buat rame-ramein aja hihihi @ecd6150l (di search pake @ jangan lupa)]

Ada Apa di Press Conference Infinite di Jakarta? (2013 Versus 2015)

$
0
0
Hey there! Hehe... jadi bingung mau manggil apa ke kalian yang sudah setia membaca blog ini dengan tulisan-tulisan absurd-nya. Apakah ini artinya aku harus mencari sebutan untuk pembaca blog ini?

(Gak usah banyak gaya deh).

This post is not gonna be that typical very long post that I always made on this blog. Tapi ini hanya sekedar curhatan pendek yang akan gue tulis soal pengalaman gue masuk ke ruang jumpa pers dua konser Infinite di Jakarta di tahun 2013 dan 2015.

Gue nulis ini dari sudut pandang diri gue sebagai seorang fans tentu saja, di luar dunia profesional dan pekerjaan. Walaupun pembatas antara pekerjaan dan kehidupan spazzing gue sangat tipis, tapi semoga tidak berbenturan dan berjalan di track-nya masing-masing.

(Apa deh).

Oke, singkat cerita kemaren gue dapat tugas untuk datang ke preskon konser 'Infinite Effect' di Jakarta. Lokasinya di salah satu hotel di kawasan Thamrin. Hotelnya cukup terkenal. Walaupun gue tadi sempat Googling juga pas sebelum berangkat untuk memastikan apakah di hotel ini ada mushola atau nggak. Yang gue dapatkan adalah informasi bahwa di toilet hotel ini ternyata nggak ada semprotan buat cebok pas lagi boker.

Alhamdulillah gue tadi udah buang hajat di kantor sebelum berangkat jadi gue aman.

Masalah besar datang ketika gue sedang nunggu kopaja dan gue lupa kalau gue belum minum setelah makan siang. Ya gimana sih rasanya kalo ati ampela masih nempel di kerongkongan. Alhasil gue menahan haus (sambil berkali-kali menelan ludah) sepanjang perjalanan. Tapi efeknya tidak baik. Ternyata tidak minum membuat kepala gue agak pusing. Ini mungkin karena efek kebanyakan tidur dan bangun yang dipaksakan sebelum berangkat.

Lagian... kenapa sih Infinite harus preskon hari Sabtu.

Ini tuh weekend.

(Tidak terpikir sebelumnya kalo "YA KAPAN LAGI LO MALEM MINGGUAN SAMA INFINITE!" walaupun dalam konteks yang benar-benar berbeda).
*
*
Setelah sekitar lima belas menit nunggu Kopaja di pembatas jalan (SAYA GENERASI HEMAT UANG. DEMI MENGHEMAT SALDO FLASH Rp 3500 SAYA MENGORBANKAN NYAWA SAYA DENGAN BERDIRI DI PEMBATAS JALAN UNTUK JEGAT KOPAJA! HIDUP HEMAT!) akhirnya Kopaja 602 dateng dan CUSLAH berangkat ke Thamrin.

Karena kepala gue puyeng gue gak ngapa-ngapain sepanjang jalan tetapi menyandarkan kepala di kaca sambil meliat ke langit mendung di luar dan berharap keajaiban akan terjadi seperti misalnya Irene muncul di sebelah gue dan memberikan minyak angin untuk meringankan sakit kepala ini. Tapi sampai di Bundaran HI, hal itu tidak terjadi.

Ini pertama kalinya gue ke hotel lokasi preskon ini anyway. Jadi gue agak-agak kagok. Gimana nih masuknya. Lewat mana nih. Apakah gue harus pakai baju rapi atau baju gembel gini boleh masuk. Gue melihat jins gue yang lututnya sudah sobek. Gue takut diusir atau malah dikira artisnya.

Korelasinya?

Tapi ternyata pucuk dicinta ulam tiba. Setidaknyambung itu peribahasanya yang jelas gue berhasil masuk dan seperti halnya hotel-hotel mewah, untuk masuk kita harus di-scan dulu. Karena mungkin jenggot gue sudah kepanjangan dan kumis gue sudah menebal dan gue juga bawa ransel takut dikira bom ya jadi ikut prosedur aja.

Dulu, waktu preskon 'One Great Step' juga kayak gitu sih. Persis sama. Manajemen Infinite ini kayaknya emang harus nyari hotel yang pengamanannya ketat. Masuk aja harus udah ditanya mana ID segala macam. Dari media mana segala macam. Ya ikut prosedur aja. Selama nggak bohong dan nggak pura-pura dan diundang ya kan gak ada masalah.

Naiklah gue dikawal sama satu orang perwakilan dari promotor. Preskon di lantai 3, mushola di lantai 2 dan gue masih pusing karena efek naik Kopaja. Hotel itu sepi-sepi aja by the way. Nggak seheboh yang gue kira walaupun di lantai satu tadi ada banyak fansite dan fans luar yang kayaknya nggak boleh masuk.

Sampai di ruangan, gue menyempatkan diri minum dari gelas lucu yang airnya ada jeruk-jeruknya. Supaya pusing gue ilang. Sampai di dalem ketemulah sama beberapa temen-temen yang juga sudah akrab liputan KPop gini.

Tahun ini medianya lebih sedikit. JAUH LEBIH SEDIKIT. Ini juga pertama kalinya preskon ngundang fans (walaupun mereka dilarang bawa handphone anw). Gue lega, karena sedikitnya jumlah jurnalis yang datang berarti yah bisa lebih santailah. Tapi curiga juga nih, apakah bakalan lama atau sebentar? Soalnya pas tahun 2013 itu lumayan lama.

Ah... tapi itumah bukan urusan gue ya. Lama atau sebentar tergantung kebijakan yang di atas aja. Yang di sini mah cuma kerja jadi ikutin alur aja.

Beruntung gue punya teman (UHUK) bernama Iqbal yang adalah founder salah satu newsbase besar di Twitter. Di sebelah dia ada bangku kosong (DAN ITU BARISAN PALING DEPAN!) dan Iqbal dengan senang hati memberikan kursi kosong itu buat gue. Jarak dari kursi gue ke kursi tempat Infinite kayak cuma 1,5 meter. Ya ini kalo gue motret mungkin upil Hoya juga nampak.

Alhamdulillah, rejeki nggak kemana.

Setelah itu maghrib tiba dan sebelum preskon seharusnyalah kita menghadap Yang Kuasa.

Setelah balik dari solat maghrib (dan diiringi dengan obrolan singkat dengan mas-mas yang kerja di hotel)

"Kenapa sih boyband terus mas yang dibawa? Bawa girlband dong!"

"Ya mas saya mah apa cuma jurnalis yang kalo diundang dateng gak diundang ya sedih. Itu mah urusan promotor mas," jawab gue.

Terus gue kepo.

"Emang Infinite nginep di sini ya mas?"

"Infinite itu siapa deh?"

"YA INI YANG LAGI DI PRESKONIN!"

"Oh.. iya mas. Di sini. Besok pagi check out-nya pagi-pagi,"

"Oh jadi besok mereka langsung ke lokasi konser terus pulang?"

"Iya mas."

"Wah..."

Gue jadi curiga itu mas-mas kerja di hotel atau promotor. So detail informasinya. Jangan-jangan dia fanboy Sungjong.

Okelah abis sholat gue balik ke lokasi preskon dan bercengkerama bersama chingu-chingu di situ sebelum akhirnya JENG JENG JENG JENG. Infinite muncul lewat jalan di samping Iqbal dan itu kayak cuma 40 cm deh dari muka-muka member. Wah deg-degan. Baru kali ini sedekat itu.
*
*
Tahun lalu jarak fotografer sama Infinite lumayan jauh. Mereka duduk di belakang meja dan ada tulisan nama mereka satu-satu. Wajar... mungkin karena emang baru pertama dan media yang diundang juga banyak. Jadi biar semua orang kenal. Sekarang jumlahnya sedikit dan kayaknya emang yang diundang sudah tahu bener nama-nama mereka. Jadi promotor hanya menyediakan kursi saja di depan poster 'Infinite Effect' superbesar yang kalo dibawa ke kosan gue mungkin bisa buat alas tidur atau penutup tembok yang lumutan.

Suasana 2013 dan 2015 beda. Pas 2013, media-media emang heboh. Karena tentu saja kebanyakan dari mereka juga adalah fans. Ya mau gimana dong? Tapi kalo yang 2015 ini yang heboh beneran fans. Karena kan ada fans juga yang diundang.

Kalau dari Infinite-nya sendiri sih nggak ada perbedaan yang terlalu mencolok. Ya L tetep se-visual itu, Dongwoo tetep kayak gitu, Woohyun tetep aja tempo-tempo keliatan tonggos, Sunggyu masih aja keliatan kayak lagi tidur, Sungjong Masya ALLAH WHY SO PRETTY, Sungyeol ya kayak di drama lah tinggi. Tapi ada yang salah dengan Hoya nih.
*
**
Dengan belahan rambut 7:3 Hoya keliatan lebih dewasa dan agak kurusan kalo gue bilang. Tahun lalu kayaknya nyeplak banget itu kemeja di badan dia. Kalo punya tetek mungkin Hoya akan mengalami nipple slip. Untung dia pake jas. Dan anehnya ada kesan kalo ini orang lagi bete banget gitu pas baru masuk. Entah karena capek (pastinya) atau bete karena sesuatu dan lain hal.
*
*
SOALNYA GIMANA YA TAHUN LALU TUH DIA BAHKAN MASIH MAU SENYUM KELIATAN GIGI KENAPA TAHUN INI KESANNYA GIGI ITU SANGAT MAHAL APA KARENA SUDAH MENIKAH DENGAN RAFFI AHMAD.

Ini foto Hoya di preskon 2013:
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Ya.... itu sih pandangan pertama gue. Tapi lama kelamaan suasana jadi mencair dan dia ikut bercanda-canda juga sama yang lain. Bahkan beberapa kali menjawab pertanyaan dengan peres dan ngedorong-dorong Sungjong yang cuma bisa senyum malu-malu.

Lihat videonya di sini.

Serunya tahun ini interaksi antara Infinite dan semua yang datang ke preskon itu istilahnya bisa lebih berasa. Sementara tahun lalu terkesan ada jarak di antara kita yaitu meja dan yah... jauh sih gue berdirinya karena waktu itu gue fotografer sementara yang duduk di agak depan temen gue jadi yah.

Tapi yang bikin beda sih sebenarnya tahun ini nggak ada adegan nyanyi-nyanyi "Pelangi pelangi~" lagi. Efek baru abis konser di Singapur kali ini jadi pada capek apa gimana enggak tahu. Kalo ada yang bilang mereka keliatan bete, gue setuju sih, tapi Alhamdulillah-nya enggak terlalu keliatan sampai akhir.

2013 juga kayaknya Hoya lebih banyak menjawab pertanyaan? Tahun ini juga sih. Tapi pendek-pendek. Dan 2013 gue inget banget dia banyak senyum. Bahkan gue dapet satu foto dia lagi senyum dan itu bahagia banget! Mungkin ini karena efek belahan rambut 7:3-nya kali ya. Jadi mood-nya juga 7 sok serius, 3 happy.

Yang beda juga dari preskon tahun ini adalah L.
*
Ini L di preskon 2013
*
Kebalikan banget sama Hoya deh. 2013 kemaren L kayak nggak pernah ngomong sama sekali dan bener-bener menampilkan image dia yang calm, cool, whatever is happening in this world I always handsome and I don't care with everyone else my face is no. 1. Sementara semalem, dia kayak orang mabok.

Bener-bener mabok.

Tiba-tiba ketawa sendirilah, tiba-tiba geli sama pernyataan sendirilah, tiba-tiba niup-niup ponilah, tiba-tiba tepuk tanganlah. Bener-bener kayak bukan L. Ya ini kayaknya dia lagi mabok beneran.

Lihat video L mabok di sini.

Dongwoo sama Woohyun banyak banget adegan intim kayak lagi pacaran. Entah karena Dongwoo-nya gemes sama Woohyun atau emang dia juga menemani L mabok jadi efeknya masih berasa. Di awal-awal Dongwoo sempat bingung karena mikrofon-nya nggak nyala btw. Terus abis itu dia ketawa-ketawa aja gitu.
*
*
*
Sungjong juga jadi banyak ngomong sih di preskon 2015. Mungkin karena efek dia udah lebih dewasa dan lebih bisa bicara berkat variety show kali ya. Dan Woohyun mungkin kebanyakan nonton D'Terong atau D'Academy soalnya setiap kali ngejawab pertanyaan dia nyanyi-nyanyi kayak Saipul Jamil.

But everyone seems happy in the end of the event.

Yang kocak sih pas ending, anak-anak yang lain sudah turun panggung sementara Sunggyu masih di situ. Terus dia lagi mau naruh mikrofon di atas kursi tapi entah gimana mikrofon-nya jatuh terus dia freeze.

Sedetik.

Dua detik.

Mukanya kayak bingung ngeliat ke sekeliling. Terus geli sendiri dia ketawa. Terus dia turun panggung terus bungkuk-bungkuk di depan gue dan depan Iqbal. Dia ngeliat ke kamera Iqbal by the way lama banget (dan Iqbal lagi ngerekam! SHIT MEEEEN) sementara gue cuma jepret dan itupun blur. LOLS bukan rejeki.
*
*
Ending preskon 2015 lebih enak sih ketimbang ending 2013. Seru aja karena kali ini konsep preskon yang intim baik antara Infinite dan fans dan antara Infinite dengan jurnalis (yang juga sebenarnya fans WAWAKAKWAKWKAKWA) jadi berasa.

Satu quote yang paling gue inget dari preskon semalem dari Woohyun: Indonesia adalah Cinta.

Lalu kemudian gue hanya bisa meringis.

Nggak ada lagi nih, kata-kata yang lebih cheesy?

#EA #GAKBISABANGETDIGINIIN
*

Apa Itu SM Rookies Entertainment?

$
0
0
Oke, pertama-tama, ini bukan manajemen baru yang dibuat SM Entertainment untuk SM Rookies. Mentang-mentang Super Junior udah punya label sendiri, terus SM Rookies mau dibikinin juga label baru buat debut mereka? Nggak. Mau dapet modal dari mana. Super Junior aja banting tulang dulu sepuluh tahun baru dapet manajemen sendiri. Bagaimana ELF, senang? Kalo gue sih sebenarnya nggak suka kalo SM ini bikin anak-anak label gitu. Jengah liatnya. Satu manajemen aja melelahkan, gimana kalo banyak.

Oke, tapi kita nggak akan membahas soal perusahaan Lee Soo Man itu di postingan kali ini. Karena, siapa peduli? Toh kita juga nggak dapet uang dari mereka. Kecuali ya emang kita produsen baju-baju KW super (nggak junior) yang kemudian menghasilkan uang. Ya kalo cuma sekedar anak-anak manis yang kerjaannya ngetik dan spazzing doang, kan justru uang kita yang diporotin selama ini. #tjurhat

Kemaren secara nggak sengaja (atau emang nggak ada kerjaan sebenarnya) gue buka folder spam di email gue. Dan kebetulan email itu adalah alamat surat elektronik yang gue gunakan untuk login SMTOWN Nation buat dapetin Passport SMTOWN yang nggak pernah gue klaim dan nggak pernah gue ambil sampai sekarang itu. Di sana ada pemberitahuan kalau beberapa server akan mengalami perubahan bla-bla bla.

Gue nggak baca secara mendetail, tapi di sana dijelaskan juga dalam bentuk tabel kalau beberapa server dari situs-situs di bawah domain SMTOWN akan mengalami maintenance selama beberapa waktu. Nah bersamaan dengan pengumuman itu gue ngeliat ada satu situs yang kayaknya asing banget:smrookiesent.com.
*
*
Sebelumnya SM memang udah meluncurkan situs smrookies.com yang isinya update soal kegiatan para trainee yang sudah diperkenalkan sejak tahun 2013 itu. Tapi pada akhirnya gue rasa situs ini jadi jarang dibuka mengingat lebih mudah orang-orang mengakses di YouTube, Facebook dan Twitter. Jadilah itu situs cuma sebagai situs rangkuman kalo misalnya lo males backtrack di medsos, lo tinggal buka aja situsnya.

It's pretty fun tho. Because buat kalian yang enggak tahu SM Rookies sama sekali, situs itu sudah menjelaskan secara singkat soal latar belakang para member SM Rookies (termasuk Red Velvet yang jadi proyek debut Rookies yang pertama--COMING SOON 2016 THE BOYS WILL DEBUT AS WELL!!) dan juga biodata mereka. Terakhir gue cek, profil dari para Rookies cewek yang baru diperkenalkan beberapa bulan yang lalu juga sudah ada. Termasuk foto-foto update dari SM ROOKIES Show.
*
*
Oke, lanjut lagi ke situs smrookiesent.com yang baru saja diluncurkan ini.

Jangan bingung kenapa SM bikin smrookies.com kemudian meluncurkan lagi smrookiesent.com. Karena tujuan penggunaannya berbeda. smrookies.com adalah situ yang berisi profil dari para trainee SM Entertainment yang sekarang sudah mulai dinarsisin sama mereka. Nggak ada lagi yang namanya "because I'm a trainee so I should hide myself before I debut". Ya sih, nggak semua trainee yang dipamerkan. Pastinya yang sudah level oke banget dan punya muka yang udah oke banget. Tapi at least SM membuat kita (sebagai penikmat) merasa lebih dekat dan dirangkul ke bagian lain dari manajemen ini. Nggak cuma artis yang udah debut aja.

Oke kembali ke smrookies.com, kan gunanya sebagai situs showcase dari para member dari SM Rookies. Sementara situs baru yang baru aja diluncurkan ini, smrookiesent.com sedikit berbeda. Situs ini bukan akan berisi informasi terkait dari SM Rookies. Tapi ini adalah sebuah konsep promosi baru dari SM Entertainment buat para SM Rookies Boys jelang hari debut mereka. Konsep seperti apa? Membuat agensi boyband sendiri dengan member boyband suka-suka kalian.

WAIT. WHAT IS THIS.

IS THIS A GAME?


Iya gue juga nggak ngerti ketika gue buka situsnya gue juga bertanya-tanya. Tapi kalau misalnya melihat dari judul situsnya dan juga tampilan muka dari situs ini, gue udah langsung bisa menyimpulkan beberapa hal:

1. SM ingin kita mengenal lebih jauh lagi para SM Rookies Boys, mengingat mereka akan debut tahun depan (2016),

2. SM ingin kita lebih interest dengan produk baru mereka karena SM Rookies sampai saat ini belum punya nama yang besar di Korea sendiri kecuali di kalangan yang memang sudah mendedikasikan hidupnya buat mereka. Ingat, f(x) yang sudah debut lama aja masih ada banyak yang nggak tahu siapa mereka (dari variety show terbaru mereka f(x)=1cm itu keliatan banget LOL), demi untuk bisa lebih meng-engage lebih banyak fans, jadi dibuatlah konsep yang berbeda,

3. SM ingin membuat tren sendiri mengingat banyak orang gandrung dengan game-game semacem reality game kehidupan virtual gitu, jadi mereka ingin kita juga menikmati game ini, lewat karakter-karakter nyata,

4. SM bikin repot banyak orang.


Jadi jawabannya apa?

Iya ini adalah permainan. Jangan diseriusin. Tapi boleh diikutin.

Kalau gue bilang sih, SM sedang mencoba untuk membuat sebuah survey. Mungkin nggak semua dari kalian baca berita di internet soal rencana SM untuk merambah pasar EDM tahun 2016 nanti. SM Rookies bisa jadi salah satu grup yang akan dibentuk SM sebagai grup dengan konsep EDM itu. Tapi konsep EDM yang kayak gimana yang harus mereka tampilkan?
*
*
SM tentu sudah punya gambarannya. Tapi mereka juga pengen tahu, orang-orang mau yang kayak gimana sih? Apa sih yang anak-anak muda ini bayangkan dari sebuah boyband SM Entertainment yang akan debut nanti? Apakah emang EDM ini adalah konsep yang pas dan dalam jangka panjang tren-nya akan tetap seperti itu?

Untuk itulah mereka mengemas sebuah game di mana kita bisa mengubah diri kita jadi sosok produser dari sebuah boyband. Semacem buat survey sekalian. YES! THATS RIGHT! YOU CAN MAKE YOUR OWNEXO BOYBAND YANG ISINYA CUMA BIAS LO DOANG.

Oke jadi ya SM memberikan kita kesempatan untuk merasakan bagaimana jadi Lee Soo Man dan Kim Young Min. Sebenarnya detail untuk game ini sendiri belum dirilis sih. Dan SM sendiri kayaknya belum bilang kalo ini jadi semacem GAME atau permainan gitu. Jadi kalo lo merasa ini tidak penting, silakan berhenti sampai di sini dan mungkin cek artikel lain di blog ini yang lebih menarik. WAKWAKWAKWAKWKA

Kenapa gue kemudian menyimpulkan kalau misalnya ini adalah permainan? Ya dari situsnya juga udah keliatan ada brief sedikit soal smrookiesent.com ini. 

A STAR MADE BY ME- yang kemudian membuatnya jadi lebih personal.

SOCIAL PRODUCING - sebagai produser kan tentunya nggak kerja sendiri. Mungkin nanti akan ada kontak dengan orang lain di game yang sama dan semacemnya.

THE WORLD'S FIRST DIGITAL ENTERTAINMENT - bukan main ya klaim-nya. Tapi kalo SM yang ngomong, tentu nggak sekedar asal bacot kan.

WE ARE LOOKING FOR A PRODUCER
FOR SMROOKIESENTERTAINMENT - AKU! AKU! AKU!

Kemudian di bawah tulisan itu juga ada video perkenalan, seorang anak SM Rookies (yang mukanya nggak tipikal artis SM banget TAPI TUNGGU SAJA DUA ATAU TIGA TAHUN LAGI PASTI UDAH BEDA MUKANYA) yang berjalan masuk ke sebuah gedung (ARTIUM?) dan dihormati oleh Minho dan Taemin 'SHINee'. Ya posisi dia mungkin sudah sekelas Lee Soo Man, nggak tahu deh.

Video itu semacem gambaran apa dan bagaimana smrookiesent.com ini nantinya. Jadi gue langsung mikir kalo, "OH! Jadi beneran kayak game jadi manajer artis atau produser gitu? SERU!"

Gue suka banget main The Sims. Terakhir main yang kayak gini-gini tuh ya LINE Play. Eh, apa gitu di Windows 10 ada permainan yang Farm Frenzy apa ya. Ya semacem itu. Kalo dipikir-pikir konsepnya sama tapi mungkin ini lebih KITA BANGET.

KITA MAKSUDNYA KPOP.

GAK KITA YA.

YAUDAH GUE BANGET DEH.

ANAK KPOP BANGET.

BAU KPOP.

Huff.

Gue belum tahu akan jadinya kayak gimana karena SM sendiri baru akan mengumumkannya sebelum akhir bulan ini. Tapi lo udah bisa Subscribe via email dan kalo aplikasi mobile-nya udah ada (YES BISA ANDROID DAN iOS LOH!) lo akan dikasih tahu via email. Daftar aja dulu, buat versi trial atau beta kan lumayan. Lo bisa one step ahead dari orang-orang yang nanti belakangan tiba-tiba ngaku kalo mereka udah superior banget ngefans Rookies padahal baru kenal Jaehyun aja kemaren malem.

OHOK.
*
*
Lanjut, situs smrookiesent.com juga berisi LINE UP yang bisa lo pilih jadi member boyband yang lo mau bikin. Nah isinya secara mencurigakan adalah SM Rookies yang cowok doang. Sementara yang cewek-cewek nggak ada. Ya kan kasian. Tapi ya mau gimana. Yang mau debut duluan kan si Rookies cowok, jadi cewek-ceweknya mungkin nanti ada di sesi 'NEW TRAINEE FOR LINE UP' untuk tahap selanjutnya.
*
*
Terdengar menyenangkan?

Buat gue iya.

Kalo misalnya nanti game ini bisa dibikin bebas banget nggak ada kayak batasan-batasan debutnya harus di mana atau promosinya di mana, gue mau bikin grup SM Rookies ini debut di Majalengka dan akan menyasar golongan yang menengah ke bawah yang biasanya suka dangdut. Gue akan stick to EDM concept tapi akan membuatnya lebih koplo agar bisa diterima oleh orang-orang yang biasa nongkrong di Jalur Pantura.

(Terus nggak laku)

(Soalnya SM Rookies-nya cowok semua)

(Gak bisa nyelipin saweran di belahan dada)

(Yah)

Tapi yang membingungkan sih sebenarnya pemilihan membernya. LOLS GUE MAU SEMUA ANAK SM ROOKIES INI DEBUT AJA BARENG-BARENG. Tapi dibedakan yang udah 20 ke atas sama yang masih belasan. Yang masih belasan biar dikasi konsep kayak Coboy Junior gitu lagunya anak-anak remaja baru jatuh cinta kan lucu gemes gimana gitu.

WIll update soon kalau misalnya aplikasi-nya sudah dirilis ya. Sementara ini bisa cek-cek dulu aja smrookiesent.com buat gambaran. Subscribe juga itu buat notifikasi email di bagian bawah, siapa tahu bisa dapet hadiah karena Subscriber beruntung akan mendapatkan Americano (PLEASE SM WHY SIH KOPI).

Bisa aja sih ini salah atau hoax. Jadi tunggu aja pengumuman selanjutnya akan di-update ya!
*

3 Alien Galau Tersesat Tak Tahu Arah [EXO 'Lightsaber' MV Review]

$
0
0
*
Suatu siang gue sedang berada di mood yang nggak terlalu fit buat kerja. Iya, walaupun pekerjaan ini adalah pekerjaan yang benar-benar menyenangkan dan sangat gue sukai sepenuh hati karena kerjaan apa lagi yang membolehkan lo spazzing dan digaji, tetep aja ada hari-hari di mana rasanya sangat berat dan menyebalkan. Namanya juga manusia. Gue pernah baca satu update-an status seseorang di LINE yang bilang kalo jadi sosok yang vibrant dan selalu happy itu nggak gampang.

Gue setuju. Bahkan untuk ukuran orang yang sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang dia inginkan, gue juga terkadang merasa bosan dan seringkali mengantuk. Nggak, ini bukan berarti tidak bersyukur atau gimana. Kadang-kadang memang badan nggak bisa diajak buat terus-terusan duduk. Dia kadang-kadang lebih memilih untuk tidur.

12 jam.

Minimal.

Ya dan gue biasanya melakukan itu di setiap akhir pekan.

Oke, lanjut ke cerita di awal, suatu siang gue sedang berada di mood yang tidak terlalu fit buat kerja. Baca timeline Twitter adalah salah satu hal yang wajib dilakukan kala boring. Dengan catatan lo sudah tidak mem-follow akun-akun yang tweet-nya nggak sesuai sama kaidah-kaidah hidup lo (supaya lebih tenang dan lebih nyaman). Makanya sekarang gue banyak nge-follow akun-akun yang menyenangkan. Kayak Aa Gym gitu. Adem di hati.

Tapi sayangnya siang itu Aa Gym nggak nge-tweet. Mungkin dia lagi nge-gym gue juga nggak paham karena gue bukan sasaeng-nya Aa Gym. Tapi perhatian gue tertuju pada satu tweet dari Soompi tersayang yang berisi kalau Star Wars akan mengeluarkan video kolaborasi bersama EXO.

Ok. Hold on for one second. WHAT EXACTLY IS THIS ALL ABOUT?!

Kenapa ujug-ujug EXO yang baru aja debut (atau akan debut deh kayaknya waktu itu) di Jepang ini bikin video kolaborasi sama Star Wars? Bagaimana kelanjutan sidang dan mediasi yang tidak ada ujungnya itu? Tiga member loh ini keluar dari EXO dan kenapa nggak ada kelanjutannya sampai sekarang? SM? Sampai kapan fans mau dicekoki kebohongan seperti ini? Kenapa nggak cepetan aja diungkap kalau sebenarnya Tao, Luhan dan Kris keluar karena memang kontrak mereka sudah habis, bukan karena hal-hal busuk yang muncul di media saat itu?



Kalem. Kalem.

Ketika membaca tweet itu otak gue langsung flashback ke beberapa waktu lalu ketika Chanyeol mengunggah sebuah video Instagram yang berisi Suho sedang memainkan lightsaber dengan sangat bahagia kayak anak umur lima tahun.

Bukan itu aja, tapi faktanya, Suho dan Baekhyun belum lama ini jalan-jalan ke Amerika dan mengunjungi studio Lucas Film yang adalah rumah produksi dari Star Wars sendiri.

Sebentar. SEBENTAR BELOM KELAR!

Faktanya, 5 Januari 2012 SM Entertainment si manajemen penggerus kedamaian umat manusia ini pernah merilis video teaser berjudul 'Lightsaber' yang juga ada hubungannya sama Star Wars untuk teaser pre-debut Kai dan EXO.
*

*
Entah sejak kapan gue nggak pernah lagi percaya sama yang namanya kebetulan. Apalagi EXO sama SM. Hey! Mereka aja bisa bikin konsep teaser comeback pake skandal lawsuit, masa yang gini-gini juga kebetulan?

Gue rasanya siang itu pengen ngumpat. Tapi ketika baca artikel Soompi itu gue jadi bersemangat lagi. What kind of collab? Video? MV? SONG? WOW! THIS GONNA BE SO EPIC!

Gue menaruh harapan setinggi-tingginya. Sekali lagi gue memurahkan diri gue untuk SM dan EXO. Setiap kali mereka janji mau rilis MV, gue selalu aja berusaha berpikir positif. Berusaha yakin kalau MV-nya akan bagus. Walaupun yang dikasi cuma dinding kosong belaka. Tapi kali ini beneran. Gue nggak bohong, gue bener-bener berharap MV-nya akan jadi epic karena beberapa alasan.

Pertama ini EXO. Boyband yang katanya sudah ngabisin banyak uang SM dan menyedot uang-uang dari seniornya di SM.

Kedua ini Star Wars. Franchise yang punya avid fans di seluruh dunia bahkan Indonesia sekalipun. Bahkan Suho pun menyukai franchise ini. Ketauan Suho gaulnya sama bapak-bapak.

Ketiga ini Disney dan Lucas Film yang digabungkan dengan sebuah manajemen yang katanya paling besar di Korea Selatan.

Tiga alasan ini sudah jelas bikin gue berharap banyak soal bagaimana kolaborasi mereka akan dihasilkan nanti. Apa hasilnya dan kalau video, akan sebagus apa videonya.

Dan ya beberapa hari setelah itu, di suatu malam, gue sedang goler-goleran di kasur hanya dengan pakaian minim yang kalau dilihat orang mungkin orang itu lebih memilih untuk masuk neraka ketimbang hidup dalam bayang-bayang gue yang sedang dalam posisi tidak menyenangkan saat itu, teaser video kolaborasi ini dirilis.

Dan judulnya 'Lightsaber'.
*
*
FAK. SM YOU B*TCH!

"ASTAGA ASTAGA ASTAGA!!! SM BENERAN MAU RILIS LAGU LIGHTSABER YANG SUDAH BUSUK DI HARDISK PERUSAHAAN DARI TAHUN 2012 ITU ASTAGA!"

Oke gue mencoba untuk menenangkan diri sementara mungkin karena gue mencak-mencak semenit yang lalu, ibu-ibu berambut keriting di lantai bawah kosan sudah sebal karena mendengar suara gedebag-gedebug dari atas.

Gue tonton video teasernya dan....

Intens...

Kemudian, "Seru juga kalo isinya ternyata bener-bener zonk terus cuma Suho main-mainin pedang." Lalu gue tertawa dengan bahagia. Sampai akhirnya gue tahu kalau ternyata Suho bahkan nggak ada sama sekali di MV-nya.

HAH APA? FAAAAAKKKKKKKKKK KENAPA BEGINI KAN SUHO YANG SUKA STAR WARS KENAPA JADI DIA YANG NGGAK ADA?!?!?!?!?!

Huff.

Kata orang bijak, "Jangan berharap cempedak akan berbuah nangka." Kalau kata Troye Sivan di lagu 'Fools' sih, "My hopes they're high, I must keep them small." Kalau kata gue, "FAK YOU SM PERUSAK HARAPAN FAK YOU!"

Oke kenapa postingan ini kebanyakan isinya ngumpat. Aigu. Astagfirullah. Mari kembali ke jalan yang benar.
*

*
Gue sebenarnya nggak terlalu suka tipe lagu yang kayak 'Lightsaber' ini. Pada dasarnya gue bukan orang yang terlalu menikmati tipe-tipe musik yang banyak suara nyamuk teler (baca: dubstep). Musik berisik yang gue suka cuma sebatas dangdut koplo. EDM ala-ala Zedd gue masih bisalah terima. Tapi kalo kayak 'Maxtep'-nya Younique Unit (baca review-nya di sini, nostalgia Luhan lagi kece-kecenya mang tonggos kesayangan) itu gue bener-bener udah yang angkat tangan. Apalagi kalo artis SM yang membawakannya, udah makin angkat tangan.

Gue nggak bisa suka sama satu musik walaupun itu dibawakan sama artis yang gue suka sekalipun. Makanya kalaupun gue suka EXO, gue nggak suka banget dengerin beberapa lagu mereka yang menurut gue emang nggak cocok dengan gayanya EXO. Salah satunya 'Playboy'

hahahahaha sorry but please don't judge me because of being honest.

Tapi 'Lightsaber' ini bisa gue masukkan dalam daftar pengecualian. Walaupun di kuping gue ada beberapa bagian yang terdengar seperti dubstep di lagu ini, tapi nggak bener-bener yang dubstep parah kayak 'Maxstep' itu (atau bahkan sebenarnya bukan dubstep sama sekali tapi guenya aja yang nggak punya referensi musik yang luas). Masih dalam tahap wajar which is menyenangkan dan aman. Tipikal lagu ini kayak 'El Dorado' tapi versi lebih modern.

Ngerasa nggak sih kalo lo dengerin 'El Dorado' itu kesannya kayak tradisional desir pasir di padang tandus segersang pemikiran hati banget? Kayak lagi jalan-jalan di gurun yang panas terus mendadak ngeliat piramid kemudian berteduh di bawah pohon kurma.

Dalam kepala gue selalu berulang-ulang adegan itu setiap kali gue dengerin 'El Dorado'. Bisa dibayangkan betapa dangdutnya hidup gue kan.

Kalau 'Lightsaber' ini musiknya lebih naik kelas dari sekedar jalan-jalan di gurun tandus. Tapi ini pure karena efek Star Wars-nya. Gue bukan pengikut Star Wars. Mungkin pernah di suatu masa gue sama abang gue berantem gegara hadiah Chicki Balls pas jaman-jaman mereka bagi-bagi kayak kartu film Star Wars yang bisa dimasukkan ke dalam kekeran terus kita bisa ngeker dan ngeliat adegan dalam filmnya.

Gue nggak yakin itu tahun berapa tapi ketika gue pikir-pikir sekarang gue sama sekali nggak pernah inget kalo gue ngikutin Star Wars. Mungkin sebelum (atau sesudah) filmnya tayang Desember nanti gue akan kejer nonton ulang semuanya. Kalo ada waktu.

Oke balik lagi ke lagu 'Lightsaber' ini, petualangan yang muncul di kepala gue tentu saja adalah berlari-larian (bukan di Namsan Tower) di Mars. Tapi terima kasih SM Entertainment atas MV-nya yang bener-bener nggak jelas dan menyebalkan. Alih-alih membayangkan Suho ada di Mars, gue malah terngiang-ngiang Sehun naik motor sambil diiringi oleh suara Ariel 'Noah' di iklan Yamaha.

Terima kasih teman Rei.
*

*
Gue sebelumnya nggak terlalu suka rap-nya Chanyeol, tapi di lagu ini gue mendengar ada perkembangan yang sangat berarti di cara dia nge-rap. Sampai di titik di mana gue kecewa, kenapa yang featuring di album-nya Taeyeon itu Verbal Jint. Padahal lirik rap di lagu 'I' itu nggak sesusah itu dan bahkan gue rasa Chanyeol bisa melakukannya dengan sempurna.

Walaupun secara aneh kenapa rap dia sekarang mengingatkan gue pada Taecyeon '2PM'.

Curigation nih jangan-jangan Chanyeol berguru sama gurunya Taecyeon juga.

Tapi agak kecewa karena ternyata lagu yang dirilis bukan lagu yang ada di teaser Kai waktu itu. Lagu itu lebih terasa dangdutnya dan kayaknya sih kalau dirilis versi full-nya akan jadi lagu kesukaan gue banget. Mungkin nanti lagu itu akan dirilis dengan judul yang berbeda? Atau....... yah, biarkanlah SM berkreasi.
*
*
MV-nya sama sekali nggak grande seperti kalimat 'collaboration project with Star Wars' ataupun label 'Disney' yang ada di ending videonya. Bahkan MV-nya jauh lebih pendek dari durasi lagunya sendiri. Bener-bener nggak habis pikir. Ketika sudah ada kerja sama dengan Star Wars dan Disney, kenapa dah, nggak sekalian bikin MV yang epic gitu. Jangan yang nanggung kayak gini.

Okelah, bisa dibilang MV ini memang lebih bagus dari 'Call Me Baby' atau apa sih comeback EXO yang masih ada Luhan... oh'Growl'. Iya ini emang lebih bagus dari dua itu. Secara konsep tapinya. Karena kan seringan EXO tuh konsep MV-nya ya kalo nggak menari di depan dinding kosong, ya menari di depan dinding yang ada motifnya (dengan kamera yang ngikutin member). Cuma walaupun lebih bagus, tetep aja kurang epic.

Nggak ada cerita yang jelas yang mau disampaikan. Okelah kita tahu kalo ini kolaborasi sama Star Wars jadi ambil gampangnya aja, penonton tahu kalo model MV-nya ini adalah Jedi. Ditambah lagi masing-masing sudah megang lightsaber-nya sendiri.

Tapi abis itu, apa? Gitu doang?

Jongin berbaring di bak mandi dengan wajah yang tiba-tiba sudah tersayat sesuatu (yang gue curigai karena dia kejeduk pas nge-dance di lorong sepi sendirian terus luka-luka dramatis) terus dia bangkit dan kemudian menghilang di depan lift.

Lalu?

Siapa Jongin? Kenapa dia bisa ada di hotel? Kenapa dia tiba-tiba kepikiran buat berbaring di bak mandi padahal di hotel itu pasti kasurnya nyaman? Kalo emang dia mau mandi, kenapa dia pake baju? Kenapa kerannya nggak nyala? Kenapa mukanya kusut banget kayak cucian gue yang dua minggu belom disetrika?

Pertanyaan-pertanyaan ini nggak terjawab sama sekali. I mean, ini Star Wars gitu. Dari segi cerita aja udah epic harusnya. Ya masa video kolaborasi yang seharusnya bisa membuat orang jadi tertarik buat ngikutin Star Wars cuma sebatas Jongin tidur di bak mandi?

Kan nganu.

Dan yang aneh adalah ketika shot lorong kosong di awal terus tiba-tiba musik ke-play dan Jongin udah ada di situ dan nge-dance. WHAT THE HELL. GIMANA CARA LO BISA MUNCUL DI SITU?!
*
*
YA JANGAN LO SAMBUNG-SAMBUNGIN SAMA KEKUATAN TELEPORT LO DONG! INI KAN LAIN CERITA! INI BUKAN EXODUS INI STAR WARS!

(Berantem yang sia-sia)

Terus heran aja kenapa di lorong itu debunya tebel banget kayak abis kena musibah gunung meletus. Terus itu apa Jongin nggak sesek napas debu masuk ke mulut dan hidung pas dia nge-dance dan ngeberantakin debu-debu yang sudah rapi dengan sendirinya itu?
*
*
Terus lagi ada adegan cowok (sebut saja namanya Asoka) masuk ke toko kelontong yang sepi banget. Bawa lightsaber. Terus dia nerima telepon tiba-tiba marah-marah dan ngejatuhin makanan yang ada di rak. Abis itu dia buka kulkas terus minum air dari kulkas semerdekanya. Abis itu dia terduduk di depan kulkas tanpa alasan yang jelas dan melotot disinari lampu merah.

WHAT?

Siapa dia? Apakah benar dia Asoka? Itu toko kenapa bisa sepi? Sudah tutup terus dia bobol masuk? Makanya nggak ada orang yang marah-marah ke dia pas dia ngamuk-ngamuk? Itu toko punya dia? Kayaknya sih punya dia. Kalo nggak punya dia, Asoka-nim nggak mungkin semerdeka itu mau marah-marah di toko orang. Mungkin ternyata itu kamar kosannya dia, karena dari gayanya buka kulkas dan minum kayak udah terbiasa banget melakukan itu di kamar kosan. Kulkasnya udah lunas belom? Udah disetor belom cicilan bulan ini ke Dito? Kenapa lampunya juga warnanya merah sama kayak rambut dia? Kan makin curiga kalo emang itu kosannya.

TUNGGU.

ITU DIA LEMPAR iPHONE? DISAAT ADA BANYAK MANUSIA DI LUAR SANA YANG KELAPARAN DAN NGGAK BISA MAKAN?
*
*
Wah gak beres.

Pertanyaan-pertanyaan ini juga sama sekali nggak terjawab.

Tapi lucu sih. Kenapa ada orang tiba-tiba ngamuk gitu setelah nerima telepon. Yang lucunya lagi, kenapa Baekhyun sekarang harus badannya dibikin keker gitu =))) Meanwhile dia masih cabe dengan jaket bergambar Mickey Mouse.
*
*
Dan bukti paling otentik kalau dia masih cabe adalah emosi yang benar-benar tidak terkontrol, labil, seperti orang yang mengidap sindrom bipolar. Ini Asoka? Baekhyun? Apa Marshanda?
*

*
Oke keanehan nggak berhenti sampai di situ. Walaupun Sehun mungkin adalah orang yang paling "sehat" di antara tiga pemeran utama dalam MV ini, tapi tetep aja semuanya aneh. Ya enggak tahu sih ya, gimana pandangan kalian nih kan biasanya masing-masing orang punya pandangan yang beda-beda. Tapi kalo gue ngeliat ya emang aneh.

Kayak misalnya lokasi dunia antah-berantah mereka ini ternyata di Seoul. Terlihat dari tulisan Seoul Pub yang ada di depan ketika Sehun masuk ke ruangan pub itu. Kenapa gue kemudian yakin ini Seoul karena mungkin (MUNGKIN YA) cuma di Seoul yang di depan pub-nya ada iklan kosmetik (dan ada huruf hangul di atas petunjuk nomor gedung yang ada di depan pub).
*
*
Gak paham.

Kalo menurut gue sebenarnya ini MV belum selesai. Oke, saat gue nulis ini gue nggak tahu apakah emang EXO bakalan merilis MV lagi untuk Star Wars collaboration dalam waktu dekat sebelum perilisan film, karena kalo emang iya, berarti MV ini akan dilanjutkan.

Alasannya sih selain karena memang gue butuh penjelasan soal semua tanda tanya yang gue tulis di atas, juga karena di ending MV ini ada hal-hal yang merujuk pada episode selanjutnya.

Pertama, kita nggak tahu Kai abis dari hotel itu akan ke mana. Tapi tiba-tiba dia menghilang di depan lift di lantai 9 (kesel gak sih lo sama SM suka kode-kode jumlah member gini kan ngehek) sesaat setelah dia mengeluarkan lightsaber-nya.
*
*
Sebenarnya di dalam lift itu ada sosok musuh yang sudah menunggu. Sosok musuh ini (sekelebat) berjubah hitam.

Dia juga yang menghampiri Baekhyun di toko kelontong sesaat setelah dia ngeleseh di depan kulkas. Sosok berjubah hitam ini yang membuat suasana jadi semakin mencekam dengan efek lampu-lampu merah itu. Makanya Baekhyun buru-buru menggenggam lightsaber-nya dengan niat untuk melawan.

Sementara Sehun, sebelum MV ini diakhiri dengan tatapan melotot Kai, dia juga melakukan gesture sedang siap-siap untuk mengeluarkan pedang bercahaya itu entah dari mana. Padahal kan di awal dia udah ngasih pedang itu ke penjaga. Tapi kalo misalnya ini MV bakalan ada lanjutannya, plot twist-nya adalah, pedang yang dikasi ke penjaga itu palsu dan Sehun menyimpan pedang asli di dalam lengan jaketnya.

Ya. Gue nggak tahu apakah MV ini akan dilanjutkan atau tidak. Dan juga nggak tahu apakah MV ini sebenarnya terinspirasi dari salah satu episode Star Wars atau gimana. Terlepas dari itu, gue sih berharap (LAGI LAGI! AH BETE!) MV ini dilanjutkan. Mengingat lagu aslinya berdurasi 3 menit lebih, sementara video klipnya cuma dua menit lebih berapa puluh detik. Kan semacem nggak adil.

Dan semacem nggak seru juga kalo kolaborasi antara manajemen besar di Korea dengan rumah produksi dan perusahaan sebesar Disney cuma berakhir dengan cerita absurd tiga manusia tanpa tujuan hidup yang jelas.

Mending ngisi TTS sambil nonton 'Cinta Di Musim Cherry'.
*


It's Awkward! But I Love You... [EXO 'Sing For You' MV Review]

$
0
0
Dalam hidup, kita nggak bisa memungkiri kenyataan bahwa memang akan selalu ada yang berubah, meski sekecil apapun.

Ahem. Dapet quote pas lagi boker barusan.

Ya maaf-maaf nih kalau misalnya gue mengawali kalimat pertama di posting-an ini dengan agak serius (dan jorok di bagian bokernya. Udahlah nggak usah munafik kalian juga kan harus boker tiap hari). Belakangan memang kepala gue selalu berisi hal-hal yang serius dan bener-bener real life banget! Nggak paham. Ketika biasanya gue cuma bisa ceplas-ceplos di Twitter, sekarang gue harus berhadapan dengan tagihan cicilan kulkas ke Dito (YANG ALHAMDULILLAH SUDAH LUNAS!) dan beberapa hal serius lainnya yang selalu mengganggu pikiran gue setiap harinya:

1) Mau bangun jam berapa hari ini?
2) Mau ngopi berapa mug hari ini?
3) Gimana caranya supaya nggak ngopi tapi nggak ngantuk hari ini?
4) Harus ngabisin berapa reward point di SM Superstar untuk ngawinin kartu hari ini?

Ya, hal-hal serius semacam itu sangat mengganggu pikiran banget. Kalau nggak diselesaikan satu per satu wah! akan sangat memberikan dampat negatif buat kulit wajah. Selamat datang jerawat!

Kesibukan gue belakangan ini (BERASA CEO SM ENTERTAINMENT YAK) membuat gue teringat ke masa-masa bebas lepas kutinggalkan semua beban dihatiku saat semester-semester akhir di kuliah dulu. 2011 dan 2012 bener-bener masa membahagiakan yang secara aneh bertepatan dengan membludaknya produk SM Entertainment.

'The Boys', 'Twinkle', 'Sherlock' sampai teaser demi teaser debut EXO menjadi makanan sehari-hari saat itu. Termasuk juga mengotori timeline Twitter dengan cuitan-cuitan nggak penting soal KPop juga sudah jadi identitas pribadi yang susah untuk dihapuskan. Bahkan kala itu kayaknya kuliah pun jadi hal yang bener-bener sepele.

"YANG PENTING TWITTER NOMOR SATU KULIAH KAPAN-KAPAN!"

Ya walaupun nggak se-ekstrem itu juga sih. Tapi memang, buat lo yang sudah ada di semester akhir dan tidak perlu memikirkan skripsi mungkin kehidupan lo akan kurang lebih sama kayak gue. Atau bisa jadi enggak kalau misalnya lo adalah calon CEO Apple. Tapi kalau misalnya kampus mengharuskan lo buat bikin skripsi (dan sekarang lo ada di semester akhir ataupun akan menjadi mahasiswa semester akhir) maka nikmatilah teori dan metodologi-nya.

Hihihi. AKU CINTA KAMPUSKU!

12 jam dari 24 jam gue saat itu gue habiskan dengan spazzing. Sia-sia sekali ya rasanya. Tapi nggak apa-apa. Yang penting gue bahagia dan nggak stres. Karena hidup sendiri di kosan yang isinya mas-mas penyuka musik rock yang kalo puter lagu bisa volume-nya 100% pake loudspeaker itu bisa banget bikin lo pengen bunuh diri setiap hari. Spazzing adalah jalan keluar terbaik daripada ngerokok.

Hari-hari gue di semester akhir kuliah gue habiskan di depan laptop, ngedit video, internetan, nge-tweet, bikin giveaway, ke kampus (bukan buat belajar) download video, ngumpulin drama Korea, internetan. Begitu seterusnya selama satu setengah tahun di semester-semester akhir. Wah hidup kayak gini bener-bener indah banget! Berasa jadi anak CEO Garuda Indonesia yang kalo kemana-mana nggak mikirin uang sama sekali. Tapi gue lupa, kalau di saat yang sama hidup terus berjalan dan gue pun harus menghadapi realita bernama wisuda.

Semua orang pengen cepet-cepet wisuda. Padahal sebenarnya wisuda adalah gerbang paling menyebalkan dalam fase kehidupan mahasiswa. Karena setelah itu kita harus kerja dan menghadapi dunia yang sebenarnya. Which is so boring. I hate to admit that I hate that part of my life. But you don't have any other choices. Lo nggak bisa selamanya jadi bayi kalau lo pengen punya bayi juga kan?

(apa?)

Ketika wisuda sudah dekat, otomatis orientasi gue sudah berubah. Gue tahu kalau suatu saat gue akan meninggalkan dunia spazzing ini untuk selamanya. Apalagi kalau misalnya gue sudah masuk kerja nanti. Maka dari itu harus ada rencana yang tersusun rapi supaya semuanya bisa berjalan lancar.

"Oke, pokoknya abis wisuda mau pulang kampung aja dan kerja di rumah!" kata gue saat itu.

Tapi manusia hanya bisa berencana, Tuhan juga yang menentukan segalanya. Dan lucunya, Tuhan pun memilihkan jalan yang ternyata masih aja ada hubungannya dengan KPop dan.... EXO.
*
*
Gue lupa persisnya di bulan apa gue ngobrol sama seorang admin dari salah satu fanbase EXO yang cukup besar di Indonesia. Mereka saat itu mau bikin event buat satu tahunan EXO dan gue di-hire jadi MC. Wah gue tertarik karena gue memang suka dunia MC-ing walaupun gue nggak jago-jago banget, tapi gue punya basic penyiar radio jadi okelah gue mungkin bisa handle hal ini karena masih di lingkungan KPop juga.

Rencana gathering itu muncul ketika gue sudah memutuskan untuk pulang kampung. Karena gue sangat tertarik dengan pengalaman MC-ing event KPop, gue pun mengundur kepulangan gue sampai setelah acara ini berakhir. Saat itu rencananya acaranya akan digelar pada April. Sementara gue wisuda sekitar Januari atau Februari. Beberapa bulan menganggur kayaknya sia-sia ya, oke mari kita cari kerja yang bisa resign hanya dalam waktu 6 bulan saja. Pikir gue.

Sembari menunggu April gue pun cari kerja dan dapat di salah satu penerbit buku minor di kawasan Jakarta Timur. Niatnya ini cuma buat mengisi kekosongan sampai acara gathering digelar nanti.

Niatnya.

Tapi....

EXO-nya bahkan nggak comeback sampai Mei.......

Lalu?

Acara itupun nggak ada kabar lagi.

MUAKAKAKAKAKAKAKKAKAKAKAKAAKAKAKA. Ketika gue berniat untuk benar-benar pulang kampung (karena sudah tahu acaranya akan batal) ternyata kesempatan lain datang dan gue pun pindah kerja ke tempat yang sekarang. Dan lagi-lagi, KPop membuka jalan itu. Walaupun acaranya batal, tapi Alhamdulillah sampai sekarang hubungan gue dengan si admin masih (dan makin) berkualitas. WQWQWQ

Perubahan dari mahasiswa ke orang kantoran bukanlah hal yang mudah. Perubahan ini benar-benar drastis. 2 minggu pertama di kantor pertama gue nggak bisa banget betah melek sampai jam 12 siang. Karena selama dua bulan terakhir sebelum masuk kerja gue selalu jadi kalong yang tidur abis subuh dan bangun lagi jelang zuhur. Di meja kantor gue terantuk-antuk sambil ngerjain laporan penjualan buku (YANG NGGAK GUE BANGET).

Perubahan yang paling terasa selain itu adalah berkurangnya waktu untuk spazzing dan juga nulis di blog. Tapi ini baru terjadi ketika gue sudah pindah ke kantor yang baru. But anyway, karena gue adalah blogger, tentu saja gue akan selalu berusaha untuk tetap menulis apapun yang terjadi. Walaupun intensitasnya berkurang sangat drastis.

Dan ternyata dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, bersamaan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup gue, ternyata EXO juga banyak berubah.

BANYAK SEKALI.
*

*
Perubahan nggak cuma dari konsep alien ke serigala kemudian terjebak di dalam labirin dan keluar melewati portal dan tersebar ke seluruh dunia saja. Perubahan EXO ini pelik dan menyakitkan. EXO-nya berubah, fansnya juga berubah. Ada yang jadi lebih sensitif, ada yang jadi lebih biasa aja, ada yang pindah ke fandom sebelah, ada yang stay tapi punya bias baru di grup sebelah, ada yang udah nggak peduli lagi sama EXO tapi masih suka intip-intip sedikit, ada yang kepeduliannya jadi sangat berlebihan sampai tidak bisa berpikir jernih dan selalu membenarkan pendapatnya sendiri (gue), ada juga yang merasa statusnya di fandom lebih tinggi dari yang lain just because she/he knows more than any other person on internet.

Yang terakhir sih yang nyebelin. MUAKAKAKAKAKKAKAKA

Ya itulah hidup. Mengalir. Berubah. Ada masalah. Naik dan turunnya bener-bener harus dinikmati. Dan naik dan turunnya hidup itulah yang ingin digambarkan EXO di MV lagu barunya 'Sing For You' ini.
*

*

*
Entahlah waktu SM ngumumin EXO bakalan rilis album winter lagi, gue kayak yang mikir, "Ah, pasti nggak akan lebih bagus dari 'Miracles In December'!" gitu. Mungkin ini efek dari 'December 2014' yang nggak begitu nendang banget tahun lalu karena single semata tanpa promosi berlebih. Enggak yang terlalu membekas di hati. Bahkan kalau dibandingkan dengan 'Lightsaber', lagu ini kayak gampang banget terlupakan.

Tapi ternyata pemikiran gue soal "NGGAK SEBAGUS 'MIRACLES IN DECEMBER'" itu salah besar.

Faktanya, 'Sing For You' punya daya tarik yang lebih kuat dari sisi emosi. Lupakan dulu liriknya sejenak karena buat orang kayak gue yang nggak ngerti Bahasa Korea langsung ketika mendengarkan lagunya, mungkin nggak akan terlalu terpengaruh sama lirik yang disampaikan saat pertama kali mendengarkan (dan menonton MV-nya). Tapi buat gue, ketika mendengarkan lagu yang bahkan gue nggak ngerti kemudian gue dapet feel aneh yang bikin merinding cuma karena melodi lagunya, gue tahu ini lagu bakalan terkenang dalam hati. Hahahaha terlepas dari bias loh ya.

Melodi lagunya enak banget dan visual dari video musiknya juga sangat emosional. 'Sing For You' memberikan tiga paket spesial lagu galau yang mantap buat gue: feel, melodi dan visual dari MV-nya.

Gue denger-denger lagu ini sempat bocor sebelum dirilis (seperti lagu-lagu EXO sebelumnya). Tapi karena waktu spazzing gue belakangan nggak terlalu intens, jadi gue nggak sempat mendengarkan versi leaked-nya. Jadilah pas MV-nya dirilis pada (9/12) kemarin adalah kali pertama gue mendengarkan lagu ini.

Ada kesan yang sangat berbeda saat mendengarkan 'Sing For You' dan 'Miracles In December'.
*
*
Buat gue, daya tarik 'Miracles In December' bener-bener fokus ke lagu dan melodi (dan kemudian lirik setelah lo mengerti apa yang ingin mereka sampaikan). 'Miracles In December' adalah tipikal lagu galau yang sangat mudah diterima di kuping gue yang sangat akrab dan menyukai lagu-lagu patah hatinya Rossa. Jadi kalaupun misalnya gue nggak nonton MV-nya atau nggak ngerti liriknya, gue akan tetap merasa terharu mendengarkan 'Miracles In December' karena memang lagunya se-mellow menyebalkan itu.

Sementara untuk MV-nya sendiri (walaupun dulu gue puji karena bagus--baca review selengkapnya di sini) sebenarnya bisa dikatakan nggak realistis. Terlalu drama Korea. Makanya nggak realistis karena kebanyakan hal di drama korea itu kan klise. Yes sebut saja karena MV-nya menawarkan kisah fiksi mulai dari kekuatan menurunkan salju sampai menghentikan/memutarbalikkan waktu diselipkan di dalamnya. Padahal kalau dipikir-pikir, MV-nya nggak sesedih itu. Tapi karena lagunya mellow, jadi kesannya video klip ini juga sedih.

Peran lagu dalam membuat MV-nya jadi menyakitkan sangat besar. Itulah kenapa pada akhirnya MV-nya jadi don't matter anymore. Buktinya, ketika gue selipkan adegan-adegan 'AADC' versi LINE ke dalam MV-nya, feel sedihnya tetep berasa. Kalau sekarang lo bandingkan dengan 'Sing For You', lo akan merasa bahwa ternyata storyline di 'Miracles In December' itu cetek banget.

Meanwhile, 'Sing For You' menawarkan sesuatu yang lebih emosional dan terasa real. Lebih emosional dari sekedar orang yang lo suka nggak muncul setelah lo menunggu di bawah salju. Lebih emosional dari sekedar jadi korban PHP cewek yang bahkan di MV nggak keliatan wujudnya sama sekali.

Ada sesuatu yang memang masih berkutat di area dan kawah cinta (MUNTAH KARENA BAHASA SENDIRI) tapi bukan cinta-cintaan yang cuma sekedar cinta anak muda dimabuk asmara kayak 'Miracles In December'. Balik lagi ke yang gue bilang sebelumnya, kali ini rasanya lebih real.

Gue bingung menjelaskannya entah kenapa wkwkwkwk dan berkali-kali ketika memikirkan cara terbaik untuk menuliskan kalimat ini gue mengepal-ngepalkan tangan dengan random. Mungkin simpelnya (atau justru membuatnya terasa lebih nggak jelas) 'Sing For You' mencoba memberikan sebuah kisah cinta yang lebih mengikat, menjerat, intens, dekat, dalam dan menusuk (AWH!) tapi dekat dengan kita.
*
*
Gue merasa 'Sing For You' ingin memberitahukan sebuah perasaan cinta yang nggak cuma sekedar buat cowok/cewek yang lo taksir. Tapi justru sama orang-orang terdekat lo yang mungkin selama ini kerap lo abaikan keberadaannya. 'Sing For You' menawarkan sebuah "kisah cinta" yang lebih universal. Bisa buat kakak perempuan lo, kakak laki-laki lo, adik perempuan lo, adik laki-laki lo, saudara lo, keponakan lo, sepupu terdekat lo, sahabat lo, orangtua lo, temen yang lo kenal di Twitter, dan orang-orang di sekitar lo yang mungkin lebih penting dari sekedar orang yang lo taksir.

"Kemesraan" antara lo dengan significant others lo adalah hal utama yang gue rasa ingin ditampilkan di MV 'Sing For You'. Dan ketika gue menyebut kata "kemesraan", bukan berarti itu selalu hal-hal yang bahagia. Semua hal yang terjadi di dalam hubungan lo dengan significant others lo adalah kemesraan dalam caranya sendiri. Ya berantem-berantemnya, ya marah-marahnya, ya segala hal yang bikin lo nggak ngomong sama mereka selama beberapa hari karena tersinggung dengan satu chat mereka di LINE misalnya. Yang mana sebenarnya bukan membuat hubungan kalian semakin jauh, tapi justru semakin dekat dan mengikat.

Jijik banget gak pembahasan gue kali ini.

Gue rasa itu adalah salah satu faktor yang membuat MV 'Sing For You' lebih emosional, walaupun lagunya mungkin tidak semeraung-raung 'Miracles In December'. Dan itulah kenapa ketika mendengarkan lagu ini, lo juga perlu menonton MV-nya. Karena balik lagi ke kalimat gue di awal, lagu ini punya paket yang nggak bisa dipisahkan: feel, melodi, visual di MV. Feel dari melodi lagunya akan lebih berasa ketika lo melihat MV-nya meski lo nggak ngerti liriknya (lagi-lagi).
*
*
MV-nya sendiri nggak susah dimengerti sebenarnya. Secara sederhana MV-nya pengen bilang kalau hidup itu selalu berubah dan pasti akan ada masalah. Seperti pembahasan kita di awal posting-an ini. Dan karena ini EXO, topik soal perubahan dan masalah ini tentu saja jadi sensitif dan sangat ngena di hati.

Ketika kita membahas 'Miracles In December' maka kita nggak boleh melupakan bahwa di MV itu formasi mereka masih 12 orang. Tapi sekarang mereka sudah eksis dengan 9 orang yang gue harap sih untuk waktu yang sangat lama walaupun nggak ada jaminan buat itu.

Semua hal yang terjadi pada EXO selama beberapa tahun terakhir ini seolah tergambar secara emosional di MV. Okelah walaupun mungkin ada teori yang bilang kalau lagu ini menggambarkan hubungan fans dan EXO, tapi apa yang gue lihat justru unsur fans sangat tipis di sini. Bener-bener tipis.

WKWKWKWKKW maaf.

Sebagai sebuah grup yang paling penuh drama, gue masih menangkap bahwa SM masih mencoba untuk mengimplementasikan(????????) apa yang terjadi pada grup ini di dunia nyata ke dalam konsep-konsep videonya. Ketika SM bisa membuat teaser 'EXODUS' dengan sangat kreatif dan mengemas lawsuit menjadi sebuah konsep comeback, kenapa nggak mereka mengulang lagi hal yang sama untuk 'Sing For You'?

"Ya kan yang EXODUS buat Kris dan Luhan. Yang ini buat Tao lah kasian kalo nggak dimasukkin ke dalem konsep. Supaya adil merata," Kim Young Min menyuap nasi uduknya di sela-sela rapat.

Gue pribadi berpikir kalau hubungan emosional antara fans dan idola itu klise. Kalau buat gue, mereka sebagai idol itu kerja dan kita sebagai fans adalah penikmat pekerjaan mereka. Hubungan kita sama mereka ya cuma sebatas itu. Nggak ada kedekatan yang berlebihan. Kalau masalah dikasi eye contact pas konser atau apa, ya itu bagian dari fan service. Namanya aja udah "fan service". Ya dilakukan untuk membuat lo merasa istimewa tanpa maksud berlebih. WKWKWKWKKW

Nggak apa-apa "jatuh" ke dalam fan service. Karena tujuannya memang begitu. Nggak salah kok.
*
*
Memang kita pasti merasa ada hubungan emosi dengan mereka. Tapi kalau dipikir-pikir hubungan emosi ini sendiri muncul dari efek kitanya yang emang terlalu banyak "menikmati" mereka. Coba sekarang apakah lo punya hubungan emosional dengan Aliando? Pasti enggak. Karena lo sendiri bahkan mungkin nggak nonton 'GGS' atau jijik mendengar kata itu. Ya sama kayak fans Aliando nggak ada ngerasa kedekatan dengan EXO.

Gue rasa EXO juga sangat profesional melihat hubungan idola dan fans. Mereka juga tahu betul kalau ketika mereka di EXO ya mereka bekerja. Mereka butuh fans. Karena mereka butuh fans, jadilah fans selalu disebut-sebut dalam "naskah" di setiap perjalanan karier mereka.

Ya apalah arti EXO kalau nggak punya fans kan?

Sampai di sini maafin kalau gue merusak imajinasi lo soal EXO yang sangat memperhatikan fans-nya nih. Karena pada akhirnya semuanya hanyalah pencitraan belaka. WKWKWKKWKW

Nah, itu sebenarnya penjelasan kenapa gue bilang unsur fans dan EXO di MV ini sangat tipis. MV ini semuanya soal EXO. Dari awal sampai akhir. Gue nggak ngeliat ada "kita" (dalam artian fans) di dalam MV-nya. Ya gue nggak mau dong jadi Paus sementara mereka jadi orang-orang dengan wajah yang layak dipajang di majalah. Kalau disuruh milih ya gue mau jadi Suho lah. Masa jadi Paus atau radio yang dibanting Kai.

Kan gitu.
*
*
45 detik pertama di MV 'Sing For You' menggambarkan kebahagiaan dan kebersamaan. Adegan di 45 detik pertama ini adalah bagaimana EXO di depan kamera. Apa yang kita lihat. Kebersamaan dan kekompakan mereka.

Sementara selanjutnya adalah (mungkin) apa yang sebenarnya terjadi di dalam grup itu. Apa yang tidak kita lihat secara langsung, tapi mereka rasakan. Bukan berarti sebenarnya mereka nggak kompak, tapi ya kan nggak mungkin tidak pernah terjadi masalah (serius) di antara 9 orang ini. Bahkan mungkin ketika mereka ber-12 yang jumlah kepalanya lebih banyak. Pasti ada banyak masalah yang terjadi.

Perubahan adegan-adegan dari bersenang-senang ke yang tiba-tiba menghilang satu per satu itu juga sebagai metafora bahwa nggak ada yang abadi. Baekhyun yang biasanya selalu terlihat ceria di satu masa ketika hubungannya sama Taeyeon jadi konsumsi publik bisa terlihat sangat bete dan jadi lebih diam. Sebagai manusia biasa, mereka juga merasakan perubahan yang wajar terjadi dalam kehidupan. Mereka juga pernah merasakan bagaimana berada di titik terendah dalam hidup.
*
*
Makanya kemudian Kai merasa sangat marah karena kesabarannya mungkin sudah habis. Alhasil dibanting-bantinglah itu semua meja dan radio vintage (HUHUHUHU SAYANG BANGET ITU KAN PASTI KALO DIJUAL MAHAL KARENA SUDAH LANGKA). Tapi gue setuju sih dengan caranya Kai ini. Walaupun sangat sinetron 90-an banget ya, tapi ini lebih membuat lega gitu. Sekarang kan kalo marah, kita seringnya malah update status Facebook atau Twitter atau Path atau BBM atau LINE atau apapun yang bisa kita temukan untuk menyalurkan isi kepala. Menyelesaikan masalah setelah update status? Bisa jadi nggak. Bahkan yang ada bikin orang males bacanya.

"Ya gak cuma elo kali yang punya masalah, orang lain juga punya kali, jangan lebay lah," seringkali mungkin berakhir seperti itu di pikiran orang.

WKWKWKWKW

Walaupun apa yang dilakukan Kai juga tidak menyelesaikan masalah, tapi emosinya tersalurkan dan nggak bikin repot orang lain. Karena dia yang akan membereskan yang sudah dia bikin berantakan. Tapi pada akhirnya dia akan belajar bahwa melakukan sesuatu ataupun mengambil keputusan saat sedang emosi itu adalah hal yang "haram".

#pakepeci

Kai adalah penggambaran titik terendah EXO dalam perjalanan karier mereka di MV ini. Emosi Kai yang sejenak menghancurkan barang-barang itu kemudian terlewati dan dia kembali menari. Menggambarkan bahwa apapun yang terjadi, EXO ya EXO. Gue masih bisa melanjutkan mimpi gue untuk jadi superstar. Gue akan tetap menari meski member kami makin berkurang.

"Gue care, tapi kalo cuma gue doang yang care tapi yang di-care-in malah nggak care ya buat apa?" katanya sambil meliuk-liuk seperti Nagini.

(Ceritanya Ron sangat tenggelam dalam fiksi buatan SM Entertainment soal EXO).

(Dan fiksi buatannya sendiri soal EXO)

(Dan Ron pun forever baper)
*
*
Yang lucu (sekaligus favorit) adalah adegan berkelahi Chanyeol dan Suho. Kenapa gue bilang lucu? Bukan karena Suho-nya awkward se-awkward ekspresi nangis dia pas menang 'Wolf' tahun 2013 lalu (yang sekarang gue curigai adalah hanya naskah belaka #EH #MAAF #ANAKNYAGAKMAULAGIBAPER #COBABACAKALIMATSEBELUMNYA #IYADEHMAAF), tapi karena obrolan gue dengan Sam beberapa waktu lalu.

Jadi waktu itu Sam lagi di kosan gue dan kita ngobrol soal EXO karena kalo udah ketemu Sam pasti obrolannya soal EXO nggak ada yang lain.

"Nonton deh kak yang wawancara Chanyeol sama Suho di 'Second Box'. Itu aneh banget. Awkward banget!" kata Sam sambil ketawa.

"Masa?" gue saat itu sama sekali nggak tahu gimana isi 'Second Box' karena 'First Box' aja gue nonton sampe adegan bongkar koper terus bosen. "Awkward yang gimana nih?"

"Ya keliatan kayak nggak deket gitu kak!"

"Masa sih?" dalam hati gue, "Masa sih masih nggak deket udah bertahun-tahun?" Terus kemudian gue ikut ketawa.

"Mungkin mereka lagi berantem kali Sam pas sebelum syuting itu," kata gue lagi.

"Iya bisa jadi sih kak." kata Sam.

Gue emang nggak terlalu yang nontonin semua video EXO sekarang. Tapi kalo itu keluar dari mulut seorang Sam, berarti ada yang gak beres beneran. Walaupun saat itu kondisinya gue belom nonton adegan yang dimaksud sama Sam, tapi gue kayak semacem ada keyakinan kalau ini Suho sama Chanyeol sedang berantem gitu. Soalnya Sam yang ngomong. Lo harus tahu si Sam ini menghabiskan 24 jam waktunya cuma buat EXO sampai-sampai dia lupa sama hidupnya sendiri.

Itu adalah alasan yang cukup kuat untuk percaya kalo memang adegan Suho dan Chanyeol di 'Second Box' itu memang awkward. Akhirnya ketika menulis bagian ini, gue pun menonton videonya dan "WAH PARAH LAH KOK BISA GINI HAHAHAHAHAHAHA," ternyata memang beneran awkward. Bandingin sama Suho dan Sehun yang lebih menyenangkan.
*
*
Oke, gue gak tahu apa yang terjadi di belakang layar karena hidup gue nggak sepenuhnya buat ngurusin kehidupan orang lain. Mungkin ada orang yang lebih tahu soal itu dan gue nggak peduli. Tapi di video itu emang keliatan banget kalo ada masalah di antara dua orang ini.

Adegannya persis kayak lo lagi ketemu sama orang yang selama ini lo hindari karena lo tahu dia fake terus kemudian kalian berhadapan dan saling memasang topeng masing-masing. WAKAKAKAK KOCAK.

Makanya pas adegan berantem Suho-Chanyeol di 'Sing For You' gue mendadak ketawa karena inget obrolan gue sama Sam tempo hari. Wah bener nih jangan-jangan memang selama ini dua orang ini bermasalah.

"Yaudah nih bagus kebetulan konsep kita lagi mau menonjolkan soal masalah hidup EXO jadi kita masukin aja ya adegan berantem kalian terinspirasi dari kisah nyata," kata Kim Young Min lagi sambil menyeruput Luwak White Coffee ketika rapat produksi dengan EXO.

Suho dan Chanyeol hanya bisa menerima pasrah.

Tapi apapunlah yang melatarbelakangi adegan itu, gue suka banget. Emosinya dapet banget di situ. Entah karena emang aktingnya Chanyeol yang semakin membaik berkat jam terbang yang semakin tinggi, atau karena memang penempatan adegannya yang pas dan suasana lagunya yang mendukung. Semuanya positif deh buat adegan ini.
*
*
Di satu sisi gue juga yakin sih pasti di antara 9 orang ini pernah ada adegan tonjok-tonjok in real life. Ya gimana sih cowok kalo menyelesaikan masalah. #tsah Di film-film kan biasanya gitu. Kalo cowok ya saling tonjok. Kalo cewek ya jambak-jambakan (atau saling colok pake high heels).

Kembali lagi ke obrolan kita soal "isi dalemnya EXO kayak gimana" beberapa paragraf sebelum ini, bahwa konflik di dalam grup pasti terjadi. Marah-marahan antar member pun pasti ada. Mungkin bahkan ada yang sampai saling tonjok kayak gini.

"Ayo kita selesaikan secara jantan!" kata Chanyeol kepada Suho. Dan mereka pun berkelahi di bawah badai salju dengan pakaian tipis yang kayaknya kalo dipikir-pikir, boro-boro bisa nonjok, yang ada tangan udah mati rasa karena beku.

Yang gue suka lagi dari MV ini adalah cut-cut adegan perkelahian Chanyeol dan Suho ke adegan menari-nya Kai. Seolah-olah ingin menegaskan kalau apapun gonjang-ganjing yang terjadi di EXO, bodo amat, kerja harus tetep jalan, gue akan tetap menari meski sakit hati ini.

#MeliukSepertiNagini
*
*
Beberapa masalah dikemas dalam sebuah video menyentuh yang berakhir dengan memberikan harapan bahwa semuanya akan selesai dan semuanya akan baik-baik saja. Keceriaan yang hilang akan kembali. Tawa-tawa yang sudah menguap akan terasa lagi. Bahwa hidup itu berputar seperti roda. Nggak selamanya lo akan di bawah tapi pasti lo juga akan kembali ke atas lagi dan bahagia lagi.

Dan punya masalah dengan significant others yang lo cintai ini justru akan membuat hubungan kalian lebih kuat (lagi). Makanya di akhir video setelah Chanyeol berantem sama Suho lalu Suho sempat menghilang (yang menggambarkan bahwa hubungan orang setelah bertengkar pasti akan merenggang) tapi kemudian muncul lagi dan berbaring di sebelah Chanyeol sambil sedikit tersenyum (dan masalah pun selesai).
*
*
Alasan kenapa gue suka MV ini ya karena ngena dan punya makna mendalam gitu. Adegan-adegannya bermakna dan entah bagaimana related ke kehidupan kita. Ya hidup siapa sih yang nggak ada masalah, kan? Dan kembali lagi ke masalah cinta yang universal itu. Kalau misalnya lo nggak ada perasaan cinta dan kasih sayang ke significant others lo ini, lo nggak bakalan bisa tetep balik lagi ke mereka after that big war between you guys, right?

Am I right?

*
Adegan-adegan Baekhyun juga oke banget sih. Uri Asoka-nim neomu jalhae! Joha joha!

Dan kemudian sampailah kita ke adegan yang paling penting dalam video ini: Sehun dan Paus.
*
*
Sebenarnya apa sih hubungannya?

Gue nggak akan menjelaskan banyak soal itu karena teori dari fans di media sosial sana mungkin lebih detail daripada penjelasan gue. Tapi yang gue tangkap dari adegan itu adalah bahwa Sehun pada akhirnya jadi orang yang menyaksikan semua yang terjadi di dalam grup ini dengan sudut pandang dia sebagai maknae (bagaimana dia menyaksikan semuanya digambarkan dengan dia menjadi astronaut yang bisa melihat bumi secara utuh dari luar angkasa).

Kadang-kadang, si bungsu hanya bisa memperhatikan tanpa bisa melakukan apa-apa dan kadang-kadang dia yang paling tersakiti daripada yang lain (entah karena kondisi dia yang tidak bisa melakukan apa-apa atau karena memang tidak tahu harus apa).

#TSAAHHHH #AKUANAKBUNGSU #HIDUPANAKBUNGSU
*
*
Dan menyambung teori fans soal Sehun dan Paus yang kemudian membawa kita pada sosok manusia paling kesepian di dunia. Dia adalah Michael Collins yang merasakan 48 menit tanpa kontak dengan siapapun karena sedang mengorbit bulan sampai titik terjauh dari bumi.

Lalu apa hubungannya dengan Paus?

Identik dengan kondisi si Michael Collins, ada seekor paus yang juga sangat kesepian karena tidak punya pasangan dan tidak punya teman karena punya frekuensi suara yang berbeda dari paus yang lain, sehingga tidak ada yang mendengar panggilannya. Dia adalah Paus paling kesepian di dunia.

Lalu apa hubungannya dengan adegan Sehun di MV?

Simpel: kalau lo merasa lo orang yang paling kesepian di dunia, lo salah, karena di luar sana juga ada kok yang lebih kesepian dari lo. Maka berbahagialah karena lo nggak sendiri.
*
*
Dan untuk pertama kalinya malam ini gue membaca terjemahan lirik 'Sing For You' dan kemudian senyum-senyum sendiri (dengan mata berkaca-kaca mengenang masa-masa indah bersama para significant others di masa lalu dan masa kini wkwkw).

Ya, lagu ini soal cinta. Tapi bukan cinta yang melulu seperti apa yang digambarkan di drama Korea. Cinta yang lebih universal. Yang awkward ketika terlalu sering diumbar. Yang akan terdengar aneh jika diutarakan. Dan satu-satunya cara terbaik untuk mengatakannya adalah lewat lagu.

Picking up my old guitar,
The confession that I couldn’t make
Pretending I made one song, I’m about to tell
Just listen, I’ll sing for you

I love you a lot but I don’t say the words,
It’s awkward that pride doesn’t allow me
Today I will take courage and tell you, but just
Listen to it carelessly, I’ll sing for you

The way you cry, the way you smile
I wonder how much they mean to me
The words I want to say, but missed the chance
I will confess but just listen,
I’ll sing for you, sing for you
Just listen once and smile

It’s a bit funny to me, although you’re everything
To me, sometimes I am no better than a stranger
Actually I want to rub my hair
And be hugged in your arms

The way you cry, the way you smile
I wonder how much they mean to me
The words that I regretted when I looked back
I will appologize but just listen,
I will sing for you, sing for you
Just act casually

Everyday I am thankful that you are with me
My gift that God gave to me
After today, I might act awkward again
But today I really want to say today
So listen

The way you cry, the way you smile
I wonder how much they mean to me.
The words I want to say, but missed the chance
I will confess and it’s a bit awkward, but
Just listen I will sing for you, sing for you
Just listen, I will sing for you

(Eng: Teddybear Lover @ YouTube)

Kita hidup di masyarakat yang tidak terbiasa dengan kata-kata "I love you" yang diucapkan secara verbal antar teman, saudara, bahkan orangtua. Dan entah bagaimana gue merasa EXO berusaha untuk mengemas rasa awkward itu lewat lagu ini. Bahkan liriknya bener-bener kayak yang terasa awkward tapi manis.

Ini bukan lagu sedih kayak 'Miracles In December' yang merengek minta diberi kesempatan untuk memutarbalikan waktu supaya dia yang sudah pergi bisa kembali lagi ke pelukan. Lagu ini lebih menyentuh. Tipe lagu yang warm your heart. Kayak ketika lo ngeliat dua anak kecil lagi makan es krim, terus es krim anak yang satu jatuh dan anak yang lain memberikan es krim miliknya untuk dibagi dan di makan bersama. Atau ketika lo nggak sengaja melihat foto seekor anak kucing yang dibesarkan oleh ibu anjing. Atau bagaimana seekor singa sangat menyayangi orang yang menyelamatkannya dari perangkap pemburu di tengah hutan.

Lihat kan betapa universal-nya lagu ini sampai binatang pun bisa dihubung-hubungkan. WAAKWAKWKAKWAKWKAKWAKW

Ah... pokoknya SUKA!


Terpikir untuk sering-sering bilang I love you gak? WKWKWKWKWKWKWKWK lewat chat aja ya. Banyak orang yang suuzon kalo denger kita bilang gitu ke orang lain. Hati-hati aja. Dunia sekejam itu.
*

Finally, Seoul!

$
0
0
Sudah hampir sebulan sejak gue kembali dari workliday (work tapi sok-sok aja biar terasa holiday) di Korea dan gue masih nggak bisa ngerti, kenapa sampai sekarang nggak ada kemauan buat ngetik dan nulis catatan perjalanan kemarin?

Apakah perjalanan ini nggak semenarik waktu kerja ke New York? (ceki-ceki artikel sebelumnya, ada 7 Part! WKWKWKKW)

(Tolong pukul kepala gue pakai palu Thor karena kok takabur banget jadi orang)

(JEDUK!)

Waktu pertama kali posting kalau gue lagi ada di Seoul, gue sangat terharu dengan beberapa komentar dari kalian, para pembaca setia kaoskakibau.com tersayang terkasih yang tak tahu lagi harus kusebut apa saking sayangnya, langsung minta gue buat nulis cerita perjalanan ke Seoul di blog.

"Wah... are you even real, guys? Beneran pengen banget tahu? BENERAN BANGET?"

Gue sangat berterima-kasih kepada kalian yang masih mau buang-buang waktu nih buat baca tulisan gue. Padahal ya, apalah, pengalaman gue masih level cetek.

Request buat cepet-cepet nulis di blog itu rasanya menghantui gue setiap hari. Makanya nih agak-agak sebel juga karena nggak bisa langsung diketik. Belakangan ini gue bener-bener nggak bisa tidur. Bahasa kerennya sih insomnia.

Entah sudah delapan atau sembilan hari terakhir gue nggak bisa tidur cepet. Nggak bisa tidur sebelum jam tiga subuh. Padahal udah di kasur sejak jam 11 malam. Tapi ngantuknya baru berasa kalau udah jelang subuh. Selalu begitu selama sembilan hari ke belakang. Ya efeknya jadi bangun kesiangan dan baru sampai kantor jam sepuluh. Wih... siap-siap dipecat.

Cuma pas ditanya kenapa (sebenernya yang nanya sih diri gue sendiri juga, fyi, gue sering ngomong sendiri), ya gue nggak tahu alasannya. Gue cuma bisa bilang kalau gue nggak bisa tidur. Spesifiknya kenapa, masih nggak paham.

Sebenarnya episode satu dari perjalanan ke Seoul kemarin sudah setengah jadi. Tapi tulisannya gue ulang lagi dan lagi karena merasa setiap kalimatnya belum beres. Padahal kalau dipikir-pikir, kapan sih tulisan gue beres? WKWKWKWKW Dan ini adalah draft keempat untuk kisah perjalanan gue ke Seoul kemarin.

Yah, mari berpikir positif kalau semuanya akan selesai dengan baik.

Oke jadi singkat cerita, dua bulan berselang setelah kepulangan gue dari New York untuk liputan, gue masih diliputi oleh perasaan-perasaan senang dan bahagia karena bisa berkunjung ke New York meski cuma sekejap mata. Bahkan ketika gue nulis ini, feel duduk di kelas bisnis Qatar Airways masih berasa banget. Euforianya tetap terasa setelah berminggu-minggu pulang dari sana. Instagram gue masih berisi posting-an New York, sebagai bukti bahwa pengalaman ini susah banget dilupakan. Sebuah perjalanan yang melekat di hati dan masuk ke long term memory banget.

Ketika gue menulis part terakhir dari perjalanan itu, gue tiba-tiba mikir, "Kerja tiga hari dua malam di New York yang bahkan sebelumnya nggak pernah kepikiran aja bisa sebegini susah move on-nya. Gimana kalau mendadak disuruh ke Korea Selatan beneran?"

Gue berbagi rahasia sedikit deh wkwkwkwk Gue kerja di tempat yang sekarang sebenarnya bukan cuma karena jabatannya sebagai jurnalis KPop. Tapi karena kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri untuk kerja itu terbuka lebar. Termasuk ke Korea. Walaupun tentu saja semua nggak akan terjadi di hari yang sama saat lo masuk kerja, tapi kesempatan itu pasti akan datang.

Waktu pertama kali masuk, temen gue berangkat ke MAMA 2013 sementara gue hanya bisa senyum-senyum iri pas lihat foto-foto dia di email. MAMA 2013 tuh kayak superbanget gak sih, EXO masih ber-12 dan bener-bener menyenangkan banget.

Gue pun menunggu-nunggu, kapan gue bisa dapat kesempatan itu. Termasuk kapan gue bisa dikirim ke Korea buat kerja beberapa hari aja.

Nggak terasa dua setengah tahun berlalu dan gue masih belum dapat kesempatan untuk ke Korea secara resmi dari kantor. Semakin perasaannya terasa menggebu-gebu, kok kayaknya semakin nggak kedengeran apapun soal itu. WKWKWKWKWK. Sampai akhirnya gue pasrah aja dan serahkan semuanya pada ALLAH SWT. Sesungguhnya kalau Dia bilang "SEOUL RON! SEOUL!" maka nggak mungkin gue nyasar ke Alaska. Sesungguhnya hanya Dia yang tahu kapan waktu yang tepat untuk semua hal yang terjadi dalam hidup manusia.

Dan akhirnya suatu hari di bulan November, Allah pun meng-Kun Fayakun-in gue.

Tiba-tiba saja bos gue membisikkan (nggak bener-bener dibisikin kok enggak ini malah kesannya kayak aneh banget) kalimat yang paling gue tunggu-tunggu selama dua setengah tahun terakhir.

"Ron, jadinya elo ya, yang liputan ke Korea."
*
*
Lo pernah nonton film '5 Cm' gak, yang adegan mereka lagi mendaki terus tiba-tiba longsor dan Pevita Pearce kejatuhan batu kena ke kepalanya terus mendadak film-nya hening panjang sekali? Gue mengalami itu. Hening yang lama sekali.

Di kepala gue mendadak terputar lagu IU yang 'Every End of The Day' tanpa alasan yang jelas. Suara-suara dari kejauhan mendadak jadi terdengar jelas di kuping gue. Mendadak juga terdengar suara kentut. Tapi Alhamdulillah baunya nggak sampai meja gue. Kepala gue rasanya kayak dipukul palu Thor tapi kali ini dengan penuh kasih sayang. Nggak, jangan inget-inget adegan Suho yang nabok kepala Kris di 'Weekly Idol' berjuta-juta tahun yang lalu. Jangan. Daripada baper mending jangan.

Mata gue berkaca-kaca.

"Yang bener mas?"

"Iya nih, Iqbal nggak jadi berangkat karena bentrok sama jadwal pulang kampung dia."

"Wah."

Satu kali.

"Waah..."

Dua kali.

"WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Tiga kali.

"AKHIRNYA SETELAH DUA SETENGAH TAHUN!"

CYU!!! CYUUU!!! JEDERRRRRRRRRRRRRRR!!!!!! (ceritanya suara kembang api)

Gue teriak lumayan kenceng di kalimat sebelum 'Cyu Cyu Jeder' di atas. Sampai beberapa temen gue yang ada di situ ngeliatin dan mulai memberikan 'ciyeeee''ciyeeee' karena mereka semua tahu betapa inginnya gue ke Korea. Karena mereka semua tahu, cuma ada satu cowok di kantor ini yang frik banget sama KPop. Semuanya tahu kalo si anak yang frik KPop ini sudah ngarep ke Korea gratisan sejak lama.

Rejeki nggak ke mana. Beneran deh rejeki nggak ke mana. Saking happy-nya, gue buru-buru ngabarin kakak cewek gue via WhatsApp.


"Alhamdulillah nih, akhirnya anak kampung yang cicilan kulkasnya baru lunas bisa naik haji ke Korea."

Munafik ih rasanya kalau gue bilang gue gue nggak pengen ke Seoul. Apalagi gratisan. Sebagai fans KPop yang sudah delapan tahun cuma bisa mandangin laptop dan duduk manis spazzing di Twitter, dikasih kesempatan buat terbang dari CGK ke ICN gini udah kayak ketiban wedus gembel tapi masih hidup. Terlebih gue, fans kere, yang sama sekali nggak punya modal berlebih buat ke sana. Dikasi gratisan gini ya senenglah! Rasanya kayak ditunjuk-tunjuk Suho pas lagi nonton konser EXO. Tapi kali ini ditunjuk-tunjuknya sambil disodorin uang.
*
Cerita selengkapnya tentang foto ini boleh cek-cek link ini cus!
*
Kalau boleh jujur, gue bukan tipe orang yang mau gitu nabung demi sebuah perjalanan beberapa hari ke Seoul. Enggak tahu kenapa, kadang beban banget di hati. Banyak hal yang bikin beban. Ada rasa malu juga sedikit.

"Indonesia aja belum dijelajahi, bahkan Lombok tempat lo lahir dan dibesarkan aja belum dijelajahi. Masa bela-belain nabung buat jalan-jalan ke negara orang?"

Pendapat pribadi aja sih sebenarnya. Perang batin juga kalo udah menyangkut masalah duit dan jalan-jalan gini.

"Kalo nggak gratisan, nggak mau," gue selalu ngejawab gitu kalo misalnya ada yang nanya "Kapan dong lo ke Korea?" Dan ternyata jawaban itu berbuah kenyataan manis. AH LUV KANTOR BANGET SIH KALO KAYAK GINI.

(Seruput teh herbal)

(Meliuk seperti Nagini)

Fix, gue berangkat tanggal 28 November 2015, jam 22:00 WIB, naik Korean Air yang ternyata bagasinya cuma 23 kilo dan itu menyebalkan. Karena ini pertama kalinya gue ke Seoul, ada banyak sekali hal yang harus dipersiapkan. Tentu saja yang pertama adalah Visa.

Yang asyik dari perjalanan dinas seperti ini adalah tiket dan Visa lo ditanggung sama penyelenggara. Nah, yang ngundang gue dalam perjalanan ini adalah Oh!K Channel dari Turner Broadcasting. Gue sendiri nggak tahu sebenarnya Oh!K Channel ini apa dan baru tahu pas diundang wkekekeke mohon maklum karena gue sudah lebih dari dua tahun nggak nonton TV. Apalagi ini channel berlangganan ehehehehe

Singkatnya, mereka adalah channel televisi berlangganan yang menayangkan semua acara TV-nya MBC. Mulai dari drama sampai Variety Show. Oh!K Channel ini adalah bagian dari Turner Broadcasting yang merupakan grup dari channel seperti CNN, Cartoon Network, dan banyak lainnya. Oh!K Channel ini adalah saluran hiburan Korea pertama mereka.

Jadi terima kasih Oh!K Channel karena sudah membiayai perjalanan ini. Yehet! Tiket pulang pergi ditanggung, ongkos Visa ditanggung. Nah keseruan tidak berakhir di situ saja. Tapi biaya hidup dan transportasi lo selama dinas di luar negeri juga ditanggung sama kantor.

WAH NIKMAT TUHAN MANA LAGI YANG KAMU DUSTAKAN.

Jadilah gue hanya tinggal bawa diri aja nih ke Seoul. Pengalaman pertama ke Korea, dibayarin. Mantap! LUV KANTOR BANGET!
*
*
Kunjungan ke Seoul ini sekitar tujuh hari. Awalnya Visa yang diajukan adalah Visa wisatawan. Tapi akhirnya enggak jadi. Meminimalisasi risiko, akhirnya kami mengajukan Visa untuk kunjungan kerja yang hanya berlaku 90 hari sejak tanggal Visa dikeluarkan. Yah, buat gue sih nggak terlalu masalah, toh nggak ada rencana untuk bolak-balik ke Korea demi kesenangan pribadi juga dalam waktu dekat. Easy lah.

Pembuatan Visa Korea Selatan dramanya lebih sedikit ketimbang Visa ke Amerika. Ternyata prosesnya (untuk kunjungan bisnis) jauh lebih gampang dan deg-degannya hampir enggak ada (baca pengalaman gue bikin Visa Amerika yang penuh drama di sini). Gue inget banget pas bikin Visa Amerika deg-degan sampai ngeganggu ketenangan orang lain di chat LINE cuma perkara takut pas wawancara pake Bahasa Inggris terus gue nggak bisa jawab. Padahal wawancara Visa Amerika juga bisa pake Bahasa Indonesia.

Awalnya gue pikir mungkin prosesnya simpel karena buat kunjungan kerja. Tapi pas gue perhatiin travel agent yang bawa setumpuk aplikasi Visa buat "nasabah" mereka, maka gue menyimpulkan bahwa sebenarnya memang pengajuan Visa untuk ke Korea Selatan nggak seribet Amerika. Nggak perlu antre dari setengah enam subuh di bawa rel kereta pokoknya. Jadi buat kalian yang pengen ke sana, nggak perlu khawatir. Selama dokumen lengkap (termasuk saldo mengendap di buku tabungan) semua akan baik-baik saja.

Sayangnya, pengajuan aplikasi Visa Korea Selatan ini masih manual. Menurut gue sih agak merepotkan. Soalnya kan berkasnya harus di-print. Isi manual pake pulpen. Kalo salah nggak boleh di tipe-X, harus print baru (kayaknya). Yah.... untuk orang yang sudah lama tidak berurusan dengan alat tulis dan lebih sering megang keyboard laptop sih bener-bener PR banget. Sementara pas Visa Amerika semuanya online.

Enaknya, Visa Korea nggak perlu repot transfer via bank khusus (waktu itu gue di Standard Chartered). Duitnya dibayar langsung di loket di Embassy. Yah pemerintah Korea Selatan ini istilahnya memudahkan lah buat turis Indonesia untuk ke sana. Jadi sekali lagi nggak perlu khawatir yang berlebihan. Selama uang ada, nggak akan ada penolakan sih.

Urusan Visa kelar, urusan itinerary datang.

Liputan dari Oh!K Channel yang pertama adalah kunjungan ke MBC World di DMC (Digital Media City) dan yang kedua press conference drama 'Saimdang - The Herstory' di Gangneung, Provinsi Gangwon. Termasuk juga interview dengan dua pemeran utama drama ini yaitu Song Seung Hun dan Lee Young Ae (Dae Jang Geum, 'Jewel In The Palace'). Sisanya adalah liputan tambahan "mumpung lagi di Korea". 

Soal itinerary, gue banyak konsultasi sama temen gue yang kuliah di sana dan juga suka KPop.

"Pokoknya tempat-tempatnya harus yang ada hubungannya sama drama, KPop dan variety show, Mel," kata gue. Namanya Mely. Temen sejak masuk UI dulu.

Proses menyelesaikan itinerary ini sangat makan waktu sebenarnya. Pesan aja nih buat kalian yang belum pernah ke Korea Selatan dan berniat untuk ke sana dalam waktu dekat: nggak ada salahnya buat beli buku visit Korea yang banyak di Gramedia. Membantu banget kok. Atau kalau mau gratisan, rajin-rajin aja datang ke situs KTO buat baca-baca. Atau, lebih enak lagi kalian tinggal download apps Visit Korea dari KTO di Google Play. Semua lokasi yang ada di buku-buku yang ada di Gramedia semua nyontek dari situ kok. WAKAKAKKAKAA

(Gue beli buku Rp 85 ribu lalu menyesal! Lah orang semua ada di apps gratisan dan situs KTO kok. Lo aja yang males Ron!)

Itinerary gue kelar H-1 berangkat dan itu udah kayak "Pasrah aja, selama masih di Seoul," jadi bener-bener yang superpasrah pokoknya. Que sera sera.
*
*
Hari H keberangkatan adalah hari yang paling hectic dari perjalanan ini. Sabtu (28/11) itu GOT7 ke Jakarta. MATIIII MATIIIIIIIII!!!!! Gue nggak mungkin melewatkan kesempatan untuk ketemu Park Jin Young Jr. untuk pertama kalinya. Gue emang fans karbitan GOT7 sih, tapi gue ngefans Jr. nih sejak JJ Project. Jadi hari itu gue mampir dulu ke Kota Kasablanka buat preskon. No regret. Emang jodohnya ketemu Junior dan semuanya pun terjadi begitu cepat dan penuh drama.

Tangan gue sampe kegores-gores karena rusuh banget pas masuk ruang preskon. Ajegile. Nggak paham.

But anyway, as soon as itu preskon kelar gue buru-buru kembali ke kosan buat siap-siap ke bandara. Karena gue tahu manajemen waktu gue sangat kacau, gue harus cepat-cepat. Terima kasih Gojek.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on
*
Kata orang, kalo ke Korea, hindari musim dingin. Soalnya koper bisa overload banget.

Ketika salah satu temen gue di kampus bilang itu ke gue, sampai sekarang pikiran itupun melekat dengan tegas di kepala. Dan anehnya, hidup terkadang membuat lo berhadapan dengan hal-hal yang lo hindari. Gue nggak pernah berencana ke Seoul kalau nggak gratisan (itu udah prinsip hidup! LOL) dan ketika dikasi kesempatan buat ke sana secara gratis, paaaaaaas banget mau musim dingin.

Jadi inget waktu SD pernah ada acara pramuka dan gue nggak paham kenapa pramuka anak SD yang belum akil baligh dibikinin event jurit malam ke kuburan. Gue duduk di barisan paling depan dan dalam hati udah nangis "SEMOGA BUKAN GUE SEMOGA BUKAN GUE" dan kemudian gue yang kepilih.

Pesan moral: jangan pernah secara sengaja atau berpikir untuk menghindari sebuah kondisi karena semuanya bisa senjata makan tuan.

Kembali ke masalah koper, sebenarnya barang bawaan gue juga nggak banyak-banyak amat. Cuma kok rasanya ini koper penuh banget sih? Temen gue ngasih kabar kalau di Seoul bisa minus 3 sampai minus 7. Kadang juga hujan jadi jangan lupa bawa payung. Salju juga udah turun. Berarti emang harus banyak-banyak bawa baju hangat.

Wah masalah nih.

Korean Air cuma ngasih jatah 23 kilo untuk bagasi, 12 kilo untuk bawaan ke kabin. Yang artinya kalo lebih dari 23 kilo lo harus bayar kelebihannya. 1 item adalah USD 100. Anak kambinggggg. Demi menghindari kelebihan beban itu, bener-bener harus dipikirin deh gimana caranya supaya semua baju anget ini bisa masuk dan beratnya kurang dari 23 kilo.

Tapi bentar dulu....

"Gue nggak punya stok baju hangat sama sekali nih!" curhat gue ke salah seorang temen ketika kita mengobrol di suatu malam sekitar 10 hari sebelum keberangkatan.

"Ya beli dulu kalau gitu. Jaket yang lo punya bawa aja. Yang penting ada persediaan."

Gue punya banyak jaket sih. Tapi masalahnya gue nggak tahu, apakah ini jaket diciptakan untuk bertahan di udara minus? Masalahnya gue sama sekali nggak pernah datang ke negara-negara yang sedang mengalami udara dengan suhu di bawah nol derajat. Maklum aja nih anak kampung biasanya nongkrong di Senggigi yang bisa rata-rata 25-30 derajat. Jadi gue nggak kebayang minus atau nol derajat itu sedingin apa.

"Kira-kira pake berapa lapis sih, supaya hangat?" tanya gue ke bos gue di suatu sore.

"Nggak tahu sih," wah ini bos gue bener-bener nggak membantu.

"Iya kan bingung jadinya. Masalahnya, gue nggak kebayang nol derajat tuh kayak apa," kata gue lagi, lalu menggigit bibir(?????). "Kayak apa ya?" tanya gue lagi.

"Yang pasti sih dingin," jawab dia.

Kalau di 'Reply 1988' ini langsung keluar suara kambing.

Mbe.

Mbee.

MBEEEEEEEEEEEEEHEHEHEHEHEHHEHEK.

"Yah mas..... nenek-nenek jompo yang baru ketabrak sepeda ontel juga tahu kalo itu sih ah elah,"

Gue masih nggak kebayang akan sedingin apa. Serius ini kondisi yang sangat membingungkan. Alhasil, gue bawa aja semua baju yang gue pikir akan membantu memberikan rasa hangat yang punya punya. Empat sweater, dua jaket, satu coat hitam yang gue pinjem dari Dito, satu topi musim dingin ala-ala yang gue beli untuk properti foto Natal tahun lalu di kantor, satu bawahan long-john yang katanya memang harus punya kalo nggak mau bagian bawah mati rasa, dan sepasang sarung tangan peninggalan bos gue yang baru-baru ini resign. Yang gue nggak punya adalah syal dan niatnya mau gue ganti pake sarung aja.

Insya Allah cukup.

Insya Allah.
*
*
Pesawat lepas landas sekitar setengah sebelas WIB. Duh... Korean Air ini sebenarnya nyaman. Perpustakaan hiburannya lengkap banget lagu KPop. LOLS Tapi gue dapet pramugari yang jutek banget. Sebel deh. Gue betah nonton sekitar dua jam doang. Sisanya gue tidur sambil dengerin playlist yang gue bikin sendiri (isinya EXO, TTS, f(x), IU).
*
*
Dan ketika mendarat di Incheon, rasanya bener-bener kayak nggak real.

NGGAK REAL SAMA SEKALI.

RON AKHIRNYA KE KOREA.

SETELAH SELAMA INI DIA MENYANGKA ITU SEMUA HANYA KHAYALAN BABU.

AKHIRNYA DIA KE KOREA!

ALHAMDULILLAH SELAMAT NIH MENDARAT DENGAN MULUS WALAUPUN GONCANGANNYA PARAH SIH BIKIN MULES.

Hal pertama yang gue lakukan ketika mendarat di Incheon adalah ngecek suhu udara di luar. Apakah ini baju sudah cukup hangat untuk menembus udara dingin Seoul yang jam 7 pagi kok matahari kayaknya belom keliatan? (Sunrise-nya jam setengah 8????????)

"Tiga derajat."

Nyebutnya enak, ngebayanginnya tetap aja nggak bisa. Udara terdingin yang pernah gue rasakan mungkin berkisar antara 15 sampai 17 derajat.

Positive thinking aja ini atasan lapis tiga sama bawahan lapis jins dan long-john bisa bertahan ya. Nggak punya syal, nggak pake sarung tangan. Bismillahirrohmanirrohim!

Ketika gue dan tim berjalan ke luar pintu kedatangan Incheon menuju parkiran mobil jemputan (di luar sedang hujan) dan pintu otomatisnya kebuka...

Wusshhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...................................................

"YA ALLAH YA TUHAN MAMAK INI KOREA APA KUTUB UTARA BENTAR DULU MANA SARUNG TANGAN MANA SARUNG SOLAT INI DINGIN BANGET ASTAGA INI APA YANG HARUS HAMBA LAKUKAN YA ALLAH TUHAN SEMESTA ALAM."

Buru-buru masuk lagi dan ngeluarin sarung tangan dari dalam tas. Sarung solat gue juga gue keluarin terus gue taruh di leher. Tapi karena malu kampungannya terlalu nampak, akhirnya gue masukin lagi ke tas. Mau nangis tapi juga mau ketawa.

"Wah wah wah... begini toh udara 3 derajat?" kata gue. Pas gue ngomong gitu, gue menyadari satu hal yang baru pertama kali gue alami: MULUT GUE KELUAR ASEP KAYAK DI TV-TV!!!!!!! YA ALLAH KOK KEREN BANGET YA.

Akhirnya sepanjang nunggu mobil jemputan, gue cuma "HAH!""HAH!""HAH!" gitu sambil terpesona melihat asep yang keluar dari mulut sendiri.

Bukan main ternyata lima menit berdiri di depan pintu kedatangan itu menyiksa juga ya di tengah udara dingin kayak gini. Ternyata, baju lapis tiga dan jaket aja enggak cukup. Apa mungkin karena badan gue juga belum menyesuaikan atau gimana entah deh. Yang jelas itu momen pertama kulit gue dan pori-pori serta komedonya merasakan udara 3 derajat.

Langsung bikin LIFE EVENTS di Facebook.

"Pertama kali merasakan udara 3 derajat celcius sepanjang 24 tahun hidup di Bumi."
*
*
Nggak lama kemudian mobil jemputannya dateng dan kamipun berangkat ke hotel.

Omong-omong, gue berangkat dari Indonesia berlima. Semuanya adalah senior gue di dunia jurnalisme. Untuk dua hari pertama, kita akan menginap di Lotte Hotel Seoul. WIHHHH!!!! Ini kan mahal banget ya katanya. Padahal gue juga nggak ngecek sih semahal apa. Tapi pas sampai di hotelnya, keliatan kok ini hotel mahal. Lokasinya aja di tengah-tengah kota begini. Dan beberapa jam setelah mendarat di Incheon dan melewati perjalanan hampir dua jam di jalan menuju Seoul, liputan pertama pun akan segera di mulai. Tujuan pertama kerja hari itu adalah MBC World di Digital Media City.

Mak.... ngantuk........
*

[jangan lupa juga nih add LINE@ KaosKakiBau buat rame-ramein aja hihihi @ecd6150l (di search pake @ jangan lupa)]

Monyong-monyong di Myeongdong

$
0
0

Saya selalu bertanya-tanya kapan saya bisa ke Seoul sejak pertama kali jadi fans KPop. Ketika kesempatan itu datang, saya hanya bisa alay bukan kepalang. Posting-an ini adalah bagian kedua dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, silakan baca dulu bagian pertama di sini.

Gue nggak sempat menikmati bagaimana mewah dan meriahnya Bandara Incheon ketika gue mendarat di Seoul, Minggu (29/11/2015). Beberapa hal yang mendadak terjadi karena gue kelamaan tidur di pesawat jadi penyebabnya.

Pertama, gue belum isi kartu pendatang yang harus diserahkan di imigrasi. Kedua, gue nggak prepare pulpen untuk mengisi kartu itu jadi gue harus minjem pulpen dari Mbak Dian, PR dari Oh!K Channel yang mengundang gue ke Korea. Ketiga, karena minjem pulpen dan mengambil kartu isian pendatang yang baru itu gue harus memulai antre dari belakang lagi, padahal tadi udah kayak hampir maju ke loket imigrasi-nya. Sial aja ketika gue selesai ngisi, semua orang kayaknya baru mendarat dan udah antre aja di sana. Sebel.

Ternyata proses imigrasi di Korea nggak deg-degan kayak di Amerika. Ini pasti nih Amerika karena efek 'My Name Is Khan'. Jadi kan takut kalo tiba-tiba digrebek cuma karena bawa tolak angin. Alhamdulillah Korea kayaknya gwencana sarangiya.

But anyway, sekeluarnya dari pintu kedatangan bandara dengan alay dan ber "HAH!""HAH!" ria seperti anak kampung yang nggak tahu kalau nafasnya ternyata bau, gue akhirnya bisa merasakan udara dingin Seoul yang sebelumnya sama sekali nggak kebayang itu.
*
*
Perjalanan dari Incheon ke Seoul kami tempuh dengan mobil jemputan pribadi yang ternyata ongkosnya bisa mencapai Rp 1,5 juta! Wah gila. Untung Korea Selatan punya sistem subway yang sangat oke banget. Jadi pas gue balik dari Seoul ke Incheon seminggu kemudian, gue cuma butuh bayar (sekitar) KRW 5000 sampai KRW 7000 aja dengan subway (dengan T-Money).

Gue,  dan tim dari Indonesia (Mas Aryo, Mbak Dian, Mbak Swita dan Mbak Dinda) memutuskan untuk langsung antre sarapan setibanya kami di hotel. Yes. Antre. Kami bisa dibilang sangat beruntung hari itu, karena disaat yang lain (maksudnya jurnalis selain dari Indonesia) nggak dapat voucher sarapan, kita malah dapet. Mungkin keselip kali nggak tahu deh.

Ketika lo dalam perjalanan dinas dan gratisan lalu dikasi tinggal di tempat sekelas Lotte Hotel Seoul, lo kayaknya nggak bakalan ngarep lagi deh dapet tempat yang lebih bagus. Hotel ini bener-bener terbaik! Nggak heran kenapa mahal banget semalam di sini.

Lotte Hotel Seoul terintegrasi dengan pusat perbelanjaan Lotte yang ada di sebelahnya dan bisa diakses langsung dari lower ground lobby hotel. Parahnya lagi, PARAHNYA LAGI, dari lobby hotel juga bisa langsung ke stasiun subway.

Wah sakit kepala. Coba kamar kosan gue bisa langsung nembus stasiun Sudirman. Kan lumayan bisa jualan cangcimen.
*
*

Kita semua sama-sama yang bengong waktu berdiri di lobby dan ngeliat petunjuk jalan menuju subway dan pusat perbelanjaan ada di sana dan nggak perlu keluar hotel lagi. "Wah udah sinting nih hotel!" kata gue. Yang nggak pernah tinggal di hotel yang kayak gitu sebelumnya. Faktanya, gue baru nginep di hotel mewah tiga kali aja sepanjang usia hidup. Ya gimana nggak bilang ini sinting.
*
*
Ada dua restauran yang bisa dipilih untuk sarapan. Yang satu adalah restauran bergaya Eropa, yang satu lagi bergaya Amerika. Gue lupa kenapa kita akhirnya nggak milih makan di tempat yang bergaya Eropa. Mungkin karena yang di Amerika makannya buffet kali ya. Jadi bisa puas ambil apapun yang kita mau. Walaupun sebenarnya ragu-ragu juga buat makan. Takut ada babinya.

Oh iya, gue lupa bilang kalau Lotte Hotel yang gue tinggalin ini adalah yang cabang deket Myeongdong. Lobby-nya keren banget sih kalo menurut gue. Tipikal hotel, pencahayaannya kuning hangat gitu. Di sebelah kiri kalo lurus dikit dari restauran ada store MCM bag yang bikin nangis karena mahalnya. Untung nggak ada standee EXO di situ. Kalo ada mungkin harga diri gue bisa jatuh di hari pertama bahkan sebelum sempat merasakan empuknya kasur kamar gue di lantai 10.

Sementara restauran Amerika yang kami tuju ada di ujung lorong di kanan (dari pintu masuk). Dan ketika sudah sampai di depan restauran ternyata antrean udah panjang. Waduh baru kali ini mau sarapan aja harus antre kayak antre nyoblos pemilu.

Kita harus buru-buru sarapan karena sekitar jam 11 siang akan ada acara ramah-tamah dengan pihak Oh!K Channel sebagai pihak yang undang, dan juga para wartawan lainnya. Masih nggak tahu di mana, tapi yang jelas untuk makan dan siap-siap hanya tersedia waktu sekitar dua setengah jam. Itu sudah termasuk gosip dan nge-ghibah.

Restauran yang Amerika bagus sih, seperti halnya hotel-hotel mewah. Karena buffet, makanan tersebar di hampir semua sudut. Mulai dari sup sampai steak. Dari omelette sampai kentang tumbuk. Makanan-makanan laut juga ada. Berbagai macam jus pun tersedia. Karena gue pikir kita akan makan siang lagi dan pasti makanannya berat, makanya gue memilih untuk ngemil aja pagi itu. Gue cuma makan beberapa potong kue sama minum teh hangat aja.

Biar kesannya ganteng gitu. Padahal gue tahu banget, efek makan makanan dari tepung dan susu pagi-pagi pasti mules. Sesuai ekspektasi.
*
A photo posted by RON (@ronzstagram) on

*
Setelah selesai makan, masing-masing dari kita berangkat ke kamar. Oke, kamar gue di lantai 10 dan koper sudah diangkut semua oleh bellboy ke sana. Gue dulu pernah punya cita-cita jadi bellboy. Menurut gue ini adalah salah satu pekerjaan paling menyenangkan yang pernah ada di muka bumi. Seru aja gitu pake baju yang rapi, sisiran klimis, celana ngepas gitu biar keliatan tegap, muka senyum setiap saat kayak model pasta gigi, terus geret-geret troli koper ke mana-mana. Sayangnya tinggi badan gue nggak cukup buat jadi bellboy. DUNIA PENUH DISKRIMINASI!

Nah, untung aja nih Lotte Hotel Seoul pintu masuk kamarnya nggak ribet kayak pas di Four Points by Sheraton Midway di New York. Kalau pas itu gue harus menghabiskan kayak hampir dua puluh menit buat buka pintu doang saking kampungannya dan nggak tahu harus ngapain. Kalau yang di Lotte Hotel Seoul, tinggal tap doang langsung kebuka.

Dan sekarang,

deg-degan,

Selalu kalau gue mau masuk kamar hotel, gue pasti deg-degan. Gue paling suka ngeliat bagaimana kamar hotel itu sangat rapi ketika gue belum masuk (karena pastinya pas gue udah masuk dan berkelana dari ujung ke ujung akan jadi sangat berantakan). Pas gue buka pintu,

"Assalamualaikum~"

lalu masuk dan WAHHHHH SENENG BANGET KAMARNYA ADA KACA BUAT LANGSUNG NGELIAT KE LUAR!!!!!! Dan betapa bahagianya gue ngeliat kasur sampai-sampai gue naik dan guling-guling di sana selama beberapa kali sebelum akhirnya sadar kalau gue tidak punya waktu lama buat adegan memalukan yang semoga nggak direkam CCTV ini dan harus kembali ke jalan yang benar.
*
*
Gue bangkit dari kasur dan berjalan ke kaca besar yang langsung mengarah ke jalan raya. Sekarang gue lagi di lantai 10, harusnya pemandangan dari atas bakalan bagus. Tapi pas gue liat.... "Lah ini kok gue kayak lagi ada di Slipi...."

Gagal.

Di sebelah kiri, jauh di seberang jalan sana, ada layar LED gede banget di atas gedung buat iklan. Ah biasa aja. Tapi pas gue lirik ke sebelah kanan, ada layar lain yang juga buat iklan. Tapi di layar itu yang ditayangin cuma satu. Dan disitulah gue merasa jodoh gue sudah gue temukan: IU.

Ya... itu layar iklan yang di sebelah kanan nge-loop iklannya IU terus.

Tapi iklan Soju.

IU belum apa-apa udah ngajak mabok-mabokan.

Apa dia nggak tahu minuman keras itu haram karena eh karena itu bisikan setan. Duh kenapa sih semua yang asik-asik itu diharamkan. Kenapa semua yang enak-enak itu yang dilarang. Ya kenapa jadi nyanyi Rhoma Irama.
*
 *
Waktu singkat yang tersita karena guling-guling dan berkhayal liar bahwa tidur malam ini akan ditemani oleh LED bergambar IU itu gue manfaatkan dengan bongkar-bongkar lemari kamar hotelnya. Seperti biasa ada teh dan teko buat masak air. Ada air mineral juga dua botol. Di lemarinya ada berbagai jenis gantungan baju dan juga jubah mandi.

EH! KAMAR MANDI BELUM DI CEK!

Lokasi lain yang sangat penting buat sebuah kamar hotel adalah kamar mandinya. Gue berharap sih ada kloset jongkok aja. Karena lo harus baca di sini bagaimana perjuangan gue buat boker di New York untuk pertama kalinya dalam hidup gue. Tapi yah, ngarepin kloset jongkok di hotel mewah mah sama aja kayak ngarepin Taeyeon sama Baekhyun go public untuk kedua kalinya setelah mengumumkan mereka putus.

Pas gue masuk, toiletnya duduk. Nggak sekedar duduk. Ini duduk yang ribet banget banyak tombolnya. Lah ini kloset apa Nokia 3315.
*
*
Sementara bagian lain dari kamar mandi itu biasa aja. Tetep yang juara buat gue adalah kamar mandi Crown Plaza Hotel Changi Airport. GILAK ITU HOTEL MAHAL KAMARNYA BAGUS BANGET DAN KAMAR MANDINYA BAHKAN BISA BUAT TIDURAN JUGA DENGAN MENYENANGKAN. APALAGI DI BATHTUB BERDUA SAMA PASANGAN WAH SERU YA TAPI BELOM HALAL GABOLEH YA HM.

Setelah ganti baju dan siap-siap buat makan siang, gue turun ke lobby dan di sana sudah banyak orang yang menunggu. Kita siap berangkat.

"Makannya di mana?" tanya gue ke mbak Swita, yang sejak awal kita tahu kalau kita mau ke Seoul, udah heboh duluan di WhatsApp padahal kita sama sekali belom kenal secara langsung. Pas ketemu udah aja heboh kayak teman SMP baru ketemu lagi setelah terpisah ruang dan waktu.

"Myeongdong." kata dia.

Wah pas banget. Karena di itinerary yang gue buat, pas sampe di hotel gue harusnya memang ke Myeongdong atau ke Cheonggyecheon. Karena makan siangnya di Myeongdong, yaudah sekalian aja kan mencoret apa yang ada di itinerary.

Gue punya satu temen orang Korea sekaligus guru bahasa Korea gue dulu pas masih jadi anggota Hangugo Dongari di UI. Namanya Sun Hyeonjee. Secara kebetulan, dia kerja di Lotte Department Store yang letaknya persis di sebelah hotel tempat gue tinggal ini. Tapi karena dia kerja dan gue juga lagi dalam kunjungan kerja, rasanya mustahil buat kita untuk ketemu. Tapi gue sempat chat sama dia di Facebook sebelum gue berangkat dan dia juga yang ngasih tahu ke gue kalo ternyata Myeongdong itu deket banget sama hotel.

Dan gue baru tahu kalo emang sedeket itu.
*
*
Keluar dari hotel ke kanan terus ke kanan lagi dan masuk ke underground area. Tempat shopping juga dan pas banget baru buka pintu, langsung disambut sama toko KPop yang bikin mata gue berbinar-binar.

"Gak, Ron. Baru juga sampe. Nanti-nanti aja belanjanya," kata gue dalam hati. Sementara itu poster, photocard dan bantal EXO kayaknya udah manggil-manggil minta disentuh. Tapi gue sudah memasukkan Hottracks di itinerary gue hari terakhir untuk beli CD. Dan memang sebaiknya jangan beli CD di toko CD di Myeongdong Underground, karena terlihat tidak meyakinkan aja. Bukan masalah bajakan, tapi takutnya nggak kehitung di chart atau gimana. Kalau memang lo peduli. Kalo nggak, yaudah cuek aja sih.

Tapi karena memang gue juga baru dateng, jadi gue nggak mau beli macem-macem dulu. Gue cuma bawa duit secukupnya untuk jaga-jaga. Sementara jadwal makan siang ini juga dibayarin kan, jadi yaudah bisa sekalian hemat.

Jalan terus di underground area di Myeongdong, kita keluar pintu di ujung dan belok kanan naik tangga. Wah angin dinginnya bener-bener nih jangnan aniya banget pokoknya. Nae yang pertama kali nih ke Hanguk berasa orang kampung chorom. Gue hari itu belum punya syal, jadi gue hanya mengandalkan kerah coat hitam yang gue pinjem dari Dito aja. Sarungnya gue simpen di tas. Sementara kepala gue terbuka dengan indahnya dan membuat kuping gue dingin. SALAH TINGKAH BANGET ANJIR INI GUE HARUS APA.

Tapi gue berusaha menghangatkan diri dengan tertawa.

Keluar dari kawasan underground, area belanja Myeongdong langsung menyambut. Siang-siang gitu juga lokasi ini rame banget. Dan dari kejauhan, samar-samar terdengar suara musik yang sudah akrab di telinga. Lagu salah satu grup KPop pokoknya gue lupa, tapi pas itu gue inget banget gue reflek nyanyi aja pas keluar dari underground.
*
*
Pengalaman pertama di Myeongdong bener-bener awkward. Buat gue, ini adalah adegan paling lucu dan geli sepanjang gue ada di Korea (selain secara nggak sengaja gue lewat lokasi syuting-nya 'Lightsaber' di Itaewon--yang akan gue ceritakan di bagian lain dari pengalaman pertama gue ke Korea).

Lucunya bukan karena lo ketemu sama gag man atau apa. Tapi lucunya karena kemanapun lo pergi, kemanapun lo belok, lo akan diliatin sama semua orang yang selama ini lo liat mukanya di depan laptop.

Baru keluar dari underground area, di bagian atas ada banner album debut iKON gede banget. Bukan bias sih, jadi nggak ketawa. Lirik ke kiri dikit ada muka Taeyeon. PFFFTTTTT YA ALLAH. Lirik ke kanan tiba-tiba ketemu Kim Soo Hyun. PFFFFTTTTTT BAEK SEUNG CHAN ANYEONG! Gue nggak bisa nahan ketawa sampai-sampai ditanya sama jurnalis lain, "Whats wrong?"

Gue masih aja ketawa.

"I don't know but I feel awkward."

"Why?"

"Because everyone in the banners and standees, they're just like looking straight at me." LO AJA YANG KEPEDEAN NYET. "Because usually, I watch them on laptop and computer in drama or MV and now they're just staring at me like a freak," kata gue lalu ngakak.

Entah guenya aja yang udah sengklek atau emang kenyataannya seperti itu. Tapi semua banner artis-artis yang ada di situ bener-bener bikin ngakak.

Gimana sih rasanya nih lo selama ini cuma bisa liat mereka di balik layar dan kemudian lo datang ke negara asal mereka dan malah dipertemukan dengan benda-benda matinya alih-alih yang asli.

"Jangan sampai nih gue abis ini ketemu banner Byun Baek-----ALLAHU AKBAR WKWKAKWAKWAKWAKWKAWKAKWAKWAKWAKA," ketawa gue pecah. Beneran pecah kayak "RON LO NGAPAIN SIH ASTAGFIRULLAH ALAY BANGET!" tapi gue nggak bisa nahan ketawa pas gue lewat salah satu store Nature Republic dan gue liat ada standee Baekhyun di sana senyum megang label diskon 50%.

Ya Allah ternyata mereka semurah ini.
*
*
Sepanjang perjalanan ke lokasi makan itu gue cuma fokus sama muka-muka para artis yang ada di sana. Kim Woo Bin, Lee Jong Suk, Yeo Jin Goo, Gong Hyo Jin, Taeyeon, SHINee, EXO, semuanya bikin ngakak. Enggak tahu pokoknya ngakak aja. Kayaknya setiap kali liat standee EXO, pengen disentil. Pengen dipatahin lehernya terus disambungin lagi, terus dipatahin lagi, begitu seterusnya sampai Suho pacaran sama Irene. Saking gemesnya.

"Gimana kalo lo ketemu sama orangnya beneran deh Ron," kata gue dalam hati lagi.

"Wah Ron, gila lo, pasti pipis di celana deh kalo lo ketemu sama orangnya yang asli ya," jawab kepribadian gue yang lain.

Pipis di celana ya? Hmm... Gue ada cerita lain soal itu tapi nanti aja deh.

Kita makan di salah satu restauran daging yang kayaknya terkenal banget di situ. Aduh... ini sebenarnya agak was-was juga kalo mau makan daging. Walaupun sudah dikasih tahu itu sapi, tapi kalo misalnya pisau atau alat masaknya bekas babi kan juga ya sama aja. Tapi... Kalo nggak makan...... nanti dikira nggak sopan....

"Ya Allah, kalau ini memang berdosa, maka ceburkanlah aku ke Sungai Han untuk penebusnya,"

Kemudian Ron makan daging kayak orang nggak pernah makan daging sebelumnya.

Kalbi itu...........................................................................rasanya kayak ciuman sama.......................................................daging paling enak di dunia.........................................
*
*
Obrolan santai yang terjadi di ruangan hangat di restauran itu lebih banyak soal kerjaan. Ada beberapa yang cerita soal ketidaksukaan mereka sama drama Korea karena ceritanya yang monoton, ada juga yang ngaku bahwa mereka sama sekali nggak ngerti sama drama Korea sama sekali. Ada yang bilang dirinya nggak tahu KPop tapi pas ditanya member SNSD mereka hapal. Yah macem-macemlah pokoknya.

Sementara gue,

"Well, I actually know everything. You can ask me and I can give you the answer. Like I can tell you the name of every celebrities on the store banner and standee outside,"

Gue se-freak itu di antara orang-orang normal ini.

Tapi gue bahagia karena ke-freak-an gue itu akan berguna selama beberapa hari, setidaknya.

+++

Dari buku dan artikel internet yang gue baca, Myeongdong adalah salah satu tempat belanja yang emang paling hits di Seoul. Tapi katanya, kalo dibandingkan dengan Namdaemun atau Dongdaemun, agak lebih mahal. Ah... tapi gue nggak bisa ngeliat bedanya. Pertama karena gue belum ke Namdaemun dan Dongdaemun, jadi harga yang gue liat hanya harga Myeongdong. Kedua karena gue emang ke Korea Selatan bukan buat belanja-belanja. Jadi bodo amat sama perbedaan harga. Ujung-ujungnya paling cuma belanja oleh-oleh doang.

Banyak brand terkenal juga yang ada di Myeongdong. Brand yang sebenarnya klo lo jalan ke mall-mall di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, juga ada. Tapi mungkin harganya beda ya, nggak tahu deh. Sekali lagi, gue ke sini bukan buat belanja.

Yang menurut gue seru dari Myeongdong adalah keramaiannya. Orang-orang yang lo temui juga sangat memanjakan mata. Bukan karena mereka pake baju seksi atau gimana. Tapi pakaian-pakaian mereka bener-bener stylish dan bikin lo jadi kayak pengen banget gitu loh berpakaian seperti orang-orang ini. Kayaknya apa-apa keliatan keren aja gitu.

Tapi kalo lo pake coat di Jakarta mah dikira sinting.
*
*
Ngeliatin muka-muka familiar juga jadi salah satu hal bodoh yang bisa lo lakukan di Myeongdong. Kayak gue misalnya motoin banner dan standee artis-artis yang ada di sana tanpa tujuan yang jelas. Ketawa pas berkali-kali ngelewatin store Nature Republic karena otomatis lo akan ngeliat tampang-tampang member EXO ada di sana.

Suatu malam gue ke Myeongdong lagi dan di salah satu store Nature Republik yang besar (kayaknya paling besar di sana, lokasinya agak tengah) puter EXO di album 'EXODUS' sealbum. Gue berdiri di sana lamaan dikit aja udah nggak bisa kontrol. Bawaannya pengen karokean.

"Wait, I know this song!" kata gue ke Lainey, salah satu jurnalis dari Malaysia.

"Really?"

"Yes. This one is EXO's song." kata gue. "But actually, Nature Republic dari tadi kayaknya muter lagu EXO semua sih. EXO kan brand ambassador mereka," kata gue. Lainey sendiri kayaknya nggak peduli.

Lo pasti pernah kan nih, random lagi ada di tempat makan, terus tiba-tiba musiknya ke-play KPop lalu lo sama temen-temen lo heboh? Ya begitulah yang terjadi. Karena di Jakarta, KPop tuh bukanlah lagu-lagu yang bisa lo dengerin di tempat-tempat umum seperti angkot misalnya, jadi ketika ada yang puter KPop di tempat-tempat tertentu lo pasti nggak bisa nahan diri buat nggak nyanyi atau sekedar bersenandung.

Lah lalu apa kabar Myeongdong yang dari ujung sampai ujung muter KPop semua? Makanya gue jadi nggak kontrol sama sekali setiap ada lagu langsung "LOH LAGU INI HAHAHAHA!""EH KOK YANG INI YANG DIPUTER WKWKWKK!""EH GUE TAHU NIH YANG INI KIWKIWKIWKIW!""ASTAGA YANG INI KESUKAAN GUE HWHWHWHWHHW!" sementara yang lain sama sekali nggak peduli kayaknya.
*
*
Maafin.

Tapi nggak ada sih, momen yang paling bikin ketawa lebar ketika lo lagi jalan di Myeongdong terus secara random mbak-mbak Nature Republic-nya meletakkan standee Sehun dan Luhan bersebelahan. Mbak-mbak ini bener-bener tahu gimana bikin baper dunia akhirat. Mana diskon lagi 50% masing-masing.
*
*
Selain keramaiannya yang bener-bener menyenangkan, Myeongdong juga punya toko-toko kosmetik yang eksteriornya lucu banget. Toko-toko sepatu sama bajunya sih mahal gila. Mungkin kalo gue kentut duit baru deh gue akan balik ke sini dan belanja banyak. Jadi selama kere, mending gausah ngarep buat beli macem-macem.

Gue memutuskan untuk beli syal sama topi anti-dingin di penjual yang ada di pinggir jalan di Myeongdong, alih-alih di toko. Walaupun sebenarnya kalo lo jeli lo bisa nemu harga yang murah di toko karena banyak diskon, tapi gue tipikal orang yang cari simpelnya aja. Syal abu-abu (YANG BANYAK DIKATA SARUNG SAMA ORANG-ORANG PLEASE ITU SYAL YA GENGS) gue beli dengan harga KRW 10 ribu (rata-rata harganya segituan). Sementara topi anti-dingin bulu-bulu yang kata mbak Dinda membuat gue terlihat seperti orang Tibet harganya KRW 8000 di toko souvenir dan itu udah diobral dan tinggal satu-satunya.
*
*
Myeongdong juga punya banyak jualan pinggir jalan yang lucu-lucu, kayak kaos kaki (nggak bau) bergambar muka-muka karakter lucu. Sampai street food yang bakalan bikin superkenyang banget kalo dibeli dari sudut satu ke sudut yang lain.

Di hari yang berbeda dari makan siang bareng tim Oh!K Channel, gue mencoba salah satu makanan pinggir jalan yang kayaknya enak. Banyak pilihan dan gue makan yang sweet potato karena gue suka banget. Di sanalah gue menemukan bahwa BARBEQUE SAUCE di Korea itu punya nama lain: FUCK YOU SAUCE.

Masya Allah. Aku merasa ternoda.
*
*
Ada banyak juga cafe di Myeongdong yang lucu buat dicobain. Apalagi kalo masuk ke gang-gang kecil di antara satu toko dan toko yang lain. Walaupun gue hanya bisa nyobain Dunkin Donut aja yang notabene-nya di Jakarta juga banyak, tapi gue puas banget sih. Seharian jalan-jalan di Myeongdong menyenangkan. Tapi juga bikin pusing dan makan hati kalo nggak punya uang. Tapi nggak perlu takut kelaperan karena makanan banyak banget. Dari yang babi sampai yang nggak babi ada di sini.

Banyak pedagang di Myeongdong juga bisa Bahasa Inggris jadi nggak perlu khawatir. Walaupun sih nggak sebagus kalian-kalian yang udah S2 atau S3 dan sedang baca blog gue ini (WKWKWKWK). Tapi lumayanlah daripada nggak ada sama sekali yang ngerti lo ngomong apa.

Selain syal, topi Tibet, street food dan masker Nature Republik Buy 10 Get 10, di Myeongdong gue juga menyempatkan beli Olleh WiFi voucher. Gue tahu zaman sekarang ini yang namanya update di media sosial adalah hal yang paling penting. Jadi lo kemana-mana di Korea juga pasti butuh WiFi. Walaupun ada banyak WiFi gratis di taman-taman (katanya), tapi ya, namanya gratis, gak bisa protes. WiFi Olleh adalah pilihan yang sangat murah dan menyenangkan kalo gue pikir.

Jaringan Olleh sangat kuat di Seoul. Terutama di subway WKWKWKWK Di spot-spot terkenal dan lokasi kayak Mall gitu juga jaringan kuat banget. Bahkan ketika gue ke Gangneung, ke rumah kelahiran Shin Saimdang (yang akan gue ceritakan di part selanjutnya) gue masih dapet sinyal WiFi juga.

Olleh WiFi voucher ini harganya murah. Yang paket satu hari sepuasnya cuma KRW 3300 sementara yang paket empat hari full sepuasnya KRW 9900. Gue beli yang empat hari karena YES PULSA DITANGGUNG SAMA KANTOR YES YES. Dan memang sangat berguna sekali. Kalo lo nggak mampu nyewa Olleh Egg yang harus ngasih uang jaminan KRW 100,000 selama lo tinggal di Korea, yaudah beli yang murah aja.

Olleh WiFi voucher ini ada di Seven Eleven yang akan dengan mudah lo temui di setiap sudut jalan. Atau G25 juga. Atau toko kelontong lain deh pokoknya pasti ada. Kalo lo ke Myeongdong, yang jaga Sevel-nya ngerti bahasa Inggris jadi ngomongnya juga enak. Walaupun ya..... "Olleh WiFi, one ya, four days," ya kayak gitu. Ngertilah.

Nah perjalanan kedua setelah makan siang adalah ke MBC World di Digital Media City. WK. Seharusnya part ini gue ceritain yang itu, tapi kenapa gue malah ngalor ngidul monyong-monyong ngakak di Myeongdong dah. Yaudah, tunggu part selanjutnya aja. HAHAHAHAHAHAHA
*
[jangan lupa juga nih add LINE@ KaosKakiBau buat rame-ramein aja hihihi @ecd6150l (di search pake @ jangan lupa)]

Sesi Foto Alay di MBC World

$
0
0
Posting-an ini adalah bagian ketiga dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, silakan baca cerita sebelumnya di sini.

Rasa empuk dan juicy-nya daging yang gue makan di Myeongdong hari itu bener-bener nempel di lidah. Bahkan masih terasa ketika tim Oh!K Channel dan para jurnalis move on dari tempat makan ke hotel. Di luar agak gerimis, tapi karena gue suka hujan, kalau gerimis biasanya gue akan menikmati setiap tetesan air hujannya dengan berlebihan. Nggak sampai nari-nari kok, emangnya film India. Cuma kalo gerimis tuh kesannya romantis gitu. Berasa dicipok.

Dicipok air hujan.

Keluar dari tempat makan, gue kembali harus berhadapan dengan para member EXO yang berdiri kaku di depan kios Nature Republik. Sepanjang perjalanan balik ke hotel, gue bener-bener berusaha menahan ketawa dan berusaha tidak memperhatikan wajah-wajah familiar itu. Berjalan dengan gaya belagak kayak model catwalk di jalanan Myeongdong yang makin siang ternyata makin rame. Bahkan setelah berminggu-minggu, gue masih bisa inget dengan jelas suasananya. Ah! Bikin kangen!

Ada banyak sekali toko-toko kecil yang menjual souvenir dan barang-barang lucu di sekitar tempat kita makan tadi. Banyak juga yang menarik perhatian. Gue melihat salah satu toko menjual kaos kaki bergambar lucu yang pernah dijadikan oleh-oleh sama salah satu temen gue. Pengen mampir, tapi sekali lagi karena ini baru hari pertama, jadi kayaknya harus ditahan dulu keinginan untuk belanja-belanjanya.

Gue bukan orang yang suka shopping. Tapi kalau udah belanja, bisa kalap. Kacau sih. Mental bapak-bapak rumah tangga.

#AH

Kalo sudah berhadapan dengan belanja, gue memang selalu men-sugesti diri gue "ENGGAK RON, ELO NGGAK SUKA SHOPPING! UDAHLAH GAUSAH SOK KAYAK IBU-IBU ARISAN!"

Padahal kalo buka Lazada nggak ada niat beli vacuum cleaner malam dibeli. Berasa tinggal di istana dan duit tinggal metik di kebon belakang rumah.

Menembus gerimis di Myeongdong yang menyenangkan walaupun dingin, sekitar jam satu kita sampai lagi di Lotte Hotel Seoul. Di sana sudah ada bus yang nungguin kita buat berangkat ke daerah Sangam-dong. Seinget gue di jadwal liputan yang dikasi Mbak Dian ketika kita belom berangkat, hari ini harusnya kita ke MBC World. Jadi yang ada di kepala gue semuanya adalah MBC World. Tanpa gue tahu kalau ternyata MBC World ini ada di kawasan DMC (Digital Media City).
*
*
"Lho? Kok bisa pas?!"

Jadi gini ceritanya...

Waktu sibuk bikin itinerary, DMC muncul beberapa kali di blog-blog yang nulis soal jalan-jalan bertema K-Entertainment di Korea. Kebetulan juga lokasinya bener-bener terjangkau dari Lotte Hotel Seoul. Jadi gue langsung memasukkan tujuan ini ke daftar kunjungan gue. Tapi bukan prioritas. Kayak semacem kalo sempat yaudah, kalo nggak ya nggak apa-apa. Soalnya gue berusaha untuk meyakinkan diri gue bahwa Seoul itu nggak cuma KPop.

"Ya sayang aja gitu kalo misalnya ke sana cuma dateng buat antre M! Countdown yang bisa seharian, cuma buat nongkrong di depan KBS yang bisa seharian. Buang-buang waktu, padahal kan sebenarnya bisa jalan-jalan ke lokasi-lokasi lain dan hunting foto buat Instagram," kata gue kepada diri gue sendiri.

Kalimat terakhir sebenarnya adalah inti dari segalanya. Semuanya demi Instagram. Hahahahahahahahahahahaha.

Karena memang DMC bukan tujuan prioritas saat itu, jadi gue nggak kepikiran lagi deh tuh, urgensi untuk mengunjungi kawasan ini. Bersyukur ternyata ini jadi salah satu tujuan liputan di hari pertama setelah mendarat di Seoul.

Nah, dari info yang gue baca di internet, katanya DMC ini semacem pusat dari Korean Wave. Semacem 'Mekah'-nya Hallyu gitu deh kalo kata internet sih.

"Wah berarti emang ini lokasi keren banget dong ya? Pusat dari segala K-Entertainment dong ya? Yang namanya pusat berarti semuanya ada dong ya? Nggak harus yang jalan jauh udah ada semua di situ dong ya?"

Tapi pas gue sampai di sana, ternyata ya..... gitu.......
*
*
Gue sempat ketiduran di bus dan nggak sadar kalau kita sudah sampai di pinggir jalan kawasan DMC. Bus kita berenti di depan, di antara gedung SBS dan Mnet. Tolong koreksi gue kalo misalnya salah, tapi katanya di gedung Mnet yang ada di daerah Sangam-dong ini adalah lokasi syuting M! Countdown juga.

Waktu turun dari bus, gedung SBS-nya terasa familiar karena kayaknya bagian depan gedung ini dipake buat lokasi syuting 'Pinocchio' (walaupun sebenarnya gue agak nggak yakin). Kan di drama itu ceritanya ada dua stasiun televisi yang saingan banget kan dan gedungnya sebelah-sebelahan (apa depan-depanan?). SBS sama MBC juga gitu, gedungnya seberang-seberangan. Kalo di drama SBS jadi SBC terus MBC jadi MBS kalo ngak salah. Makanya pas gue turun bus kok langsung ngerasa itu lokasi familiar banget.

Bagian nggak enaknya dari liputan yang sudah terjadwal sebenarnya karena kita pada akhirnya nggak bisa meluangkan waktu untuk melihat-lihat bagian lain dari tempat itu, selain lokasi liputannya. Karena tujuan utama hari itu adalah MBC World, jadi banyak banget tempat yang ke-sekip. Jadi nggak bisa improvisasi mau ke mana mau ke mana. Kecuali kalo liputan udah kelar (sekitar jam 5 sore) baru deh bisa.

Ini sebenarnya DMC nggak cuma tiga gedung TV itu doang sih. Ada juga tourist attaraction lain yang menarik kalau gue bilang. Kayak misalnya gedung Korean Film Archive itu pasti isinya juga seru, meski tipikal museum ya. Sayang banget nih, waktu ke sana nggak sempat masuk! Padahal lokasi ini juga sempat gue masukin ke itinerary cadangan gue. Huhuhuhu.... Agak aneh juga sebenarnya kenapa kalo di luar negeri kok kayaknya pengen banget masuk museum, padahal di Jakarta ada banyak museum, tapi mau masuk aja males.
*
*
Gue jadi inget pertama kali gue ke museum bagus pas SMA itu di Perth dan kagum banget sama semua isi dan setiap sudut museumnya. Rapi, terang, menyenangkan. Sementara ada satu museum lokal di Mataram yang isinya nggak pernah berubah dan berdebu plus bau kayu busuk.

Walaupun nggak sempat masuk ke Korean Film Archive, tapi sempat moto gedungnya dari luar. Sempat juga foto di deket pohon-pohon sisa musim gugur yang warna daunnya udah berubah jadi oranye-merah dan berguguran di trotoar. Bergaya seperti Kyuhyun di album 'At Gwanghwamun'.

Nggak seberapa jauh dari tempat turun bus tadi, ada plaza yang luas di tengah-tengah kawasan DMC. Nah disitulah akhirnya bisa ngeliat langsung patung raksasa warna bitu muda yang berdiri di depan (ceritanya) cermin dengan frame merah, berpose dengan satu kaki di depan dan satunya lagi di belakang.

Kalau lo cek situs-situs yang menjelaskan soal DMC, pasti deh patung ini ada. Denger-denger juga di lokasi ini sempat jadi lokasi syuting 'Kill Me, Heal Me' dan gue juga baru tau pas fotonya gue posting ke Instagram beberapa minggu lalu. Pas ke sana sih nggak ngeh sama sekali. Patung ini bisa dibilang udah kayak ikon(bukan boyband yang ituuuu bukaaaaaaan) dari kawasan ini pokoknya. Lokasinya persis di tengah-tengah antara gedung Korean Film Archive, MBC Mall sama MBC World.

"Mbak aku mau di foto dong sama abang-abangnya," kata gue ke mbak Swita kemudian buru-buru bergaya seperti patung.

Ya... gue mah orangnya tipikal turis lah. Kalau ngeliat sesuatu yang nggak ada di negara asal pasti akan difoto. Tapi mungkin gue tipikal turis alay yang fotonya bisa berkali-kali padahal objeknya sama aja. Begitulah....

Gue kalo jalan-jalan sendiri paling malu buat selfie. Kesannya emang forever alone banget. Padahal siapa juga yang peduli. Kalo jalan-jalan sendiri, yang jadi prioritas adalah objek-objek yang ada di sekitar gue aja. Foto pemandangannya aja. Kalau foto sendiri di lokasi itu sih nggak wajib. Tapi kalau jalan sama orang, pasti gue akan merepotkan mereka dengan meminta untuk difotoin.

"Mbak, mau difotoin nggak?" biasanya gue akan tanya gitu dulu sebelum akhirnya, "Giliran dong... aku juga mau difotoin...."
*
*
Nah, udah nih, udah sampe di kawasan DMC. Bagaimana perasaannya?

Gue pikir feel-nya bakalan sama kayak Myeongdong. Gue pikir gue akan merasa sangat WAH! banget pas sampai di sini. Tapi ternyata biasa aja. Wah aneh. Kenapa ya? HAHAHAHAH Bahkan ketika gue ngeliat standee Kim Soo Hyun di dekat salah satu kursi taman kayak, "Oh, yaudah..." Gue sendiri agak heran. Mungkin karena efek capek dan kurang tidur jadi nggak terlalu excited. Sebel juga. Kenapa malah ketika sudah di Seoul nggak ada perasaan meletu-letup seperti yang gue harapkan sih? Ada yang salah apa gimana?

Seketika itu gue merasa jadi orang yang paling tidak bersyukur.

Butuh Istigfar.

Nggak jauh dari patung abang-abang penyakit biru, ada Star Street yang berisi plakat-plakat berbentuk bintang berisi cetakan telapak dan tanda tangan artis-artis Korea yang ditanam di sepanjang jalan di dekat MBC World. Kealayan gue mulai membuncah akhirnya. Buru-buru lari-lari cantik mencari nama-nama yang sudah familiar.

"WAH BOA!" jepret.

"WAH YUNHO!" jepret.

"WAH MOON GEUN YOUNG!" jepret.

"WAH YONGHWA!" jepret.

Di salah satu sudut jalan juga ada plakat The Avengers karena ternyata (selain 'Kill Me, Heal Me'), The Avengers yang kedua juga syuting di kawasan ini. Tapi sayang banget sih waktu itu gue nggak sempat dapet fotonya, soalnya terlalu fokus nyariin plakat bintang-nya EXO yang kayaknya emang nggak ada? Soalnya nggak nemu? Atau gue aja yang nggak mencari dengan teliti.

Ya abis banyak banget! Yang terakhir gue temukan adalah Seo In Guk. Sayang Park Bo Geum nggak ada. OTP!!!!!
*
*
Karena ini liputan, masuk MBC World-nya pun jadi gratis. Normalnya untuk dewasa harus bayar KRW 18.000. Kalau dijadiin Rupiah mungkin sekitar Rp 210 ribuan. Lokasi ini sebenarnya sangat segmented. Kenapa? Soalnya seperti namanya, MBC World. Sudah pasti isinya adalah segala sesuatu soal MBC. Sejatinya (YA ALLAH BAHASA GUE) MBC World adalah pameran acara-acara yang pernah dan juga sedang tayang di stasiun televisi itu. Nah, ada tiga Zona di MBC World ini, Zona M, Zona B dan Zona C.

Masing-masing Zona punya atraksi masing-masing. Misalnya di Zona B banyak booth-booth variety show mulai dari 'We Got Married', 'King of Masked Singer', 'I Live Alone' sama 'My Little Television'. Buat gue, yang jarang banget nonton Variety Show MBC misalnya, mungkin nggak terlalu menikmati ada di zona ini. To be honest booth-nya juga biasa aja. Nggak ada yang istimewa sampai bikin jaw drop gitu. Kayak cuma masuk, duduk, foto, terus fotonya dicetak (bayar lagi). Udah gitu aja.

Cuma, kalau misalnya lo fans YG Entertainment, bisa jadi justru lo akan menikmati ada di sini. MBC sama YG kayaknya joinan buat bikin tempat ini. Soalnya, masuk ke sini isinya 2NE1 sama Bigbang semuaaaaaa. OTIDAAAAAAAAAAAK!!!!! BUKAN BIAAAAASSSSS!!!!! Mungkin itu juga yang bikin gue kurang bisa nyambung sama lokasinya yang menyebabkan semangat gue pun jadi turun. Makanya gue bilang MBC World ini segmented banget. Kalo fans YG yang masuk mungkin akan berbahagia dan senang. Soalnya banyak booth yang menawarkan foto bareng (secara digital) bersama member 2NE1 dan Bigbang.

Kayak di booth 'We Got Married', lo masuk, scan barcode, duduk, terus nanti tiba-tiba G-Dragon muncul dan tidur di pangkuan lo. Pas dicetak hasilnya bagus kayak asli! Tapi harus bayar lagi berapa Won gitu.

Kalau lo bukan fans YG kayak gue, ya berarti lo cuma bisa menikmati booth-booth lain yang menawarkan lokasi foto-foto lucu. Kayak misalnya booth 'I Live Alone' nih, ada booth foto sama Kangnam yang lagi tiduran sambil nyengir di kasur, di sebelahnya kosong dan lo bisa berdiri (tapi pas difoto pura-puranya kayak sedang tiduran) gitu. Seru dan lucu buat Instagram. Walaupun aneh juga kenapa gue jadi tidur sama Kangnam. Padahal kenalan juga belom.

KRW 18 ribu cuma buat foto sama Kangnam? HAHAHAHHAHAHAHAHA EH TAPI BELOM KELAR!
*
*
Kalo misalnya lo bosan di Zona B, masih ada Zona M sama Zona C.

"Ya, sekarang gini aja, kalo emang tempatnya membosankan, harus cari cara supaya bisa dinikmati aja deh. Udah gratisan nih soalnya, Ron," kata gue dalam hati.

Masuk di Zona M, lo akan disambut dengan catatan sejarah terbentuknya MBC dari jaman jebot sampai masa kini. Tertarik? HHAHAHAHAHAHAH Kalo nggak, yaudah sekip. Jalan lagi ke bagian lain di zona itu. Lebih dalam lagi ada banyak etalase yang memamerkan penghargaan-penghargaan sampai aksesori-aksesori pada bintang yang namanya besar berkat MBC.

Sebagai orang yang besar nonton RCTI, gue nggak ngerti itu siapa. Gue nggak tahu itu baju punya siapa, pin punya siapa. Karena gue juga tahu MBC kayak baru lima sampai enam tahun terakhir. Jadi kurang bisa ngena' sama gue. Ini kalo misalnya RCTI bisa bikin museum kayak gini mungkin gue kalo masuk akan, "OH! INI BAJUNYA SI DOEL ANAK SEKOLAHAN PAS LAGI NARIK OPLET!" atau "OH! INI KAN YANG WAKTU PANJI MANUSIA MILLENIUM!" Akan lebih menyenangkan kalo orang Korea yang masuk sini kayaknya.

Ada deretan DVD-DVD drama Korea lama sampai Variety Show kayak 'I Am A Singer' dipajang juga di salah satu etalase. Nggak jauh dari sana ada lagi wall of fame yang isinya potongan adegan drama jadul yang populer di MBC yang sayangnya gue cuma bisa ngenalin 'Jewel In The Palace' doang.

Masuk agak ke dalam lagi, ada etalase lain yang isinya cetakan sebagian wajah sampai leher dri para penyiar radio MBC legendaris. Ini adalah cara MBC untuk mengapresiasi para penyiar radio mereka atas jasa-jasa mereka mengudara selama bertahun-tahun. Diabadikan dan dipajang di sana sebagai sebuah penghargaan. Bagian ini sih gue yang "WOW! Sebegininya!" karena di tempat kita kan kayaknya nggak ada.

(Padahal patung Sudirman di Jalan Sudirman segede gitu nggak pernah juga lo WOW-in Ron)

(HEDEH)
*
*
Nggak jauh dari situ, ada hologram theater tempat kita bisa nonton konser hologram KPop. Sayangnya cuma ada 2NE1, Bigbang sama Psy. HAHAHAHAHAHHA ADOOOOH BUKAN BIAS.

Gue bukan fans 2NE1, tapi gue tahu banyak lagu mereka dan menikmatinya (lebih menikmati 2NE1 daripada lagu-lagu Bigbang). Jadi ketika masuk ke sana dan dikasi nonton konser hologram 2NE1, ya gue bisa enjoy nyanyi-nyanyi sementara jurnalis lain kayak superroaming banget.

Itu pertama kalinya gue nonton konser hologram by the way. Ternyata memang keren dan epik banget. Efek visual yang ditampilkannya bener-bener kualitas tinggi. Bahkan artisnya terlihat lebih cantik dari aslinya. Lebih mulus dan lebih sempurna. Perubahan adegan demi adegannya mulus banget. Dan beneran, hologramnya memang terasa nyata. Kayak liat Park Bom beneran, tapi versi lebih boneka Barbie. Oh iya, konsep konser hologram di MBC World ini 'Music Core'. Jadi di bagian depan, masih ada Minho, N sama Yeri yang jadi MC-nya. Nah bagian ini gue bisa teriak deh soalnya kalo SHINee, VIXX sama Red Velvet gue suka.

Kelar nonton konser hologram (sekitar 15 - 20 menit), perjalanan berlanjut ke lokasi selanjutnya. Agak ke dalem lagi, ada macem-macem booth buat seru-seruan. Ada booth foto (lagi-lagi) yang kali ini konsepnya adalah drama Korea-nya MBC. Ada booth yang bikin kita jadi seolah-olah ada di dalam poster drama, di booth lain kita bisa nyobain secara virtual pake kostum yang dipake juga sama pemeran drama sageuk di MBC.

Kalo lo pernah ke Galeri Indonesia Kaya di Mall Grand Indonesia, ada juga nih yang kayak gini. Di situ bisa foto terus nanti secara virtual kita bisa pilih kostum adat dari berbagai Provinsi di Indonesia. Nah bedanya, di MBC World ini lokasinya lebih terang aja jadi hasilnya bener-bener ceraaaaaah meanwhile pas gue foto di Galeri Indonesia Kaya gelap banget dan hasil fotonya ngehek ngets.

Gue pun mencoba untuk foto ala-ala poster 'The Moon That Embraces The Sun'. Untuk yang kostum, gue pilih foto dengan kostum 'Gu Family Book' yang dipake Lee Seung Gi (kalau enggak salah?) Hasilnya lumayan. Walaupun tentu saja wajah gue tidak seganteng Seung Gi atau Kim Soo Hyun. Realistis aja. Apa adanya.
*
*
Dari semua booth yang sudah terlewati, yang paling seru menurut gue Star Stage. Inget gak, dulu pas awal-awal EXO debut, SM juga meresmikan Genie dan Virtual Reality gitu yang kita bisa dance bareng hologram-nya EXO? Ya ini kurang lebih kayak gitu. Bedanya di artis doang. Nggak ada EXO di sini, sayangnya, tapi untung juga bukan artis YG. Yang ada cuma A Pink sama B1A4 (dan ada satu artis lagi gue lupa karena nggak terkenal).

Pilihan lagunya pun terbatas sih. Level awam dikasi 'Mr. Chu'. Karena gue awam yaudah gue pilih itu aja. Gue minta tolong Mbak Dinda buat rekam adegan gue mencoba Star Stage, yang kemudian dengan freak-nya dadah-dadah sama A Pink yang ada di layar padahal fake juga. Bener-bener berasa tolol banget nih pas mulai dance. Aku kaku. Kurang total. Mungkin kalo lagunya diganti jadi 'No No No' aku bisa lebih meliuk-liuk seperti Nagini.

Enggak sempat coba lagu B1A4 karena yang gue tahu lagunya cuma 'Lonely' dan nggak tahu deh apakah ada di situ atau enggak.
*
*
Beralihlah gue ke lokasi lain, Virtual Reality Experience. MBC mengemas acara-acara variety-nya ke dalam bentuk 360 sehingga kita bisa pake kaca mata VR dan menikmati acara-acara itu dalam sudut 360 derajat. Seru banget! Walaupun sebenarnya pusing juga, apalagi buat orang yang pake kaca mata minus kayak gue. BUREMMMMMM!!!!! Gue lupa deh itu VR ada perintah Bahasa Inggris-nya atau nggak, tapi seinget gue, gue klik-klik aja random gitu acara TV yang mau ditonton. Pas VR-nya gue pasang....

"ASTAGFIRULLAH!"

"HAH!"

"ASTAGFIRULLAH!"

"LOH MAS INI KENAPA YANG MUNCUL COWOK-COWOK KEKER PAKE CELANA DALEM DOANG?!" gue berusaha ngomong sama Mas Aryo yang ada di deket situ. Tapi kayaknya mas Aryo juga sedang asyik sama VR dia sendiri.

Gue nengok ke kanan, berusaha mengalihkan pandangan dari itu celana dalem.

"ASTAGFIRULLAH SAMA AJA!

Gue nengok ke kiri,

"INNALILAHI CELANA DALEM SEMUA INI ACARA APA SIH SEBENERNYA?!"

Pas gue buka VR-nya, terus gue perhatiin lagi acara yang tadi random gue pilih, ternyata itu emang kayak acara binaraga-binaraga gitu. Innalilahi... BENCI MBC KARENA MEMBUATKU TERNODA!!!! MBC TANGGUNG JAWAAAAAB!!!! MAU LAWSUIT MBC!!!!!!!!!
*
*
Kesal akibat dijejelin celana dalem, kami pun beranjak ke lantai atas. Ada ruangan khusus yang isinya drama-drama sageuk semua. Sebutlah semua drama berlatar sejarah yang terkenal punya MBC ada di sana. Bisa foto sama Dae Jang Geum-nya 'Jewel In The Palace', Kim Soo Hyun-nya 'The Moon That Embraces The Sun', Changmin dan Lee Jun Ki-nya 'Scholar Who Walks The Night', dan Ha Ji Won-nya 'Empress Ki'. Kostum-kostum asli yang mereka pake di drama juga ada dipajang di etalase.

Nah, kalau di sini, bahkan gue yang nggak nonton dramanya pun malah jadi seneng. Soalnya emang lokasinya foto-able banget. Bisa berlaku alay sesuka hati tanpa ada yang nge-judge (WELL PEOPLE WILL ALWAYS JUDGE YOU ANYWAY MAU LO ALAY ATAU NGGAK). Ya... walaupun cuma sama standee doang sih, kesannya ya frik aja, sama aja kayak foto sama standee EXO depan Nature Republik di Myeongdong.

Naik beberapa lantai lagi ada juga area foto yang background-nya lebih beragam. Kalau tadi isinya drama-drama sageuk, di sini lebih pop. Puas juga foto-foto alay sama Yoon Eun Hye, EXID, BTS, Yoo Jae Suk, Lee Min Ho, wah banyak! Area ini memang dikhususkan buat foto-foto. Ada booth 'Infinity Challenge' yang lagi naik semacem wahana Tornado-nya Dufan, ada booth 'Coffee Prince' yang kita bisa duduk di depan jendelanya sama Yoon Eun Hye, ada booth 'Personal Taste' yang bikin kita nampak tidur bareng Lee Min Ho, ada juga booth 'Music Core' jadi seolah-olah menang juara satu di 'Music Core'. Selain Star Stage, ini juga menyenangkan! Dijamin Instagram bakalan penuh!

(Lalu kemudian di report as spam)
*
*
Gue berterima-kasih buat Oh!K Channel karena sudah mengajak gue ke sini. Kan kalo nggak ke sini, nggak bisa alay-alay deh foto-foto karena emang ini lokasi buat foto-foto lucu oke juga. Boleh mempertimbangkan untuk ke sini kalau kalian ke Korea. Tapi mungkin tidak sebagai prioritas :p

#kalem

Nah, buat kawasan DMC gue rasa lebih bisa dieksplor dan mungkin akan lebih menyenangkan. Karena ada banyak spot yang gratisan kalau menurut website KTO. Banyak juga tempat buat foto-foto yang ikon(bukan boyband yang itu sekali lagi)ik untuk dimasukin ke Instagram. Yaaa... itung-itung laporan ke seluruh dunia kalo lo sedang berada di lokasi hits di Seoul yang dulunya ternyata adalah tempat pembuangan sampah.

KESEL BANGET GAK SETELAH TAHU TERNYATA DMC YANG SEKARANG KEREN BANGET INI DULUNYA BANTAR GEBANG-NYA SEOUL?!?!?!?!?!?!

SEBEL SAMA KOREA!

SEBEEEEELLLLL!!!!!!!

Gue harus jujur, walaupun MBC World nggak semuanya menyenangkan (kecuali mungkin lo mendadak ketemu artis sih pasti seneng ya hahaha), tapi salut sama bagaimana MBC bikin bangunan itu dan mengumpulkan sejarah mereka di dalamnya. Semoga suatu hari nanti akan ada stasiun TV kita yang bikin museum sejarah buat TV mereka juga. Karena sesampah apapun acara TV kita sekarang, dulu toh kita banyak menghabiskan waktu buat nonton TV kok sebelum YouTube menyerang.

Oh iya, gue juga lupa bilang, di sini juga ada studio yang biasa dipake buat siaran radio kayak FM4U sama studio acara TV juga. Waktu itu lagi ada taping acara TV tapi gue nggak tahu siapa bintang tamunya.

Buat Hanguk saram tentu saja tempat ini lebih bisa related sama mereka. Kayak yang gue bilang di atas tadi. Sama juga seperti kalo mereka nonton 'Reply 1988' karena memang itu terjadi di dekat mereka. Kalo gue sih nggak terlalu mengena jadi ujung-ujungnya hanya ngalay. HIDUP ALAY! 2016 TETAP ALAY!


*
*
Sebelum mengakhiri posting-an kali ini gue mau ngucapin selamat tahun baru buat semua pembaca setia blog ini! Seneng banget bisa mengakhiri 2015 dengan penuh kenangan dan kebahagiaan! Semoga semuanya tetap bahagia! Ah... gue nggak berani bilang kalau gue akan rajin upload. Tapi selama cerita perjalanan ke Seoul ini belum selesai, tetep akan upload. WKWKWKWKKW. Masih ada juga cerita seru soal BTOB di Berastagi di Hari Natal tahun lalu.

Terima kasih buat kesetiannya(HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA) dan kesabarannya. Kalian yang terbaik! #CIYUM #DILEHER #LAH #HAIYAAAAA
*
[jangan lupa juga nih add LINE@ KaosKakiBau buat rame-ramein aja hihihi @ecd6150l (di search pake @ jangan lupa)]

Maafin... Saya Alay di 'THE EXO'luXion' Singapura [PART 1]

$
0
0
Waktu gue SMA, nggak ketahuan nyontek pas ujian itu adalah keberuntungan. Suatu hari ketika gue masih TK, dikasih uang kembalian setelah beliin tetangga tepung terigu di toko pinggir jalan adalah sebuah keberuntungan. Waktu jadi mahasiswa, lulus dengan nilai C dan nggak harus ngulang mata kuliah yang sama di semester selanjutnya itu adalah keberuntungan. Dan pas kerja sekarang, bisa libur sehari aja nggak mikirin kerjaan juga sebuah keberuntungan.

Sebagai fans KPop, mendapatkan sesuatu yang berhubungan dengan sang idola, apapun itu, besar atau kecil, penting atau sepele, juga adalah sebuah keberuntungan.

Gue nggak sengaja ketemu dengan seseorang yang sangat dermawan di showcase BTOB di Berastagi bulan Desember tahun lalu (cerita soal ini akan ditulis di artikel yang berbeda). Dan ngomong-ngomong soal keberuntungan, mungkin kondisi gue saat itu bisa masuk kategori yang kalo kata orang-orang "dapat durian runtuh". Atau kalau gue lebih suka menyebutnya sebagai "rejeki yang memang sudah jadi jatah gue". Gue dikasih tiket nonton 'The EXO'luXion' di Singapura.

Waktu dia nyebut kata-kata "satu tiket", "buat kamu" sama "nanti aku kasih", gue kayak diem selama beberapa detik. Bengong. Hah ini apa iya kuping gue nggak salah denger? Soalnya beberapa hari belakangan waktu itu suka berdenging karena sedang demam. Setelah lama bengong akhirnya gue disadarkan oleh cipratan air hujan.

"Hah ini serius?"

"Mana sini LINE kamu, nanti aku kabari via LINE ya,"

Nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

NIKMAT TUHAN YANG MANAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?????????????????
*
*
Gue pernah tulis di beberapa artikel di blog ini, kalau gue bukan tipikal orang yang mau menghabiskan uang buat nonton konser di luar negeri. Gila apa. Itu kan bisa ngabisin minimal Rp 4 sampai Rp 5 juta. Harga tiketnya aja udah mahal, belum lagi masalah akomodasi dan transportasi.

"Jangan belagak deh Ron. Mending lo pikirin modal nikah."

PFTTT.

Tapi ketika kesempatan seperti ini datang dengan sendirinya, apakah iya gue harus menyia-nyiakannya begitu saja?

Gue jadi ingat kalau belakangan ini motto hidup gue adalah take it or leave it. Gue akhirnya menerima tiket gratisan itu. YA IYALAH! LO GILA APA? MASA NOLAK TIKET NONTON KONSER GRATIS?! EXO LOH INI! EX FREAKING O!

Walaupun pada saat itu kondisinya gue masih nggak bisa memberikan kepastian apakah gue bisa berangkat atau nggak, dan gue sudah bilang ke beliau yang ngasih tiket. Mungkin akan gue konfirmasi dalam beberapa hari. Tapi tawaran itu gue terima aja. Rejeki kayak gini apa iya bisa datang dua kali?

Prinsip hidup gue yang lain belakangan ini adalah "Iyain aja dulu apa-apa yang ditawarin kalau memang oke, masalah yang nanti pikirin nanti aja." Dan ya tentu saja ini kemudian berlanjut ke masalah lain: uang untuk terbang ke Singapura. Diikuti dengan uang untuk makan, uang untuk menginap dan uang transportasi lokal di sana.

Oh iya, satu lagi: izin dari kantor.

Gue cukup putar otak untuk mencentang satu per satu daftar persiapan sebelum berangkat ini. Yang paling penting sebenarnya adalah izin dari kantor sih. Karena gue berencana untuk berangkat hari Jumat pagi supaya masih ada waktu untuk istirahat sebelum konser dan masih bisa improvisasi banyak hal di sana. Kalau masalah uang, gue sendiri sempat kebingungan. Ini gimana caranya supaya kehidupan tetap sentausa dan bahagia tapi nggak harus boros.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, tiket pergi-pulang dari Jakarta ke Singapura itu nggak jauh lebih mahal dari tiket pergi-pulang kalau misalnya mudik ke Lombok. Memang di awal tahun ini gue ada rencana untuk mudik. Tapi sepertinya rencana itu harus mundur lagi sampai Lebaran. Ya begitulah, akhirnya gue lebih memilih untuk bertemu EXO ketimbang keluarga sendiri. HAHAHAHAHA AMPUN.

Ya... ketika kita sudah menentukan pilihan dalam hidup pasti ada yang akan dikorbankan.

Dan lagi-lagi kali ini gue mengorbankan kesempatan untuk mudik dan ketemu keluarga di rumah demi EXO. SEBEL! Tapi nggak apa-apa. Risiko itu mah. Memang sih terdengar berlebihan, tapi kalau dipikir-pikir, apa yang gue lakukan ini sebenarnya kayak balasan dari apa yang terjadi di 2013 dulu. Waktu itu gue udah beli tiket nonton 'Super Show 5' tapi gue jual H-1 karena keinginan gue buat pulang kampung. Anggap aja ini adalah saat yang tempat untuk membuat apa yang gue lakukan tiga tahun yang lalu impas.

(Cari pembenaran)

Keuangan gue nggak se-oke itu, tapi ya bersyukur aja masih bisa makan dan bertahan hidup di belantara bernama Jakarta ini. Dengan sedikit putar otak, mengurangi jatah ini dan itu, akhirnya sekeping dua keping uang ini cukup buat modal selama 3D2N di Singapura.

"Mah, aku mau ke Singapura," kata gue, nelepon nyokap sebelum berangkat. Semacem ritual sih kalo ini. Gue selalu ngasih tahu kalau gue mau ke mana-mana. Bahkan ke Bandung sekalipun.

"Lho, jalan lagi? Jalan terus!" nada bicaranya menyenangkan banget. Bikin kangen. Jadi inget gue terakhir pulang empat bulan yang lalu. "Kapan berangkat?"

"Ini udah di bandara."

"ASTAGA KAMU TUH YA KENAPA SUKA BANGET MENDADAK-MENDADAK NGASIH TAHUNYA! TERUS MAU NGAPAIN DI SANA BERAPA HARI? KAPAN PULANG? KENAPA SIH NGGAK CERITA-CERITA. KEMAREN KATANYA SAKIT, TERUS GIMANA UDAH SEHAT BELUM?"

Menelan ludah.

"Iya ini sebenarnya perginya mendadak juga. Udah mau naik pesawat."

"Yaudah kalau gitu hati-hati. Sukses ya!"

Dan begitulah.
*
*
Sebelum berangkat gue sempat dikasih info kalau tiket yang akan gue dapatkan nanti adalah untuk show hari pertama di tanggal 9 Januari. Tapi sampai gue mendarat di Changi Airport, gue masih nggak tahu gue akan dapat tiket apa. Berdirikah? Dudukkah? Jongkokkah di hadapan Kim Junmyeon sambil minum teh herbal? Entahlah... Masih misteri. Tapi jujur, kalau urusan dapat gratisan kayak gini gue sebisa mungkin enggak neko-neko. Dan seharusnya emang nggak neko-neko.

Ya sekarang gini deh, lo udah dikasi tiket nonton gratis konser EXO di Singapura. Itu aja udah salah satu hal yang bener-bener harus lo syukuri. Nggak usah nuntun macem-macem deh. "Masih untung dikasi!" kata gue dalam hati. Ini juga jadi sugesti buat nggak terlalu greedy dan nggak memikirkan posisi nontonnya nanti di mana. Karena sekali lagi, dapat tiket gratis aja adalah sebuah keberuntungan.

Ini adalah pertama kalinya gue akan nonton konser di luar Indonesia. Beberapa hal tentu saja sudah harus dipersiapkan. Yang paling penting adalah tempat menginap. Kalau misalnya gue punya temen di Singapura, gue mungkin akan memilih untuk nebeng aja nginep sama temen gue itu. Karena menurut gue itu akan sangat menghemat uang. Tapi berhubung gue anaknya nggak terlalu gaul, jadi mau nggak mau memang harus tinggal di hostel. Di Singapura banyak kok hostel-hostel yang murah.

Sam, kalau lo masih inget salah satu temen gue yang 24 jam hidupnya didedikasikan buat EXO, juga nonton. Dua hari. Ya kalau dia sih levelnya udah beda sama gue. Gue masih receh banget ni. Kalau dia udah superior banget. Sam merekomendasikan satu nama hostel di daerah Kallang. Kalau kata dia sih, "Deket banget kak sama lokasi konsernya. Kayak belakang-belakangan gitu!"

Gue nggak tahu apakah itu benar atau hanya imajinasi dia semata. Karena gue juga nggak begitu paham Singapura akhirnya gue percaya aja sama dia. Buru-buru gue nge-tag hostel itu lewat aplikasi bernama booking.com yang benar-benar berguna. Gue nggak ngecek kebenaran apakah memang hostel itu dekat banget sama lokasi konser apa gimana. Mungkin gue terlalu percaya Sam. Gue mendapatkan kamar dormitory campur (cowok-cewek) dengan harga sekitar SGD 43 untuk dua malam (dengan tambahan SGD 20 untuk deposit yang bisa diambil setelah check out). Sebenarnya ini bukanlah harga yang paling murah yang bisa gue dapatkan. Tapi karena gue lagi tidak dalam kondisi yang mau repot, jadi gue percaya aja sama Sam.

Nama hostel ini Coziee Lodge. Lokasinya deket banget sama stasiun MRT Kallang. Kayak tinggal keluar dari pintu sebelah kanan setelah lo tap kartu, terus belok kiri sampai lampu merah, nyebrang jalan ke kanan, terus nyebrang lagi ke kiri, terus belok kanan lurus aja sampai pengkolan terus belok kiri. Lokasinya ada di sebelah kiri. Kalau dihitung-hitung jalan sih bisa cuma 5 menit maksimal kalau lo jalannya sambil mikirin masa depan yang belom jelas. Nah, dari hostel ini juga sebenarnya National Stadium-nya Singapura tuh keliatan. Singapore Indoor Stadium itu nggak jauh lokasinya dari si National Stadium.
*
*
Kalau yang gue cek di Google Map, jarak dari hostel ini ke Singapore Indoor Stadium sekitar 1,7 kilometer (BELAKANG-BELAKANGAN KEPALA LO PEYANG SAM!). Kalau jalan kaki bisa 25 sampai 30 menit (BELAKANG-BELAKANGAN KEPALA LO KEPENTOK GIGI CHANYEOL, SAM!). Nah, di stasiun MRT Kallang itu ada papan gitu yang ngasih arah kalau mau ke National Stadium dan Singapore Indoor Stadium tuh lewat mana. Ada juga jalan (ada atapnya) yang kalau diikuti akan mengantarkan lo ke lokasi ini.

Gue sampai di Singapura Jumat sekitar lewat tengah hari. Setelah solat Zuhur di Changi, gue langsung ke hostel. Sebelumnya gue menyempatkan diri untuk beli SIM Card lokal buat internet dari Singtel. Harganya SGD 15 dan gue beruntung dapet paket promo sampe Februari jadi dapet internet 100 GB (dan bonus nelepon juga). Bermodalkan itu, gue nanya ke hostel gimana caranya dari bandara ke sana dan cus, langsung jalan naik MRT dengan membayar tiket SGD 1,6.

Singapura panas banget Ya Allah. KAYAK DI DEPOK! Langitnya bener-bener cerah dan matahari kayaknya berkuasa sekali. Sesampainya di Coziee Lodge gue udah keringetan parah. Tapi beruntung tempatnya cukup nyaman, walaupun tempat tidurnya nggak terlalu private. Beda dengan hostel yang gue tempati waktu di Seoul (cerita menyusul heheh) yang tempat tidurnya ditutupi kelambu gitu. Jadi kalau pas tidur kita mangap atau ngangkang nggak akan keliatan. Tapi ya, namanya juga hostel murah, kalau mau private mah kan ke hotel aja.

Saking panasnya Singapura, kepala gue jadi agak pusing. Begini deh derita orang yang pake kacamata. Kalau terekspos cahaya matahari berlebihan suka puyeng. Separo emang gue sakit kepala karena bete, separu karena capek. Setelah check in akhirnya gue tidur dan membatalkan rencana gue untuk ke Marina Bay Sands. Pas malamnya mau jalan-jalan, malah diajakin makan malam sama bule yang tinggal di kamar yang sama. Yaudah gue pun setuju. Daripada galau?

Padahal kita belom kenalan.

Pas jalan keluar dari hostel baru deh kita saling sebut nama. Satu bule cewek berambut pirang yang mukanya kayak pemain telenovela namanya Pricilla dari Swiss. Cowok yang ngajakin makan malem tadi namanya Giorgio. Pricilla baru sampai di hostel beberapa jam setelah gue, sementara Giorgio kayaknya sudah beberapa hari menghabiskan waktu di sana. Usia gue dan Pricilla sepantaran sementara Giorgio jauh lebih tua. Tapi ternyata mereka berdua udah keliling dunia. SEBEL. Gue pun cuma bisa mingkem pas mereka cerita.

"Ya gue ke Singapur aja mikir berapa kali. Ini si Giorgio abis dari Australia, Filipina, Singapura, abis ini mau ke Vietnam sama Bangkok. Punya kebon duit?" kata gue sambil makan nasi goreng yang nggak enak di salah satu restauran halal dekat hostel.

"Jadi lo ke sini ngapain, Ron?" tanya Giorgio di sela-sela obrolan kami.

"Oh, gue mau nonton konser grup Korea gitu." jawab gue ringan.

"Bener? Mereka terkenal?" tanya Pricilla.

"Iya... lumayan lah kalo di Indonesia popularitasnya kayak Sule. 11 - 12 gitu," jawab gue makin ringan. "Gue sebenarnya ke sini kerja. Gue jurnalis. Tapi gue suka sama grupnya jadi sekalian aja." tambah gue.

Sesaat gue lupa kalau tiket nontonnya aja belum gue pegang.

"Sabar. Yang sabar disayang Allah."

Sebelum tidur malamnya gue sudah merancang rencana buat besok pagi. Gue akan jalan ke Merlion Park, terus ke Marina Bay Sands, abis itu akan cek lokasi ke Singapore Indoor Stadium. Dulu, waktu konser Super Junior pertama di MEIS gue juga menyempatkan diri jauh-jauh hari buat cek lokasi. Karena gue belum pernah dan belum tahu kayak gimana kondisi lokasinya, jadi gue butuh informasi lebih. At least kalau misalnya gue nginep di venue, gue tahu toilet di mana, colokan ada di sebelah mana, dan sebagainya. Rencananya setelah dari Marina Bay Sands, gue akan kembali ke Kallang Station dan mengikuti petunjuk jalan yang ada di sana buat ke Singapore Sports Hub.

Kunjungan ke Merlion gue anggap sebagai mandatory. Sekedar lepas kangen karena sudah lama kita nggak ketemu. HAHAHAHA KESANNYA KAYAK KAMPUNG HALAMAN BANGET PADAHAL JUGA INI BARU KUNJUNGAN KEDUA. Pertama kali gue ke Merlion pas liputan HBO dan cukup berkesan. Target gue pagi itu adalah menunggu matahari terbit karena ternyata di Singapura, matahari terbitnya sekitar jam 7:20 waktu setempat. Terbangun superpagi karena alarm gue masih waktu Jakarta, gue pun berangkat ke Merlion sekitar jam setengah tujuh.

Gue mungkin bukan orang yang gampang hapal materi pelajaran di sekolah ataupun teori-teori yang ada di buku. Tapi kalau urusan mengingat jalan dan detail bentuk sebuah bangunan atau peristiwa gitu, gue bisa diandalkan. Waktu tahun lalu gue ke Merlion, gue cuma ngekor sama Kak Andra (salah satu wartawan media besar di Indonesia). Tapi meski ngekor, gue masih inget banget detail harus belok ke mana, lewatin apa dan patokannya apa kalau menuju ke Merlion. Alhasil ketika gue naik MRT dari Kallang dan turun di Raffless Place, gue bisa menemukan arah ke Merlion dengan mudah.

YA SEBENARNYA SIH KARENA EMANG GAK SUSAH SIH. Orang tinggal keluar stasiun, nyebrang, lurus, belok kanan, lurus, belok kiri, lurus, nyebrang, turun tangga, belok kanan, lurus, dan sampai.

Ingatan perjalanan berbulan-bulan yang lalu itu bisa gue recall dengan sangat sempurna. Gue sampai di Merlion yang masih sepi. Hanya ada kakek-kakek dengan kamera DSLR-nya siap menangkap matahari terbit, dan pasangan dari Jepang yang bermesraan sambil selfie-selfie. Sementara gue... hanya bisa duduk di pinggiran deket pagar sambil makan roti yang gue beli di Seven Eleven dan meneguk susu pisang yang enak banget itu.

Di situlah gue mendadak ingat kalau di tas gue, di bagian tempat naruh laptop, gue menyelipkan dua fanboard yang niatnya mau gue bawa ke konser malam ini.
*

I'm so ready!
Posted by A. Ahsani Yusron on Friday, January 8, 2016

*
Ya, walaupun belum tahu bakalan dapat tiket nonton di posisi yang mana, tapi gue jaga-jaga aja nih bawa fanboard. Kalau dapatnya standing ya bersyukur, setidaknya fanboard-nya bisa berguna dan lebih mudah dilihat sama artisnya. Kalau dapatnya duduk, yaudah lumayan fanboard-nya buat alas duduk pas antre.

Satu hari sebelum berangkat, gue begadang di kantor ngedit dua foto buat fanboard ini. Gue berencana untuk bikin fanboard untuk Suho dan Baekhyun. Sebenarnya ide gue sendiri udah mentok: ngedit muka mereka di badan cewek. Dan untuk ceweknya sendiri gue pun mentok dengan couple favorit gue: Suho - Irene, Baekhyun - IU. Sekitar jam 12 malam gue mengerjakan fanboard itu sambil terkantuk-kantuk. Muka Suho gue tempel di muka teaser 'Dumb Dumb'-nya Irene. Sementara muka Baekhyun gue tempel di atas foto teaser 'CHAT-SHIRE'-nya IU. Sesimpel itu. Males mikir macem-macem. Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi ketika fanboard itu gue print di tempat print 24 jam depan kantor. Balik ke kosan gue guntingin, tempel di map agak tebel, terus diisolasi hitam. Udah kelar. Gak usah ribet-ribet pokoknya. Yang penting beda dari yang lain aja.

Sebelum balik ke kosan gue juga membongkar-bongkar laci kerja gue di kantor untuk menemukan fanboard Suho - Irene & Yixing - Lee Soo Man yang gue bawa ke 'The Lost Planet' tahun 2014 kemaren. Udah lecek sih tapi masih bisa keliatan. Jadi gue bawa aja. Kalau nanti dapet standing, bisa kasi lihat Suho. Siapa tahu dia masih inget dan ngasih ekspresi yang sama kayak waktu itu. Tapi gue nggak yakin juga dia inget. Emang yang bawa fanboard selama ini cuma satu orang aja apa. Apa iya lo sepenting itu buat diinget? KHAYALAN BABU LO!

Belajar dari pengalaman yang dulu-dulu, sebelum konser, fanboard ini harus di foto. Tapi gue bukan tipe orang yang pengen gembar-gembor dulu soal fanboard sebelum konser. Karena takutnya malah zonk. Mana lagi gue nggak tahu dapat tiketnya di mana kan. Tapi hari itu karena kebetulan sudah ada di Merlion, gue pun memutuskan untuk memotret dua editan foto Suho itu bersama dengan Merlion dan mem-posting-nya di Facebook.

"Yah siapa tahu nanti beruntung. Kan kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi. Anggep aja barang bukti," kata gue.

Eh, ternyata bener....

Di tengah ketidaktahuan gue soal tiket, gue sama sekali nggak ada perasaan-perasaan deg-degan soal konsernya. Mungkin belum. Bahkan ketika gue datang ke Singapore Indoor Stadium di jam 10 pagi (konsernya jam 6 sore), feel dan excitement-nya itu masih belum ada.

Gue balik dari Marina Bay Sands sekitar jam sembilan pagi dan kembali ke stasiun MRT Kallang. Seperti rencana semalam, gue akan ngikutin petunjuk jalan menuju Singapore Sports Hub. Berbekal Google Maps (yang menginformasikan bahwa jarak dari Stasiun MRT Kallang ke Singapore Indoor Stadium adalah sekitar 1,7 kilometer atau sekitar 25 menit jalan kaki) gue pun memulai langkah bersemangat. 1,7 kilometer itu nggak ada artinyalah. Gue pernah jalan dari Lawang Wangi ke Dago Atas yang jaraknya 2,4 kilometer aja sanggup.

"Lo pasti bisa!" kata gue dalam hati.
*
*
Setelah lima belas menit jalan, gue lupa kalau ternyata energi gue sudah habis setengahnya ketika jalan ke Marina Bay Sands. Ditambah lagi udara Singapura siang itu yang bener-bener panas kayak Depok dan Jalan Margonda membuat semangat gue kendor parah. Tapi toh akhirnya gue sampai juga di Singapore Indoor Stadium.

"Eh? Ini beneran lokasi konsernya?" gue bertanya dalam hati.

Gue takut kalau gue salah lokasi. Soalnya serius deh itu lokasi sama sekali nggak ada nuansa-nuansa konser sama sekali. Nggak ada poster EXO, nggak ada umbul-umbul konser, nggak ada apa-apa. GINI DOANG NIH? WAH LEBIH MERIAH JAKARTA YA TERNYATA. Gue mengelilingi lokasi itu dan ternyata emang nggak terlalu gede. Berniat buat nyari wall of fame malah nemu kontainer konsernya. Setelah merasa mengerti lokasinya, gue pun memutuskan untuk pulang naik MRT. Dan secara kebetulan ketemu sama Sam yang megang tiket gue.

Dan akhirnya momen itu datang juga. Informasi soal tiket udah keluar. Sekitar jelang sore dan gue sempat tidur siang dulu, kita udah siap-siap mau berangkat ke lokasi konser ketika gue dikasih tahu dapet tiket apa. Kaki gue rasanya lemes banget. Apakah ini hasil dari tidak terlalu banyak berharap dan memegang prinsip "yaudahlah yang penting gratis, nggak usah banyak menuntut"?

"Tiketnya Standing Pen C. Nomor antrean 001."
*
*
YA ALLAH.

ALLAHU AKBAR.

LA HAWLAWALA QUWATA ILA BILLAH.

APAKAH DOSA-DOSA GUE SELAMA INI PANTAS DIBALAS DENGAN HAL SEINDAH INI?!?!?!?!?!

Kaki gue udah lemes karena jalan seharian sebelum konser ini. Ditambah lagi berita menyenangkan kayak gini ya gimana nggak makin meliuk seperti nagini. Tapi excitement itu mendadak terkubur karena satu hal: nomor antrean pertama berarti orang pertama yang tasnya diperiksa.

OH DAMN. GUE LUPA MASALAH KAMERA-KAMERAAN INI!

Kalau lagi kerja, tentu saja kita boleh bawa kamera ke lokasi konser. Tapi biasanya dikasih motret cuma tiga lagu pertama aja. Sisanya ya berarti bandel. Tapi kalau sedang nonton sebagai fans, gue tentu saja tetap membawa kamera. Buat jaga-jaga siapa tahu bisa motret kan lumayan. Masalahnya ini EXO. Ini urusan antara hidup dan mati. Nggak deng lebay.

Informasi yang gue dapatkan, konser di Singapura nggak ada body checking sama sekali. Berarti kalau misalnya gue mau nyembunyiin kamera di selangkangan kayak fansite-fansite itu bisa banget. Tapi masalahnya, kamera gue bukan kamera yang lensa sama body-nya bisa dicopot. Kalau gue taruh di selangkangan, bisa-bisa gue disangka tumor pantat. Lagipula gimana bisa mau naruh kamera di selangkangan orang celananya aja jins agak ketat.

Kondisi ini sudah gue perkirakan sebelumnya. Jadi gue dari rumah bawa sweater sama coat hitam punya Dito yang gue bawa ke Seoul kemaren. Kalau misalnya itu kamera gue selempangin dan gue pake sweater terus dibalut lagi sama coat, itu nggak keliatan sama sekali. Masalahnya adalah Singapura lagi 30 derajat. Orang tolol mana yang di udara sepanas ini pake sweater dan coat tebel? Masalahnya lagi adalah tampang gue sangat mencurigakan. Bisa-bisa beneran dikira lagi bawa bom.

Akhirnya gue pasrah. Gue mengakalinya dengan memasukkan kamera gue ke dalam coat, lalu melipatnya dan gue sampirkan di lengan dengan kasual. Sementara kamera kecil ada di bawah tumpukkan dompet, botol air minum dan brosur MRT di dalam tas. Kalau misalnya kamera kecil itu ketahuan, yaudahlah, kalo yang besar ketahuan, ya pasrah aja.

Tapi ternyata ketika sampai di antrean dan siap masuk ke lokasi konser, tas kita nggak dibongkar dan digerogoti kayak kalo konser di Jakarta. Pas gue tanya kenapa? Jawabannya bikin bahagia banget: "Kami tidak punya hak untuk menyentuh tas Anda. Kami hanya akan melihat isinya dari jauh."

SENENG BANGET GAK SIH. Soalnya yang gue denger dari promotor yang sedang hits saat ini, selain menggunakan metal detector untuk mengantisipasi fans yang bawa bom ke lokasi konser, security juga bongkar tas sampai ke dalam-dalam. Nggak cuma itu, body checking-nya juga sampai belahan dada dipegang-pegang (sama security cewek). Itu atas pengakuan temen gue pas salah satu konser di Januari kemaren.

Pertanyaan gue satu aja sih: apakah ini benar-benar diperlukan? Apakah fans KPop ada yang masuk jaringan teroris?

Eh itu jadi dua ya pertanyaannya.

Jadi pas gue mau masuk ke venue, gue kasih tas gue dan petugasnya nyuruh gue buka lalu dia cuma nyolok-nyolok pake tongkat terus udah. Sementara coat yang gue bawa tadi (yang ada kameranya) nggak dicek sama sekali. LOLOS! Tapi pada akhirnya nggak berguna juga hahahahaha

Gue adalah orang pertama atau kedua yang masuk ke venue karena nomor antreannya juga udah yang paling depan (SEKALI LAGI INI BENER-BENER YA YA ALLAH GAK NYANGKA!). Jadi ketika gue masuk, gue lagi-lagi nempel pager. Deja vu! Bedanya nggak ada drama-drama ngangkang di depan pager sambil teriak-teriak nyariin temen nonton supaya tempatnya nggak diambil sama fans yang lari-larian. Gue memastikan semua barang-barang gue aman dulu. Tiga temen gue yang lain termasuk Sam juga sudah ada di posisi mereka masing-masing. Setelah itu, biar takdir yang bicara.
*
*
Coat punya Dito yang gue bawa itu ternyata sangat berguna. Karena ada dua kantong di bagian depannya, jadi gue bentang itu coat di pagar dengan posisi kantong di bagian depannya mengarah ke panggung. Fungsinya buat naruh hape sama power bank jadi kalau pas nonton mau motret pake hape (karena boleh) nggak repot. Juga sebagai antisipasi jatoh juga. Gue belajar banyak deh dari 'The Lost Planet' pokoknya.

Kamera gue akhirnya gue simpen di dalam tas. Karena posisi di depan pager gitu nggak bakalan ada chance buat motret. Security-nya ketat banget! Dan berdirinya di depan gue banget. Yaudah gue pasrah aja. Hari ini memang rejekinya cuma nonton. Udah dapet tiket gratis, udah dapet antrean nomor awal, udah dapet depan panggung, masa iya gue mau greedy dengan dapet motret juga. Yaudah, nggak usah berharap kamera bisa dipake. Berharap aja fansite yang berdiri di belakang gue ini nggak resek dengan kamera basokanya. Berharap juga kaki gue masih betah berdiri selama tiga jam ke depan. Berharap juga bisa ada momen sama salah satu bias.

Ketika konser dimulai...........

Apalah arti harga diri.......................................

Suho :"""""""""
*
[jangan lupa juga nih add LINE@ KaosKakiBau buat rame-ramein aja hihihi @ecd6150l (di search pake @ jangan lupa)]
Viewing all 341 articles
Browse latest View live